Panduan Perjalanan di Taiwan, “Jepang” yang Tertunda

Taipei 101 Tower dan panorama kota Taipei dari Elephant Mountain

Taiwan sudah lama menjadi mimpi saya. Bagi saya, Taiwan adalah Jepang yang tertunda. Negeri yang luasnya hanya sekitar sepertiga Pulau Jawa ini adalah rumah bagi sederet atraksi wisata yang menambat hati. Wisata kota, kuliner, belanja, hingga alam menyambut tiap wisatawan. Atraksi religi, histori, hingga teknologi pun ada di negeri ini. 

Di Taiwan, saya bisa menikmati hidup di dalam kota yang bersih dan rapi, naik kereta bawah tanah yang teruji, kedinginan di Pegunungan Alishan yang tinggi, bermain di pantai di bawah guyuran sinar mentari, hingga naik kereta cepat yang melesat dalam sepi. Bagi saya, Taiwan adalah sebuah paket wisata lengkap. 

Saya memang belum pernah benar-benar mengunjungi Taiwan. Namun, sudah banyak informasi yang saya peroleh dari Negeri Chiang Kai-shek ini. Jadi, izinkan saya membagikan semua informasi tentang Taiwan yang sudah lama mengendap itu di sini. 


Terbang ke Taiwan 

Sama seperti sebagian besar ibukota lainnya di dunia, Taipei adalah titik awal sekaligus pusat perjalananmu di Taiwan. 

Untuk penerbangan dengan maskapai berbiaya rendah, kamu bisa naik Scoot dari Changi International Airport seharga mulai Rp1,5 jutaan dengan jadwal penerbangan pukul 01:00, 07:00, dan 11:30. Masing-masing akan mendarat di T1 Taoyuan International Airport pukul 05:45, 11:45, dan 16:30. Saya sih akan ambil penerbangan jam 11:30 saja, jamnya ideal. Biar masih bisa sarapan dan tidur dengan layak di Singapura. Mau lebih murah? Naiklah Batik Air pukul 01:00 dari T1 KLIA, mendarat di Taoyuan pukul 05:55. Harganya mulai Rp1,1 jutaan sahaja fufufu. 

Taoyuan International Airport, Taiwan

Buat yang suka transit di Ho Chi Minh City, Vietnam, saya lihat-lihat harga penerbangan VietJet dari Bandara Soekarno-Hatta ke Taoyuan via Ho Chi Minh City juga lebih murah lagi. 

Taoyuan International Airport sudah terintegrasi baik dengan transportasi umum di Taipei, khususnya metro/MRT. Dari Terminal 1 atau Terminal 2, naiklah MRT Airport Line hingga perhentian terakhir di Taipei Main Station. Stasiun ini adalah major transport hub di Taipei, ibarat KL Sentral di Malaysia. Di dalamnya ada Taoyuan Airport MRT Line, Tamsui-Xinyi Line (jalur merah), Bannan Line (jalur biru), Taiwan Railway Authority/TRA (kereta api lokal), dan Taiwan High Speed Rail/THSR (kereta api cepat). 

Selain 3 jalur yang sudah saya sebutkan di atas, masih ada 4 jalur MRT lagi di Taipei. Keempatnya adalah Wenhu Line (jalur cokelat), Songshan-Xindian Line (jalur hijau), Zhonghe-Xinlu Line (jalur oranye), dan Circular Line (jalur kuning). Selain itu, ada 1 light rail bernama Danhai LRT. Yang akan banyak dipakai wisatawan biasanya jalur merah, jalur biru, dan jalur cokelat untuk ke Taipei Zoo. 

MRT/metro di Taipei adalah transportasi umum yang bisa diandalkan
Peta jaringan MRT Taipei

Untuk naik MRT, wisatawan bisa membeli single trip ticket di setiap mesin tiket, menggunakan kartu pass, dan Easycard. Untuk tiket sekali jalan, bentuk dan cara kerjanya seperti token di Kuala Lumpur. Tempelkan pada scanner saat masuk, lalu masukkan ke slot saat keluar. Untuk kartu pass, harganya mulai NT$ 180 untuk 1-Day Pass. Saya akan memilih Easycard (yup, sepertinya namanya terinspirasi hal yang sama dengan EZ Card di Singapura). Easycard bisa dipakai naik bus, belanja, beli makan, dsb. Selain itu juga ada diskon! Easycard bisa dibeli di stasiun, minimarket, atau pesan online di KKday atau KLOOK untuk nanti diambil di Taoyuan International Airport.


