[ragistory] Tenang Jadi Bapak Setelah Belajar tentang Alergi Susu Sapi

Bapak Nugi dan Mommy Ara saat masih menikmati pernikahan berdua

Sebagai seorang bapak baru, ada banyak hal yang perlu saya ketahui dan pelajari tentang bagaimana membesarkan seorang anak. Salah satu yang membuat saya penasaran adalah tentang alergi susu sapi. Gimana nggak penasaran, asupan susu sapi itu penting untuk tumbuh-kembang anak. Kalo anak alergi susu sapi, berarti ada gizi yang terancam nggak tercukupi. Apalagi, sebagai anak lahir prematur dengan berat lahir rendah, Aya dan Sae membutuhkan susu formula untuk membantu perkembangannya.

Apa itu alergi susu sapi? Bagaimana bisa terjadi? 

Alergi susu sapi adalah reaksi yang tidak diinginkan terhadap protein susu sapi, biasanya diperantarai secara imunologis. Sistem imun tubuh menganggap protein susu sapi sebagai zat berbahaya bagi tubuh, maka terciptalah reaksi alergi. Di sini, susu sapi menjadi sebuah alergen. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sendiri, angka kejadian susu sapi sekitar 2-7,5%, di mana kasus tertinggi terjadi di bulan-bulan awal usia bayi.

Alergi bisa terjadi secara genetis. Bila kedua atau salah satu dari orangtua memiliki riwayat alergi, maka akan memperbesar kemungkinan mengalami alergi susu sapi. Bahkan bila orangtua tidak memiliki riwayat alergi pun, kemungkinan punya alergi itu masih ada. Probabilitasnya sekitar 5-15%.


Gejala Alergi Susu Sapi

Beberapa minggu lalu, saya dicurigai memiliki rinitis alergi setelah memeriksakan diri di puskesmas terdekat. Itu karena saya pilek terus-terusan. Bersin-bersin, hidung meler, hidung mampet, dsb. Fyi, saya sendiri juga memiliki penyakit asma sejak kecil. Nah, ternyata rinitis dan asma bisa menjadi gejala alergi susu sapi, sekitar 20-21%. 

Batuk dan pilek memang gejala alergi susu sapi yang seringkali ambigu karena bisa dikira sakit. Untuk mencari tahu mana yang sedang dialami anak, cek dan amati apakah sudah berlangsung cukup lama, apakah terjadi dengan pemicu yang sama, dan apakah ada riwayat alergi dari keluarga. Bila disertai demam, dahak/ingus berwarna, dan lebih konsisten gejalanya (tidak dominan saat pagi/malam saja), maka kemungkinan besar itu adalah infeksi, bukan alergi.

Selain pada sistem pernafasan, gejala alergi susu sapi bisa paling banyak dilihat pada sistem pencernaan, contohnya adalah diare (53%) dan kolik (27%). Dalam kasus yang parah, tinja bisa disertai darah. Bedakan tanda-tanda ini dengan gejala intoleransi laktosa dan infeksi ya. Kata ibu, saya dulu nggak bisa minum susu sapi. Perutnya akan bergejolak dan lalu dimuntahkan. Nah, yang saya alami ini adalah intoleransi laktosa.

Selain itu, gejala juga terjadi pada kulit, seperti urtikaria/biduran (18%) dan dermatitis atopik (35%). Dermatitis atau eksim biasanya dapat diketahui dari kulit yang memerah, kering, bahkan pecah-pecah. Nah, salah satu dari si kembar yaitu Aya, beberapa hari lalu mengalami bintik-bintik seperti biang keringat yang kemerahan di area leher depan dan dada bagian atas. Saya sempat takut apakah dia mengalami alergi susu sapi. Ternyata setelah konsultasi dengan dokter anak, bintik-bintik tersebut karena kulit yang lembab akibat tumpahan susu yang tidak ketahuan ketika dia tidur di malam hari.

Mencegah stunting untuk anak dengan Alergi Susu Sapi

Puji Tuhan, baik Aya dan Sae tidak ada yang mengalami gejala-gejala di atas.

Kabar baiknya, alergi susu sapi bisa sembuh! Probabilitasnya sekitar 45-55% di tahun pertama, 60-75% di tahun kedua, dan 90% di tahun ketiga.

