Tips Membuat Itinerary Traveling yang Efektif

Salah satu hal dalam mempersiapkan perjalanan yang saya suka, selain hunting tiket pesawat dan booking penginapan, adalah membuat itinerary. Selalu excited setiap kali memelajari suatu kota atau negara yang akan saya kunjungi! Saya cari tahu letak tempat-tempat yang menarik, transportasi umumnya, dan informasi lainnya yang saya butuhkan sebagai traveler. Jadi, melalui tulisan ini, saya ingin membagikan bagaimana caranya saya membuat itinerary

Cara saya membuat itinerary mungkin berbeda dengan traveler lainnya. Silakan sesuaikan dengan selera dan gayamu, ya! Saking senengnya saya membuat itinerary, saya sampai membuka jasa pembuatan itinerary yang infonya bisa dicek di laman Layanan Membuat Itinerary, klik di sini

Di masa saat saya sedang tidak bisa traveling seperti sekarang, membuat itinerary bisa menjadi obat penghibur bagi saya. Rasanya seperti berjalan-jalan sendiri di destinasi itu. Saya lebih suka tahu apa yang akan saya temukan di sana daripada nanti serba terkejut karena kurang riset. Sebagai traveler terencana yang duitnya masih ada batasnya, membuat itinerary itu penting. Saya jadi tahu estimasi biaya yang akan saya keluarkan, sebagian malah sudah dibelanjakan dari sini melalui pemesanan hotel, transportasi antarkota, dan tiket wisata online. Nah, kalau kamu sama seperti saya, atau traveler yang baru pertama kali traveling, semoga tulisan ini bisa membantu. 


Langkah 1: Reservasi Pesawat & Hotel

Sebelum benar-benar membuat itinerary atau agenda perjalanan, hal pertama yang saya lakukan adalah membeli tiket pesawat terbang pulang-pergi dan reservasi hotel. Kalau perjalanannya melibatkan transportasi antarkota—bus, kereta api, pesawat terbang—saya juga akan melakukan pemesanan online lebih dulu, contoh: perjalanan Singapura-Malaysia, Thailand-Kamboja-Vietnam, dan perjalanan di Hainan

Di sini, saya sudah harus menentukan berapa hari total perjalanan saya dan berapa lama durasi berjalan-jalan di tiap kota. 

Pemesanan transportasi ini penting banget, karena saya perlu tahu jam berapa saya sampai di kota tujuan dan jam berapa lagi (+ tanggal berapa) saya sudah harus cabut sebelum akhirnya membuat itinerary. Lalu, saya akan mencari hotel di pusat kota atau di kawasan tempat wisata yang juga punya akses transportasi umum, misalnya bisa jalan kaki ke stasiun MRT seperti Days Hotel & Suites by Wyndham yang saya dan Ara inapi di Kuala Lumpur. Dari hotel bisa ke stasiun LRT lewat dalam mall! 


Langkah 2: Riset Tempat Wisata dan Destinasi Lainnya

Setelah tahu kapan saya akan tiba, pulang, dan berapa lama di situ, berikutnya adalah riset destinasi. Eh, langkah ini kadang saya balik dengan langkah 1, tergantung sikon hehe. 

Saya cari tahu tempat apa saja yang akan saya kunjungi, lokasinya di mana, bagaimana mencapainya, tempat mana saja yang berdekatan, mana yang terlalu jauh dan harus dicoret, dsb. Destinasi di sini tidak melulu atraksi wisata, tapi bisa kawasan kuliner, taman umum, kawasan nongkrong warga lokal, pasar lokal, tempat ibadah, dan fasilitas umum lainnya. 

Tempat-tempat yang berdekatan bisa dibabat dalam 1 hari. Contoh, kalau ke Kuala Lumpur, kunjungan ke Masjid Jamek, Dataran Merdeka, Pasar Seni (Central Market), dan Petaling Street (Chinatown) bisa dikunjungi sekaligus. Atau kalau di Bangkok, Grand Palace bisa dilanjutkan dengan Wat Pho, Wat Arun, dan Khaosan Road. Tujuannya adalah efisiensi waktu dan biaya. Nggak perlu naik-turun transportasi umum (meski murah juga), bisa berjalan kaki dari satu titik ke titik lainnya. 


Langkah 3: Riset Transportasi Umum

Bagian ini berkaitan dengan langkah sebelumnya. Untuk menuju destinasi-destinasi tersebut, saya akan riset transportasi umum apa yang harus saya ambil dan berapa (kisaran) biayanya. Makanya, saya lebih suka traveling ke kota-kota maju karena mudah sekali mencari informasi transportasi umumnya, sampai ke penghitungan biaya.

Skytrain at Jewel Changi

Ini hal-hal yang saya cari tahu tentang transportasi umumnya:

  1. Apakah ada akses transportasi umum ke sana? 
  2. Kalau iya, apakah bus, metro, atau apa? 
  3. Apakah langsung sampai atau harus lanjut berjalan kaki? 
  4. Apakah bisa dicari estimasi biayanya? Bagaimana? 