Taipei, Pusat dan Awal Perjalananmu 

Hari pertama mendarat di Taipei, saya sarankan kamu fokus beristirahat atau maksimal jalan-jalan santai di sekeliling hotel, apalagi kalau waktu mendaratnya sudah sore apalagi malam hari. Cukuplah mampir ke Ximending di malam harinya untuk melihat bagaimana Harajuku-nya Taipei beraksi. Dengan MRT, Ximending bisa dicapai dengan Tamsui-Xinyi Line dan turun di Stasiun Ximen. 

Chiang Kai-shek Memorial Hall dan Liberty Square Arch, landmark utama Taipei
Shilin Night Market, pasar malam terkenal di Taipei

Esoknya di hari ke-2, baru puas-puasin menjelajah kota Taipei! Pagi hari, naiklah MRT Tamsui-Xinyi Line menuju Chiang Kai-shek Memorial Hall. Jangan lewatkan prosesi pergantian penjaga yang dilakukan setiap jam dari pukul 10:00-17:00. Di sekitarnya ada banyak destinasi menarik lainnya, seperti: Liberty Square Arch, National Theater, National Concert Hall, dan National Taiwan Museum Nanmen Park. Siangnya, neduh dulu di Daan Park, cuma berjarak 2 stasiun dari Chiang Kai-shek Memorial Hall.  

Kalau masih sempat dan ada budget, setelah itu mampirlah ke Taipei 101 Tower (masih dengan MRT Tamsui-Xinyi Line) dan naik ke observatory deck di lantai 89F. Tiket masuknya NT$ 600. Kalau tertarik dan masih ada waktu, di dekat Taipei 101 Tower ada Dr. Sun Yat-sen Memorial Hall dan Zongshan Park. Pokoknya, sebelum sunset kamu harus sudah selesai mendaki Elephant Mountain dan tiba di titik pandangnya. Nikmati pemandangan kota Taipei dan Taipei 101 yang menjulang di depan mata. Akhiri hari pertama menjelajah dengan makan malam, jajan, dan bersenang-senang di Shilin Night Market. Untuk menuju ke sana, naiklah MRT Tamsui-Xinyi Line dan turun di Stasiun Jiantan, bukan Stasiun Shilin. 

Maokong Gondola di Taipei
Ximending, Harajuku-nya Taipei

Hari berikutnya, awali hari dengan menyapa panda di Taipei Zoo, tiket masuknya hanya NT$ 60. Dari Taipei Main Station, naik MRT Tamsui-Xinyi Line sampai Stasiun Daan, lalu transfer ke Wenhu Line (jalur cokelat). Naik terus sampai stasiun terakhir di Taipei Zoo. Di sana, naiklah Maokong Gondola dari Stasiun Taipei Zoo hingga mentok ke Stasiun Maokong, ongkos sekali jalannya adalah NT$ 120 tapi bisa dapet diskon kalau pakai EASYCARD. Tiket Maokong Gondola dan Taipei Zoo bisa dibeli di KLOOK, tinggal pilih paket kombo yang kamu mau dan murah-muraaahhh!

Setelah seharian di Taipei Zoo, sore harinya kamu bisa mengunjungi Longshan Temple dan Bopiliao Historical Block. Keduanya terletak berdekatan dan bisa dicapai dengan MRT Bannan Line (jalur biru), lalu turun di Stasiun Longshan Temple. Malamnya, geser dikit ke Stasiun Ximen dan puas-puasin mengeksplor Ximending. 


Short Trip from Taipei: Tamsui, Beitou, Jiufen, Taroko National Park 

Nah, obyek-obyek wisata utama Taipei sudah berhasil kamu kunjungi dalam 2 hari. Kalau kamu masih ada waktu di Taipei dan mau mengunjungi tempat-tempat baru, saya ada itinerary tambahan buatmu. 

