ASUS V400 AiO Series: Ketika Rumah Menjadi Ruang Kerja, Ruang Karya, dan Ruang Mengudara

Bekerja secara remote membuat saya mendefinisikan ulang tentang makna sebuah rumah. Ia bukan lagi sekadar tempat pulang, tapi juga ruang bekerja, ruang berkarya, dan ruang bertemu klien yang terhubung di udara. Di tengah ritme kerja seperti ini, perangkat kerja harus mumpuni. Di sinilah ASUS V400 AiO Series terasa relevan: sebuah All-in-One PC yang dirancang untuk mereka yang menjadikan rumah sebagai pusat produktivitas.

Dulu, kisaran tahun 2014-2015 saat saya menjalani tahun-tahun awal bekerja, saya sering berpikir, “Asyik kali ya, kalau saya bisa bekerja di mana pun saya mau. Bisa di rumah, di cafe, di kereta, mana pun sesuai suasana hati.” Saat itu, saya masih bekerja full WFO di salah satu perusahaan manufaktur Bandung, sekaligus sedang menikmati traveling keliling Asia Tenggara. Tahun 2017, angan-angan saya terwujud saat saya secara resmi bekerja secara penuh waktu di sebuah digital agency. Masih WFO, namun sang owner memberikan kelonggaran tinggi untuk day-off atau pulang lebih cepat, termasuk untuk sekadar traveling. Yang penting, kerjaan aman.

Saat pandemi menginvasi bumi, kantor saya akhirnya secara penuh mengimplementasikan kebijakan full WFH (Work From Home). Baru-baru ini saja mereka mulai beralih ke skema hybrid, tapi itupun masih lebih dominan porsi WFH/WFA daripada porsi ngantornya. Praktis, fungsi rumah buat saya ikut berubah. Ia harus menjadi tempat ternyaman untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan: ada meja dan kursi yang layak, sudut tenang dari berbagai distraksi, internet dengan konektivitas tinggi, dan tentunya perangkat kerja yang mumpuni.

Workstation saya di hotel dengan laptop ASUS [dokpri]

Desktop PC sebagai Workstation Aesthetic Impian

Saya mau jujur. Ini beneran statement jujur saya, bukan bisa-bisaan buat promosi atau endorse.

“Terlepas dari urusan kepraktisan, saya lebih nyaman bekerja dengan desktop PC.”

Desktop PC itu terasa lebih mantap. Lebih mantap ngetiknya, lebih mantap lihat layarnya, lebih nyaman juga mengarahkan kursor dengan mouse alih-alih trackpad laptop. Saya pakai laptop semata-mata karena urusan kepraktisan. Harus memilih salah satu antara laptop dan desktop PC karena… uang saya masih ada batasnya, hehe. Kalau sudah merdeka finansial, maunya punya dua-duanya. Ya laptop buat bekerja di luar, ya desktop PC buat bekerja di rumah.

Makanya, saya seneng karena di kantor saya difasilitasi desktop PC. Perbedaan device ini sekaligus jadi pembeda antara bekerja untuk kantor, atau bekerja untuk diri saya sendiri sebagai freelancer dan content creator. Biar file-file juga nggak campur aduk jadi satu, bahaya kalau device kantor sampai dipenuhi foto-foto selfie atau punggung saya, hahaha.

Nah, baru-baru ini gara-gara menghadiri ASUS Media & Blogger Gathering di Bandung, saya jadi makin pengen punya desktop PC di rumah. Ternyata selain punya koleksi produk laptop AI yang apik, ASUS juga mengembangkan produk desktop PC yang tetap tampil estetik! Alih-alih terkesan jadul, boring, ribet, dan besar, desktop PC keluaran ASUS menghadirkan kesan slim, sleek, dan modern. Cocok banget buat workstation saya di rumah yang belum bisa terlalu luas. Salah satunya, adalah ASUS V400 AiO Series yang berhasil memikat sebagai All-in-One PC terbaik untuk saya.

Workstation impian saya itu seperti sudut kerja di kamar hotel. Saya membayangkan, ada meja kayu dan kursi putar di sudut ruangan, bersisian dengan jendela lebar yang menghadirkan panorama gedung-gedung perkotaan. Di atas meja, ASUS V400 AiO Series bertahta, menjadi rekan bekerja dan berkarya dari pagi hingga dini hari. Sesekali ada kopi dan kudapan yang menemani, terutama di pagi hari atau saat Bandung diguyur hujan yang tak kunjung berhenti.

Workstation impian yang saya buat dengan AI

Untuk menemani kehadirannya, saya akan menambahkan lampu mekanik warna hitam dan pegboard dinding untuk menghadirkan karakter industrialis yang maskulin. Saya juga akan meletakkan mouse pad, kalender kayu, floating shelf, rak buku dari besi di salah satu sisi berisi koleksi novel dan buku-buku perjalanan saya, dan beberapa action figure dari sederet karakter anime favorit saya—agar menyala jiwa wibu saya!


