Jalan-Jalan di Jogja, Naik Transportasi Umum atau Ambil Paket Tour?

Ada satu hal yang selalu membuat kita rindu dengan Yogyakarta: bukan cuma makanannya yang ramah di lidah, tapi juga cara kotanya mengajak kita untuk berjalan lebih pelan. Di sini, perjalanan bukan cuma soal tiba di tempat tujuan — tapi tentang menikmati setiap langkah. Mau naik transportasi umum atau duduk nyaman dalam mobil sewaan paket liburan, semua bisa kita nikmati di Jogja. Tapi untuk wisatawan, mana yang kira-kira lebih cocok ya?

Saya masih ingat pagi itu, ketika baru tiba di Terminal Giwangan setelah 8 jam perjalanan darat dengan bus patas Bandung Express. Sebetulnya, saya bisa saja turun di Gamping yang sudah dekat dengan rumah. Namun, say sengaja tidak turun dan bablas hingga perhentian terakhirnya. Alasannya, biar saya bisa berkeliling kota ini dulu sebelum ngendon di rumah. Udara pagi yang masih sejuk, suara klakson bersahutan, dan warna hijau khas bus TransJogja melintas di depan mata.

Ah, Jogja… Selalu ada kesan yang mendalam darimu di tiap kunjungan.


1. TransJogja: Murah, Nyaman, dan Ramah Anggaran

TransJogja adalah sahabat terbaik para pelancong hemat. Dengan tarif yang tak sampai lima ribu rupiah, bus ini menghubungkan banyak destinasi populer — dari Malioboro, Tugu Pal Putih, kampus UGM, Bandara Adisucipto, hingga Candi Prambanan di ujung timur sana. Selain murah, busnya juga ber-AC dan cukup nyaman. Cocok banget kalau kamu ingin menjelajahi kota tanpa repot mikirin parkir atau bensin.

Bus TransJogja di Terminal Jombor

Moda transportasi umum ini pas untuk kamu yang baru pertama kali ke Jogja, atau yang ingin tetirah di satu kawasan saja. Misalnya, sebagian besar waktu dihabiskan di kawasan Tugu – Malioboro – Keraton – Taman Sari yang berdekatan. Hanya perlu sesekali pergi agak jauh ke destinasi di luar wilayah kotamadya, seperti Prambanan. Kenapa?

Karena butuh kesabaran untuk naik TransJogja. Interval kedatangan (headway) bisa sangat lama, rute muter-muter, jam operasi terbatas, jaringan juga masih terbatas. Kalau kamu mau lebih banyak eksplor, apalagi ke spot-spot tak biasa, TransJogja bukan untukmu.

2. Becak: Nostalgia yang Masih Hidup

Sore hari di kawasan Keraton, saya memilih naik becak. Tidak cepat, tidak praktis, tapi justru itu poinnya. Saat becak melaju pelan di antara jalan-jalan kecilnya, kamu bisa melihat wajah asli Jogja: anak-anak bermain di trotoar, aroma sate menyapa dari kejauhan, dan senyum hangat bapak tukang becak yang bercerita tentang turis-turis dari berbagai negara. Naik becak adalah pengalaman yang tak tergantikan, seperti mesin waktu yang membawa kita ke masa lalu.

Sayangnya, saat ini becak tradisional yang dikayuh sudah jauh berkurang, sebagian besar sudah memodifikasi kendaraannya jadi becak motor. Hanya segelintir saja yang masih bertahan dengan becak kayuh, seperti bapak saya hehe.

Kekurangannya, becak tentu tidak bisa jadi satu-satunya transportasi yang diandalkan untuk liburanmu. Pertama, jarak tempuhnya nggak bisa jauh-jauh. Kedua, ongkosnya mahal. Ketiga, persebarannya juga sangat terbatas. Jadi, becak—juga andong—cukuplah jadi satu atraksi wisata untuk mengisi agenda liburanmu di Jogja.

3. Ojek dan Ojek Online: Solusi Cepat untuk yang Dinamis

Kalau kamu tipe yang nggak bisa diam, ojek atau ojek online bisa jadi pilihan utama. Praktis, cepat, dan bisa dipesan kapan pun lewat ponsel. Cocok buat kamu yang ingin melompat dari satu spot wisata ke spot lain tanpa menunggu lama. Dari Alun-Alun ke Hutan Pinus Mangunan pun bisa ditempuh dengan mudah.

Kekurangannya, ojek dan taksi online di Jogja ini agak-agak… unik. Saya bilang, daya juangnya tak sebesar driver online di kota-kota besar seperti Bandung dan Jakarta. Macet dikit, udah bikin males ambil penumpang. Saya udah beberapa kali mengalami hal itu. Mungkin karena Jogja tak biasa macet, jadi macet buat mereka adalah sebuah tantangan serius.