Xikou Wharf dan Keelung River di Songshan, Taipei

Pertama, kamu bisa ke Songshan dengan naik MRT Xindiang-Songshan Line (jalur hijau) dan turun di Stasiun Songshan. Di sana, ada Songshan Ciyou Temple dan Keelung River. Nikmatilah berjalan kaki santai menyusuri riverside di Xikou Wharf. Malamnya, saatnya foya-foya di Raohe Night Market. Pokoknya di Taiwan mah, tiada hari tanpa pasar malam! Tiga tempat di atas terletak berdekatan dan bisa dijangkau dengan berjalan kaki. 

Opsi berikutnya, kamu bisa ke Tamsui atau Beitou. Keduanya ada di jalur MRT Tamsui-Xinyi Line. Tamsui adalah kota pelabuhan tua di ujung lintasan MRT Tamsui-Xinyi Line. Romantis sekali sore-sore menyusuri Tamsui Old Street, mampir ke Fort San Domingo, lalu menikmati senja tepi laut di Fisherman’s Wharf. Ngomong-ngomong, jarak dari Stasiun Tamsui ke Fisherman’s Wharf cukup jauh kalau jalan kaki, hampir 5 km. Kalau nggak kuat jalan jauh dan mau langsung ke Fisherman’s Wharf saja, naik MRT Tamsui-Xinyi Line sampai Stasiun Hongshulin, lalu transfer ke Danhai Light Rail (LRT). Turun di perhentian terakhirnya, dari situ ke Fisherman’s Wharf hanya sekitar 1 kilometer saja. 

Fisherman’s Wharf di Tamsui

Beitou adalah pelarian tercepat warga Taipei yang ingin menikmati berendam air panas. Turunlah di Stasiun Beitou, lalu transfer ke percabangan jalur dan turun di Stasiun Xinbeitou. Ke Beitou memang enaknya menginap semalam agar bisa puas healing dan menikmati suasana. Jelajahilah Beitou Park, Beitou Hot Spring Museum, Beitou Museum, Thermal Valley, dan Taipei Public Library Beitou Branch

Untuk kamu si paling Ghibli, maka saya menyarankanmu untuk mengunjungi Jiufen. Kota kecil yang terletak di lereng bukit ini khas dengan kedai makan, kedai teh (teahouse), dan toko-toko lainnya yang berderet di sepanjang gang-gang sempitnya. Penuh kelokan, penuh undakan anak tangga seperti labirin, sementara lampion-lampion merah terus mengiringi. Ah, bayangkan syahdu dan romantisnya menyusuri gang-gang Jiufen di malam hari. Kedai teh yang paling terkenal adalah A-mei Teahouse

Gang-gang Jiufen yang romantis dan ghibli-able

Jiufen bisa diakses dengan transportasi umum. Naiklah MRT Bannan Line (jalur biru) hingga Stasiun Zhongxiao Fuxing, lanjutkan dengan bus no. 1062 lalu turun di Jiufen Old Street Station. Kalau mau lebih praktis, bisa langsung shuttle bus tujuan Jiufen atau ikut paket tur. Kalau kamu di Taiwan lebih dari 5 hari (bersih, tidak termasuk hari melakukan penerbangan berangkat/pulang), maka saya sarankan memasukkan Jiufen ke dalam agendamu. Tapi kalau di Taiwan cuma 5 hari bahkan kurang, skip saja Jiufen dan langsung ke Kaohsiung/Tainan/Chiayi. Misalnya cuma sebentar di Taiwan dan ingin banget nget nget ke Jiufen, maka day tour saja, atau pulang di malam hari selama bus masih ada. 

Terakhir, kalau kamu suka banget dengan atraksi alam, rekomendasi saya berikutnya adalah Taroko National Park untuk melihat Taroko Gorge yang dramatis itu. Bayangkan pemandangan ngarai dan lembah-lembah terjal berbatu dan gua-gua eksotis. Nah, saya nggak terlalu tertarik sama Taroko karena akses transportasinya masih susah. Dari Taipei bisa naik bus atau kereta api biasa (bukan high speed train) ke kota Hualien. Dari sana, harus dilanjutkan dengan kendaraan pribadi, entah itu sewa mobil atau ikut tur sekalian dari Taipei. Jadi buat kamu yang berminat, mangga ubek-ubek informasinya di internet. 