ASUS V400 AiO Series, Jatuh Cinta dari Pandangan Pertama

ASUS V400 AiO Series langsung memberi kesan rapi dan ringkas sejak pandangan pertama. Desainnya tipis, minimalis, dan terasa harmonis. Bukan perangkat yang teriak minta perhatian, tapi justru berpadu manis dengan ruang kerja di rumah. Bagian terlebarnya hanya 36.5 mm atau sekitar 3.65 cm saja, sangat tipis!

Workstation saya yang sederhana di rumah

Hal kecil yang sering luput, tapi saya apresiasi, adalah penempatan port konektivitasnya. ASUS menaruhnya dengan cukup cerdas: sebagian di bagian bawah layar, sebagian lagi di belakang. Hasilnya? Kabel-kabel tidak lagi menjuntai ke mana-mana. Meja kerja jadi lebih bersih, dan buat saya, yang mood kerjanya gampang rusak hanya karena meja terlihat berantakan, ini efeknya besar. USB 2.0 Type A, microphone/headphone, Kensington lock slot, tombol HDMI mode ada di bagian bawah layar. Sementara USB 3.2 Gen 1 Type-C, 3 port USB 3.2 Gen 1 Type-A, LAN port, HDMI-in, HDMI-out, DC-in ada di bagian belakangnya.

Untuk kebutuhan harian remote work—mengetik, membuat deck strategi digital marketing, riset tab browser yang banyak, meeting online, sampai editing video dan foto—ASUS V400 AiO Series terasa responsif. Ditenagai prosesor Intel® Core™ i7-13620H, memori hingga 16 GB DDR5, dan dukungan kapasitas penyimpanan hingga 2 TB, pekerjaan multitasking jadi bisa dijalani tanpa kelamaan buffering. Bagi freelancer, ini penting. Waktu loading yang lambat bukan cuma mengganggu mood, tapi juga produktivitas.

Ukuran layar besar pada ASUS V400 AiO Series membuat pengalaman kerja terasa lebih lega karena rasio layar dan bodinya hingga 93%. Menulis panjang, buka banyak referensi, memahami brief strategi klien, edit konten, sampai nyambi nonton vlog traveling di Youtube atau streaming film Avatar jadi lebih nyaman tanpa harus bolak-balik berpindah jendela. Resolusi Full HD dengan panel yang jernih juga membantu mengurangi kelelahan mata, hal sepele yang dampaknya terasa kalau kamu duduk berjam-jam di depan layar.

Layar besar ASUS V400 AiO Series [dok: ASUS]

Layarnya sendiri tersedia dalam opsi touch screen dan non touch screen. Saya sih akan pilih yang touch screen saja, karena terkadang sedang di posisi ribet mengetik di papan keyboard, misalnya saat sambil menggendong atau memangku bocah.

Itu semua berkat layar 24” FHD NanoEdge display yang ditunjang TÜV Rheinland-certified eye care biar nggak bikin mata lelah. Meski role saya nggak berhubungan dengan desain, tapi sebagai bagian dari tim konten dan branding, tetap butuh layar PC yang bisa menyajikan warna dengan akurat sebagaimana adanya. Nggak lucu kalau logo klien sebenarnya warna merah maroon, tapi ditampilkan sebagai magenta karena distorsi layar PC. Makanya, appreciate banget ASUS V400 AiO Series yang memanjakan mata dengan gamut warna 100% sRGB dan 72% NTSC sehingga memberikan pengalaman warna yang nyata!

Sebagai remote worker, meeting bukan sekadar ngobrol basa-basi. Ia adalah ruang presentasi, negosiasi, dan bahkan membangun kepercayaan untuk visi. Untungnya kamera, mikrofon, dan speaker bawaan ASUS V400 AiO Series terasa cukup mumpuni untuk kebutuhan video call profesional. Teknologi AI noise cancelling yang dimiliki sudah berlangsung 2 arah, meredam kebisingan dari sisi kita sekaligus sisi lawan bicara. Jadi saat Aya dan Sae berisik, entah berisik rewel atau berisik ketawa teriak-teriak, saya nggak khawatir meeting saya akan terganggu. Dolby® Atmos juga tetap hadir untuk menjamin kualitas audio juara.