Namun, bukan berarti alergi susu sapi terus dibiarkan! Pasalnya, 1.000 hari pertama adalah golden years bagi si kecil. Dalam 3 tahun itulah, si kecil harus menerima asupan yang dia butuhkan untuk kesempurnaan tumbuh-kembangnya. Nggak hanya dari segi fisik, namun juga psikologis. Kalau tidak dicukupi, bisa-bisa pertumbuhan dan perkembangannya terganggu, dan risiko dari kekurangan protein hewani gara-gara alergi susu sapi adalah𑁋stunting.


Stunting dan Alergi Susu Sapi

Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami pertumbuhan yang tidak sesuai (lambat) sesuai usianya. Ciri yang paling mudah dikenali adalah tinggi badannya yang berada di bawah rata-rata anak seusianya serta berlangsung cukup lama. Karena diakibatkan oleh kurang gizi kronis, anak yang mengalami stunting juga biasanya mengalami gangguan kecerdasan.

Menurut Kementerian Kesehatan, hasil Survei Status Gizi Indonesia menyatakan bahwa prevalensi stunting di Indonesia sekitar 21,6% di tahun 2022. Pada anak dengan alergi susu sapi, prevalensi stunting-nya bahkan mencapai 24% lho.

Tim begadang ngurus anak kembar: Bapak Nugi dan mommy Ara, halo kantung mata!

Dilema memang, karena makanan-makanan yang biasanya menjadi pencetus alergi mengandung protein dan lemak yang merupakan sumber nutrisi makro untuk tumbuh-kembang anak. Anak dengan alergi juga biasanya sering sakit, sehingga kebutuhan akan lemak dan protein juga lebih besar. Terbatasnya pilihan makanan ini juga berpotensi membuat anak nggak nafsu makan, males-malesan. Kayak, udah jiper duluan karena cemas ada kandungan susu sapi yang memicu alerginya. Siapa tau pembuat/penjual makanannya sendiri nggak hafal kandungan makanannya.

Stunting nggak bisa diremehkan! Kalau terus berlangsung hingga usia di atas 3 tahun, maka anak akan susah mengejar pertumbuhan anak-anak seusianya. Dampak jangka panjangnya adalah perkembangan otak yang terhambat. Wah, bisa menjadi anak berkebutuhan khusus, kemampuan belajar rendah, dan terkena penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi.

Identifikasi anak berisiko alergi susu sapi

Agar tidak mengalami stunting karena alergi susu sapi, maka perlu diatasi sejak dini. Bila sudah ada kecurigaan akan adanya alergi susu sapi, lakukan dulu diet eliminasi selama 3 minggu dengan tidak mengonsumsi susu sapi. Amati apakah gejala alergi masih berlanjut atau menghilang. Setelah itu, lakukan provokasi dengan memberikan kembali susu sapi. Nah, hasilnya akan lebih valid. Hindari susu sapi selama 3-6 bulan berikutnya tergantung dengan reaksi alergi yang dialami.


Tatalaksana Anak dengan Alergi Susu Sapi

Tenang, kalau anak sudah tervalidasi memiliki alergi susu sapi, bukan berarti kita harus menyerah dengan kondisi. Ada tatalaksana yang bisa kita coba penuhi. Berikan makanan pengganti yang sesuai dengan penambahan berat dan tinggi badan si buah hati. Diet eliminasi tanpa makanan pengganti yang memadai bisa menyebabkan anak stunting.

Kandungan susu sapi terkadang memang nggak terang-terangan tertulis seperti “susu sapi”. Bisa juga ditulis seperti ini:

  • Brown sugar flavoring
  • Caramel flavoring
  • Chocolate
  • High protein flour
  • Margarine
  • Natural flavoring
  • Simplesse

Sementara lactic acid, lactate, lactylate, calcium carbonate/propionate/citrate/phosphate, cocoa butter/powder, coconut butter/cream, cream of tartar, creamed honey, fruit butter, shea butter, nut butter, malt liquor/vinegar/thistle, malted barley, lecithin oleoresin, dan glucono delta-lactone malah AMAN karena TIDAK mengandung susu sapi.

Stunting pada anak dengan alergi susu sapi

Pantau terus tumbuh-kembang anak dengan alergi susu sapi. Dalam 6 bulan pertama, monitor berat dan panjang badannya, khususnya di usia 1, 2, dan 4 bulan. Evaluasi lagi pada usia 6, 9, dan 12 bulan. Setelah 1 tahun, lakukan evaluasi berkala setiap 1-2 semester.