Pemandangan alam yang dramatis di Taroko National Park

Saya akan langsung beralih ke destinasi berikutnya, Alishan.  


Alishan, di Mana Kecintaan Akan Gunung dan Kereta Api Dipuaskan Sekaligus 

Saya jatuh cinta dengan Alishan setelah nonton video perjalanan BBC Travel Show di Taiwan. Praktis, misi utama saya di Alishan hanya satu—menaiki kereta api lawasnya menuju puncak gunung yang berada di atas samudera awan ketika sang surya beranjak naik ke angkasa kita. 

Untuk menuju Alishan National Scenic Area, saya mau naik Taiwan High Speed Rail lalu turun di Stasiun THSR Chiayi, kota terdekat dari Alishan. Dari sana, saya masih perlu naik bus BRT ke Stasiun TRA Chiayi untuk bisa menaiki Alishan Forest Railway yang saya idam-idamkan. Sebenarnya memang lebih praktis naik kereta api TRA sih. Turun di Stasiun TRA Chiayi, bisa langsung transfer ke Alishan Forest Railway. Tapi berhubung akan naik Alishan Forest Railway besok subuhnya, jadi nggak apa-apa lah naik THSR saja. 

Alishan Forest Railway saat musim semi di kisaran Maret-April

Well, saya mungkin akan memilih naik kereta api TRA bila saya akan menghabiskan waktu agak lama di Taiwan, biar pengalaman naik THSR saya ambil untuk rute Chiayi-Zuoying (Kaohsiung). 

Setibanya di Chiayi dan beristirahat singkat, saya akan langsung ke Alishan dan bermalam di sana. Buat kamu yang mau bermalam di Chiayi dulu, nggak banyak destinasi yang menarik buat saya di sini, paling Chiayi Park dan Wenhua Night Market. Di Chiayi Park ada Chiayi City Historical Relic Museum, menurut saya suasananya paduan antara Cina dan Jepang. Benarlah anggapan saya, Taiwan adalah Jepang yang tertunda. 

Alishan Forest Railway sendiri punya beberapa rute, tapi sepertinya yang harus saya ambil adalah Chushan Line karena mau menikmati sunrise, bukan naik Main Line-nya. Harga tiketnya adalah NT$ 120. Konon, jadwal keberangkatan akan disesuaikan tergantung musim, karena memiliki waktu sunrise berbeda-beda. Yang jelas, tiket harus dibeli maksimal sehari sebelum keberangkatan. 

Samudera awan dari Duigaoyue, Alishan

Chushan Line akan mengantarkan kita dari Stasiun Alishan hingga Stasiun Duigaoyue di mana sunrise viewing platform berada. Harusnya ada Stasiun Chushan/Zhushan, tapi mungkin lagi ditutup sementara atau nggak lagi beroperasi. Tiket bisa dipesan online di website Alishan Forest Railway ini. Untuk bulan Agustus ini, kereta api akan berangkat pukul 4:30 dan kembali ke Chiayi pukul 6:20. Jadi dari Chiayi, saya naik bus dulu ke Alishan, baru besok subuhnya naik Alishan Forest Railway. Masuk ke kawasan Alishan juga ada tiket masuknya sebesar NT$ 300, tapi bisa dapet diskon setengah harga dengan menunjukkan tiket bus kita. 

Setelah kembali ke Stasiun Alishan, saya akan naik kereta api lagi (atau ganti dengan bus listrik? Hm) menuju Chaoping buat walking trail singkat sebelum kembali ke Chiayi. Sedapetnya aja, sesanggupnya aja, karena siangnya saya mau berangkat ke Kaohsiung. Kebetulan saya juga bukan penggemar wisata alam garis keras sih. 

Nah, ini saya dapet deal oke banget di KKday, Alishan Forest Railway Chushan Line + paket tur + hotel semalam + diskon THSR, cuma Rp2 jutaan. Fyi ini bukan tulisan sponsor ya, Bos. Di KLOOK juga ada nih, opsinya dari tur 1 hari hingga tur 3 hari. Ada yang naik bus semua, ada yang naik kereta api. Klik di sini buat beli.