Teknologi canggih AI juga dibenamkan pada fitur kamera sehingga mengoptimalkan tampilan saya saat rapat virtual. Rumah kami saat ini minim pencahayaan alami, terutama di pagi dan siang hari, karena arah rumah yang kurang tepat. Sinar matahari hanya sampai hingga depan teras. Dengan kamera laptop sekadarnya, tampilan saat saya meeting seringkali buram atau berbintik-bintik. Nah, ini tak akan lagi jadi masalah berkat fitur lighting correction, gaze correction, appearance filter, dan ASUS 3D noise reduction. Saat rumah sedang berantakan karena polah si kembar yang bereksperimen, tinggal aktifkan teknologi background blur.

Suara terdengar jelas, gambar terlihat berkelas, dan tidak perlu tambahan perangkat eksternal hanya untuk terlihat pantas. Bagi saya, ini penting: perangkat kerja seharusnya mendukung kita tampil percaya diri, bukan malah jadi penghambat rejeki.

Soal privasi, ASUS juga cukup thoughtful. Kameranya bersifat retractable, bisa ditutup secara manual saat tidak digunakan. Ada pula Kensington Nano lock slot yang sudah saya singgung di atas untuk meminimalkan risiko pencurian fisik. Fitur kecil, tapi relevan, terutama jika perangkat digunakan di ruang semi-publik.

Pada akhirnya, yang paling saya sukai dari penggunaan All-in-One PC seperti ASUS V400 AiO Series adalah kesederhanaannya yang membuat minim distraksi. Lebih sedikit kabel, lebih sedikit perangkat tambahan, dan lebih sedikit gangguan visual. Meja kerja terasa lebih tenang. Pikiran ikut lebih lapang.


ASUS V400 AiO Series yang Paham Cara Kerja Remote Worker

ASUS V400 AiO Series tentu bukan perangkat yang berusaha menjadi segalanya, namun justru di situlah kekuatannya. Ia paham kebutuhan kerja modern yang membutuhkan fleksibilitas, ruang yang ringkas, dan kinerja yang tak mengenal batas—terutama bagi freelancer dan remote worker yang menjadikan rumah sebagai pusat semua aktivitas.

Kanal pembeliannya sudah luas. Selain di laman resmi ASUS, desktop PC ini juga bisa didapatkan di e-commerce tepercaya seperti Shopee dan Tokopedia. Harganya saya cek di kisaran Rp11 jutaan, sangat sepadan dengan tampilan dan fasilitas yang didapatkan.

Ketika rumah adalah tempat tinggal, tempat berkarya, dan tempat bertemu klien di udara, memiliki perangkat yang rupawan sekaligus bisa diandalkan adalah sebuah kebutuhan. Di titik itu, ASUS V400 AiO Series menjadi sebuah jawaban. Ia adalah bukti bahwa sebuah desktop PCtak harus selalu ribet dengan dimensi, namun bisa tampil minimalis sesuai gaya dan tuntutan zaman terkini. Sungguh, ASUS V400 Series, AiO PC terbaik untuk di rumah dan di tempat kerja.

Artikel ini diikutsertakan pada Lomba Blog “ASUS AiO V400, The Most Aesthetic Workstation!” yang diadakan Travelerien.

Like atau komentar dulu, kak. Baca tanpa komentar itu kayak ngasih harapan semu :D

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Matius Teguh Nugroho

keep learning by traveling

Duo Kembara

Cerita Si Kembar dan Mommy Ara menghadirkan kebaikan

Lonely Traveler

Jalan-jalan, Makan dan Foto Sendirian

Guru Kelana

Perjalanan sang guru di berbagai belahan dunia

dyahpamelablog

Writing Traveling Addict

Daily Bible Devotion

Ps.Cahya adi Candra Blog

bardiq

Travel to see the world through my own eyes.

Teppy & Her Other Sides

Stories, thoughts, places...

Mollyta Mochtar

Travel and Lifestyle Blogger Medan

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

D Sukmana Adi

Ordinary people who want to share experiences

papanpelangi.id

sebuah blog perjalanan

Guratan Kaki

Travel Blog

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

BARTZAP.COM

Travel Journals and Soliloquies

Bukanrastaman

Not lost just undiscovered

Males Mandi

wherever you go, take a bath only when necessary

Eviindrawanto.Com

Cerita Perjalanan Wisata dan Budaya

Plus Ultra

Stories and photographs from places “further beyond”.

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

Musafir Kehidupan

Live in this world as a wayfarer

Cerita Riyanti

... semua kejadian itu bukanlah suatu kebetulan...

Ceritaeka

Travel Blogger Indonesia

What an Amazing World!

Seeing, feeling, and exploring places and cultures of the world

Winny Marlina

Winny Marlina - Whatever you or dream can do, do it! lets travel

Olive's Journey

What I See, Eat, & Read

tindak tanduk arsitek

Indri Juwono's thinking words. Architecture is not just building, it's about rural, urban, and herself. Universe.

dananwahyu.com

Menyatukan Jarak dan Waktu