Segera konsultasikan ke dokter spesialis anak bila anak mengalami gangguan tumbuh-kembang. Prinsip tatalaksana anak dengan alergi susu sapi adalah sebagai berikut:

  • Hindari makanan dan minuman yang mengandung susu sapi beserta produk-produk turunannya
  • Hati-hati membaca label makanan
  • Pastikan gizi tercukupi
  • Monitor status gizi
  • Konsultasi ke dokter spesialis anak.

Bila sudah melakukan diet eliminasi selama 6 bulan, maka cek apakah anak sudah bisa mengonsumsi susu sapi. Bila belum, maka lanjutkan pemberian asupan seperti sebelumnya.


Bersyukur banget seluruh informasi di atas bisa saya dapatkan gratis dengan mengikuti webinar Bicara Gizi dari Danone Indonesia pada hari Rabu, 31 Mei 2023 lalu. Bekerjasama dengan Tentang Anak, webinar kali ini mengangkat tema “Ketahui Kaitan Anak Alergi Susu Sapi dengan Stunting”. Makanya, saya excited banget buat daftar dan ikutan! Ada Dr. dr. Zahrah Hikmah, SpA(K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi dan Chacha Thaib (public figure) yang menjadi pembicara. Acara dipandu oleh dr. Mesty Ariotedjo, SpA yang juga merupakan founder @tentanganak. 

Pembicara Bicara Gizi Danone Indonesia dan Tentang Anak

Webinar ini diselenggarakan dalam rangka menyambut Allergy Awareness Week, di mana Danone Specialist Nutritions Indonesia ingin memberikan kesadaran kepada para orangtua mengenai dampak serius alergi susu sapi, salah satunya adalah stunting. Sebagai perusahaan yang ingin memberikan nutrisi terbaik bagi anak-anak Indonesia, Danone SN Indonesia terus berupaya dalam berbagai inisiatif dan program bersama pemerintah, pakar kesehatan, dan organisasi lainnya untuk edukasi keluarga Indonesia.

Alergi susu sapi memang kondisi serius yang nggak bisa kita biarkan terjadi pada anak, tapi bukan berarti nggak ada cara mengatasinya. Dengan penanganan yang tepat, gizi anak dengan alergi susu sapi juga bisa tercukupi.

Satu komentar

  1. Pasti ngerasa panik banget ya kalo anak punya alergi gini. Apalagi Susu Sapi.
    Aku baru tau kalau dikomposisi itu, kandungan susu sapi gak semuanya ditulis jelas/teranag-terangan. Berarti kalau udah ada alergi gini mesti ekstra hati-hati dan ingat betul nama-nama yang merupakan kandungan susu sapi ya. Biar gak tergocek

Like atau komentar dulu, kak. Baca tanpa komentar itu kayak ngasih harapan semu :D

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Duo Kembara

Cerita Si Kembar dan Mommy Ara menghadirkan kebaikan

Lonely Traveler

Jalan-jalan, Makan dan Foto Sendirian

Guru Kelana

Perjalanan sang guru di berbagai belahan dunia

dyahpamelablog

Writing Traveling Addict

Daily Bible Devotion

Ps.Cahya adi Candra Blog

bardiq

Travel to see the world through my own eyes.

Mollyta Mochtar

Travel and Lifestyle Blogger Medan

aryantowijaya.wordpress.com/

Tiap Perjalanan Punya Cerita

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

D Sukmana Adi

Ordinary people who want to share experiences

papanpelangi.id

Berjalan, bercerita; semoga kita terbiasa belajar dari perjalanan

Guratan Kaki

Travel Blog

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

Efenerr

mari berjalan, kawan

BARTZAP.COM

Travel Journals and Soliloquies

Bukanrastaman

Not lost just undiscovered

Males Mandi

wherever you go, take a bath only when necessary

Eviindrawanto.Com

Cerita Perjalanan Wisata dan Budaya

Plus Ultra

Stories and photographs from places “further beyond”.

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

Musafir Kehidupan

Live in this world as a wayfarer

Cerita Riyanti

... semua kejadian itu bukanlah suatu kebetulan...

Ceritaeka

Travel Blogger Indonesia

What an Amazing World!

Seeing, feeling and exploring places and cultures of the world

Winny Marlina

Winny Marlina - Whatever you or dream can do, do it! lets travel

Olive's Journey

What I See, Eat, & Read

tindak tanduk arsitek

Indri Juwono's thinking words. Architecture is not just building, it's about rural, urban, and herself. Universe.

dananwahyu.com

Menyatukan Jarak dan Waktu