Alishan terkenal dengan hutannya yang lebat, berkabut, dan misterius

Atau mungkin sebaiknya tambah sehari lagi di Alishan? Apalagi di bulan Maret-April. Karena dalam 2 bulan itu Alishan sedang musim semi, jadi kita bisa melihat bunga sakura (cherry blossom) bermekaran 😍 Kalau tertarik, maka naiklah Alishan Forest Railway yang Chaoping Line. 


Kaohsiung, Alasan Utama ke Taiwan 

Keinginan saya mengunjungi Kaohsiung bisa jadi lebih besar daripada Taipei. Ada satu alasannya: Love River. Sungai yang lebar dan bersih ini mengalir membelah kota Kaohsiung. Iya, saya selalu suka kota dengan sungai bersih yang diapit lajur pejalan kaki, seperti Singapore River di Singapura, Han River di Da Nang, atau Tonle Sap River di Phnom Penh. 

Dari Taipei, tentu saja saya ingin mencapai Kaohsiung dengan Taiwan High Speed Rail, lalu turun di Stasiun THSR Zuoying. Stasiun ini terintegrasi dengan MRT Red Line. Sama seperti di Jepang dengan JR Pass, THSR rupanya juga punya kartu pass untuk unlimited ride dalam jangka waktu tertentu. Asyiknya lagi, nggak mahaaalll. Coba klik KKDAY atau KLOOK kalau berminat ya.

Taiwan High Speed Rail di Stasiun Zuoying, Kaohsiung
Dome of Light di Stasiun MRT Formosa Boulevard

Jalur MRT di Kaohsiung belum sebanyak Taipei, hanya ada 2 jalur MRT (Red Line dan Orange Line) dan 1 jalur LRT/light rail bernama Circular Line yang juga belum terlalu lama beroperasi. Red Line dan Orange Line bertemu di Stasiun Formosa Boulevard, stasiun megah di mana Dome of Light berada.  

Setibanya di Kaohsiung di siang hari, saya akan langsung menuju Stasiun Ecological District untuk mengunjungi Dragon & Tiger Pagodas, tepat 1 stasiun berikutnya setelah Zuoying. Selain kuil utamanya, di sekitarnya juga ada danau yang besar, kuil-kuil kecil, gerbang kuno, taman, dan Kaohsiung City Temple of Confucius. Setelah puas, baru saya ke Stasiun Formosa Boulevard untuk check-in hostel, mandi, beristirahat, lalu ke stasiun lagi untuk Dome of Light. Hari pertama di Kaohsiung akan saya akhiri di Liuhe Night Market yang juga terletak tak jauh dari situ. 

Dragon & Tiger Pagodas, Kaohsiung
Kaohsiung MRT baru punya 2 jalur saja
Peta jaringan MRT dan LRT Kaohsiung

Esok harinya adalah highlight utama saya di Kaohsiung: Love River. Oh, saya akan mulai dari pagi-pagi, dan bertahan ngubek-ubek Love River hingga sore hari. 

Love River bisa diakses dari Stasiun Yanchengpu (MRT Orange Line). Bisa juga naik LRT, lalu turun di Stasiun Glory Pier/Love Pier/Dayi Pier-2/Penglai Pier-2/Sizihwan, tergantung mana yang jadi titik mula petualanganmu.  

Saya akan turun di Stasiun LRT Glory Pier. Setelah puas menikmati waterfront di pagi hari dan sekitarnya, saya akan menyeberang Love River melalui Lingyaliao Iron Bridge. Setelah sampai di sisi seberang, saya akan mengunjungi beberapa spot di sana: Witness of Love, Kaohsiung 228 Peace Memorial Park, Dayi Park, Great Harbor Bridge, hingga akhirnya tiba di The Pier2 Art Center. Pernah lihat robot-robotan raksasa menyerupai Bumble Bee? Nah, itu ada di The Pier2 Art Center ini. Biarlah saya belum ke Odaiba, Tokyo, untuk bertemu robot gundam raksasa. Ke Kaohsiung dulu saja nggak apa-apa. Etape 1 berakhir di Takao Railway Museum

Love River di Kaohsiung yang romantis di malam hari
Bumblebee di The Pier2 Art Center

Sore harinya, saya akan menyeberang ke Cijin Island naik kapal ferry dari Gushan Pier yang letaknya sudah dekat dari situ. Ngapain aja di Cijin Island? Sepedaan keliling pulau, makan seafood di Cijin Old Street, main-main di pantai, Tianhou Temple, Cihou Lighthouse, Windmill Park, dan Cijin Fort. Entah apakah semua bisa dijabanin sebelum terlalu malam, haha. Biar berpasir hitam dan kalah jauh dari pantai-pantai di Indonesia, asyiknya pantai-pantai di Cijin adalah taman-tamannya, jogging/cycling path-nya, dan instalasi-instalasi seninya.  