4. KRL Commuter Line Jogja–Solo: Dua Kota, Satu Perjalanan Seru

Ingin eksplor lebih jauh? Coba naik KRL Jogja–Solo. Dengan tiket hanya Rp8.000, kamu bisa menikmati perjalanan nyaman antar dua kota budaya dalam waktu kurang dari dua jam. Sepanjang jalan, pemandangan sawah dan perkampungan Jawa akan menemanimu. Sesampainya di Solo, kamu bisa lanjut wisata kuliner — karena siapa yang bisa menolak tengkleng atau serabi Notosuman? Kamu bisa pulang kembali ke Jogja di hari yang sama!

Selain ke Solo, kamu juga bisa naik KRL ke Candi Prambanan dan Bandara Adisucipto (kalau kamu naik/turun pesawat di sana). KRL Jogja-Solo sudah menggunakan armada yang terelektrifikasi seperti KRL Commuter Line Jabodetabek. Jadi, kamu pengguna KRL di sana mungkin akan sedikit “trauma” melihat kereta yang biasanya dipakai berdesak-desakan di Manggarai, tiba-tiba “say hi” di Lempuyangan.

Kekurangannya, tentu jalur dan stasiunnya masih sangat terbatas, masih jauh dibandingkan yang ada di Jabodetabek. Jadi, sama sekali tidak bisa dijadikan satu-satunya andalan untuk transportasi umum liburanmu di Jogja.

5. Paket Wisata Jogja: Liburan Tanpa Ribet

Kalau kamu ingin liburan tanpa perlu repot mengatur transportasi, akomodasi, dan jadwal, ambil saja Paket Wisata Jogja. Banyak penyedia lokal yang menawarkan pilihan sesuai minat — mulai dari wisata alam, budaya, kuliner, hingga foto-foto kekinian di spot Instagramable. Tinggal pilih paketnya, dan biarkan semua disiapkan untukmu.

duduk santai menikmati pantai wediombo yang sedang surut
Pemandangan indah dari puncak mercusuar Pantai Pandansari, Bantul

Paket Tour Jogja ini cocok buat kamu yang pergi berkelompok, misalnya dengan keluarga atau geng inner circle kamu. Daripada tekor karena bolak-balik naik taksi online, mending ambil paketan. Eh, tapi sekarang sudah banyak juga operator tur untuk solo traveler, jadinya sharing dengan wisatawan yang lain. Saya coba cek, mulai harga Rp200 ribuan per hari aja udah banyak pilihannya.

Jadi, buat kamu yang mau menjelajah Jogja lebih jauh, atau mau membabat banyak spot wisata selama liburanmu yang singkat di Jogja, saya sarankan sih ambil paket tur aja. Siapa tahu, bisa dapat teman baru. Kamu juga bisa mendapatkan banyak insight dari pemandu.


Kadang, cara terbaik menikmati Yogyakarta bukan dengan terburu-buru. Entah naik TransJogja yang berputar sabar di jalanan kota, becak yang bergoyang pelan, atau KRL yang melaju di antara dua budaya — semuanya mengajarkan hal yang sama: di Jogja, perjalanan adalah bagian dari keindahan itu sendiri. Terima kasih sudah membaca, keep learning by traveling~

Satu komentar

  1. avatar Rudi Chandra

    jadi kangen ama Jogja, pengen balik lagi ke sana dan menjelajahi kotanya dengan lebih santai.

Like atau komentar dulu, kak. Baca tanpa komentar itu kayak ngasih harapan semu :D

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Matius Teguh Nugroho

keep learning by traveling

Duo Kembara

Cerita Si Kembar dan Mommy Ara menghadirkan kebaikan

Lonely Traveler

Jalan-jalan, Makan dan Foto Sendirian

Guru Kelana

Perjalanan sang guru di berbagai belahan dunia

dyahpamelablog

Writing Traveling Addict

Daily Bible Devotion

Ps.Cahya adi Candra Blog

bardiq

Travel to see the world through my own eyes.

Teppy & Her Other Sides

Stories, thoughts, places...

Mollyta Mochtar

Travel and Lifestyle Blogger Medan

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

D Sukmana Adi

Ordinary people who want to share experiences

papanpelangi.id

sebuah blog perjalanan

Guratan Kaki

Travel Blog

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

BARTZAP.COM

Travel Journals and Soliloquies

Bukanrastaman

Not lost just undiscovered

Males Mandi

wherever you go, take a bath only when necessary

Eviindrawanto.Com

Cerita Perjalanan Wisata dan Budaya

Plus Ultra

Stories and photographs from places “further beyond”.

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

Musafir Kehidupan

Live in this world as a wayfarer

Cerita Riyanti

... semua kejadian itu bukanlah suatu kebetulan...

Ceritaeka

Travel Blogger Indonesia

What an Amazing World!

Seeing, feeling, and exploring places and cultures of the world

Winny Marlina

Winny Marlina - Whatever you or dream can do, do it! lets travel

Olive's Journey

What I See, Eat, & Read

tindak tanduk arsitek

Indri Juwono's thinking words. Architecture is not just building, it's about rural, urban, and herself. Universe.

dananwahyu.com

Menyatukan Jarak dan Waktu