Rental sepeda dan scooter (baca: sepeda motor matic) ada di pintu keluar Stasiun Sizihwan atau di Cijin Island sendiri, misalnya YouBike. Tarifnya NT$ 100-200. 

Konon, Cijin adalah salah satu pemukiman tertua di Kaohsiung, dan Tianhou Temple adalah kuil tertua di kota ini. Sebelum terlalu malam, saya akan kembali ke daratan utama untuk menikmati Love River di malam hari sejenak sebelum akhirnya pulang ke hostel. Kapal ferry beroperasi tiap 10 menit hingga pukul 2:00, tarifnya NT$ 30 atau NT$ 20 dengan Easycard. 

Pemandangan Kaohsiung dan Cijin Island dari atas Cijin Fort
EASYCARD dan SIM Card di KLOOK

Hari ke-3 di Kaohsiung, agenda saya cuma Fo Guang Shan Buddha Museum. Letaknya memang paling jauh dan nggak bisa diakses dengan MRT/LRT, jadi harus naik bus. Saya harus berangkat pagi-pagi, agar bisa naik maskapai AirAsia dengan rute penerbangan langsung Kaohsiung-Kuala Lumpur pukul 13:45 seharga Rp1,7 jutaan. 


Selain Taipei, Alishan, dan Kaohsiung, sebenarnya ada 1 kota lagi yang menarik buat saya: Tainan. Tainan adalah kota tertua di Taiwan. Ibarat Jepang, Tainan adalah Kyoto. Kota ini juga mudah diakses dengan kereta api TRA atau THSR. Ada banyak bangunan bersejarah, kuil-kuil kuno, kuliner yang kaya, dan sungai yang bersih. Kalau saya di Taiwan lebih dari 1 minggu, saya pasti akan ke Tainan juga.  

Berikutnya ada Taichung yang kabarnya menggeser Kaohsiung sebagai kota terbesar ke-2 Taiwan. Saya nggak terlalu tertarik ke sini, kecuali saya di Taiwan selama sebulan hehe.  

LRT Kaohsiung yang modern dengan armada tram
Jalan tua di Tainan, kota tertua di Taiwan

Nah, itulah panduan perjalanan dan rekomendasi itinerary yang bisa saya buat untuk Taiwan. Tolong bantu doakan saya agar bisa segera ke Taiwan beneran, ya. Kalau saya berhasil mewujudkan impian ke sana, maka saya juga pasti akan membuat banyak tulisan, foto, dan video perjalanannya. Keep learning by traveling~ 

7 komentar

  1. avatar fanny_dcatqueen

    Ihhhhh iyaaa yaa mirip jepang kotanya 😍😍😍. Kakak iparkh udh ngajakin Mulu ke Taiwan mas, apalagi waktu itu ada promo Eva air. Dan sebenernya buat pemegang visa US, schngen atau jepang , bisa masuk Taiwan free visa. Visa US ku kan msh valid soalnya.

    Tapi memang blm ada planning kesana. Taiwan ini sbnrnya bukan negara kan yaa? Msh under China kan? Seingetku indonesia ga mengakui dia sebagai negara sendiri soalnya.

    Aku JD penasaran juga harga tiket terusan kereta cepat nya. Jr pass mana mau naik 70% lagi OCT ini 🤣🤣🤣🤣. Makin bangkrut kesana. Enak juga kalo di Taiwan keretanya ga terlalu mahal.

    Atau mungkin kalo ntr aku ke Jepang lagi, aku coba cek tiket yg transit di Taiwan deh. Biar bisa main dulu kesana sebelum jepang 😄

  2. avatar fanny_dcatqueen

    Ihhhhh iyaaa yaa mirip jepang kotanya 😍😍😍. Kakak iparkh udh ngajakin Mulu ke Taiwan mas, apalagi waktu itu ada promo Eva air. Dan sebenernya buat pemegang visa US, schngen atau jepang , bisa masuk Taiwan free visa. Visa US ku kan msh valid soalnya.

    Tapi memang blm ada planning kesana. Taiwan ini sbnrnya bukan negara kan yaa? Msh under China kan? Seingetku indonesia ga mengakui dia sebagai negara sendiri soalnya.

    Aku JD penasaran juga harga tiket terusan kereta cepat nya. Jr pass mana mau naik 70% lagi OCT ini 🤣🤣🤣🤣. Makin bangkrut kesana. Enak juga kalo di Taiwan keretanya ga terlalu mahal.

    Atau mungkin kalo ntr aku ke Jepang lagi, aku coba cek tiket yg transit di Taiwan deh. Biar bisa main dulu kesana sebelum jepang 😄

    1. avatar Matius Teguh Nugroho

      Ya kaaannn kayak Jepang 😍

      Jadi Taiwan itu negara sendiri tapi tidak diakui RRT. Nama resminya adalah Republic of China. Hubungan diplomatis Indonesia dengan Taiwan memang rumit. Kita menganut paham One China, tapi ada kerjasama perdagangan.

      Nah bisa banget tuh ke Jepang via Taiwan hehe

  3. avatar ainunisnaeni
    ainunisnaeni · · Balas

    alasan aku pengen juga ke Taiwan adalah karena drama Meteor Garden wkwkwk.
    Dulu aku ga bisa bedain Taiwan sama China, kirain sama waktu itu, maklum waktu sekolah nggak ngapalin peta hahaha.
    Dan aku udah belajar soal Taiwan dari bukunya mbak Claudia Kaunang yang keliling Taiwan, ternyata Taiwan menarik juga buat dikunjungi

    1. avatar Matius Teguh Nugroho

      SAMAAA AKU JUGA BACA BUKUNYA MBAK CLAUDIA.

      Itinerary di atas pun sedikit-banyak terinspirasi dari perjalanannya.

  4. avatar Tidak diketahui

    […] tak sebesar Love River di Kaohsiung atau Singapore River di Singapura, namun Melaka River tetap resik dan apik. Sungai-sungai di […]

  5. avatar Suryani

    Terima kasih atas penjelasan yang detail. Saya orangnya takut explore daerah baru jadi baru sampai di kota Taipe saja belum jauh-jauh. Next time saya akan kunjungi lokasi-lokasi tersebut. Terima kasih, berkah buat selamanya.

Tinggalkan Balasan ke Matius Teguh Nugroho Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Matius Teguh Nugroho

keep learning by traveling

Duo Kembara

Cerita Si Kembar dan Mommy Ara menghadirkan kebaikan

Lonely Traveler

Jalan-jalan, Makan dan Foto Sendirian

Guru Kelana

Perjalanan sang guru di berbagai belahan dunia

dyahpamelablog

Writing Traveling Addict

Daily Bible Devotion

Ps.Cahya adi Candra Blog

bardiq

Travel to see the world through my own eyes.

Teppy & Her Other Sides

Stories, thoughts, places...

Mollyta Mochtar

Travel and Lifestyle Blogger Medan

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

D Sukmana Adi

Ordinary people who want to share experiences

papanpelangi.id

sebuah blog perjalanan

Guratan Kaki

Travel Blog

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

BARTZAP.COM

Travel Journals and Soliloquies

Bukanrastaman

Not lost just undiscovered

Males Mandi

wherever you go, take a bath only when necessary

Eviindrawanto.Com

Cerita Perjalanan Wisata dan Budaya

Plus Ultra

Stories and photographs from places “further beyond”.

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

Musafir Kehidupan

Live in this world as a wayfarer

Cerita Riyanti

... semua kejadian itu bukanlah suatu kebetulan...

Ceritaeka

Travel Blogger Indonesia

What an Amazing World!

Seeing, feeling, and exploring places and cultures of the world

Winny Marlina

Winny Marlina - Whatever you or dream can do, do it! lets travel

Olive's Journey

What I See, Eat, & Read

tindak tanduk arsitek

Indri Juwono's thinking words. Architecture is not just building, it's about rural, urban, and herself. Universe.

dananwahyu.com

Menyatukan Jarak dan Waktu