Untungnya, sekarang sebagian besar step di atas bisa dicari tahu dengan mudah di Google Maps. Tinggal masukkan titik awal, titik tujuan, lalu pilih opsi transportasi umum dengan ikon transportasi umum itu. Google Maps akan dengan rinci memunculkan rute, layanan (apakah bus, kereta, tram), perhentian (halte atau stasiun apa saja, berapa stop, apakah perlu transfer), hingga ke estimasi biayanya. Contohnya bisa dilihat dari screenshot di bawah untuk rute dari hotel tempat saya menginap di Stasiun Sasazuka ke kuil Meiji Jingu di Shibuya, Tokyo. 

Kalau kamu sudah riset, kamu nggak perlu berkomunikasi panjang lebar dengan warga lokal yang seringkali nggak bisa bahasa Inggris. Cukup pertanyaan-pertanyaan simpel untuk konfirmasi atau saat ada sedikit kebingungan. Pengalaman lokalnya dapet, tapi nggak sampai bikin frustasi karena kendala bahasa. Saya cukup pusing saat bertanya ke sopir taksi di Vietnam karena dia nggak bisa bahasa Inggris sama sekali dan hanya menebak-nebak maksud pertanyaan saya. Untungnya sekarang udah ada Google Translate atau aplikasi sejenis lainnya yang memudahkan komunikasi antarbahasa.

Selain Google Maps, beberapa provider transportasi umum juga memiliki fitur kalkulator penghitung biaya, misalnya Singapore MRT, RapidKL di Kuala Lumpur, dan BTS di Bangkok.

Kalau di kota itu nggak ada MRT dan sejenisnya? Bahkan bus kota pun nggak ada dan cuma ada tuktuk, songthaew, ojek, taksi? Nah, tugas kita adalah riset estimasi biayanya. Lebih tricky, memang, tapi bukan berarti nggak bisa. Kita bisa membaca pengalaman traveler lain sebelumnya (maksimal 2 tahun dari sekarang) atau, untungnya, sekarang sudah ada Google AI dan ChatGPT. Beberapa website wisata juga banyak yang menyediakan informasi ini.


 Langkah 4: Riset Biaya Hidup

Setelah riset hal-hal terkait wisata seperti harga tiket masuk dan transportasi umum, maka berikutnya adalah riset biaya hidup seperti biaya makan. Caranya sama seperti poin sebelumnya, cari artikel terkait di website, pengalaman traveler, dan tanyakan pada AI. Cari tahu biaya makan untuk beberapa tingkatan dari street food, kedai makan merakyat, cafe, sampai restoran mewah. Kita nggak akan tahu kapan kita punya pilihan, dan kapan kita harus mau dengan apapun yang ada di situ karena terjebak situasi.

Kalau seluruh estimasi biaya di atas sudah ditemukan, maka tinggal kita jumlahkan lalu konversikan ke Rupiah. Berikan mark-up untuk setiap biaya, atau anggarkan biaya tak terduga untuk mengantisipasi biaya yang membengkak.

Nah, panduan membuat itinerary dari saya sudah selesai. Ingat, ini adalah cara membuat itinerary, bukan persiapan traveling. Kalau membahas panduan traveling secara umum, ya, masih ada banyak lagi tahapan-tahapannya kayak riset SIM card lokal, kontak darurat, membuat visa kalau perlu, panduan di bandara, dsb. Buat sebagian orang, membuat itinerary ini ribet! Saya bisa bantu dengan biaya layanan yang menurut saya sudah sepadan untuk ganti waktu dan energimu. Dibandingkan total biaya perjalananmu, Rp100 ribu seharusnya hanyalah remah-remah recehan hehe. Oke, terima kasih sudah membaca, keep learning by traveling~

2 komentar

  1. avatar fanny_dcatqueen

    hahahahah aku tuh dulu seneeeeeeng banget bikin itin sedetil mungkin mas nugie…. tp jujurnya skr ini malah males ;p… kayak kemarin di azerbaijan, aku ga bikin itin komplit… hanya karena dah laah cari open tur aja di sana ;p… ntah kenapa makin kesini aku jd makin males…

    tapiiiii bukan berarti ga pengen strict to itin juga… mungkin nantilah, untuk negara2 yg memang udh jelas semua2nya, termasuk info transport, kuliner dll,aku bakal pake jasa mas nugie aja utk bikin itin ;p..

    kalo utk negara2 yg belum jelas, cth kayak belarus,, jujurnya aku memang pengen santai jadinya… secara dipaksa bikin itin pun susah juga… negaranya tertutup bangettt

    btw boleh juga nanti aku minta tolong bikin itin ke timor leste utk sept… cuma krn masih blm fix, ntr yaaa aku kabarin..

    1. avatar Matius Teguh Nugroho

      Aku pun sekarang makin woles, mbak. Riset dan bikin itinerary seperlunya, paling terkait kedatangan dan keberangkatan sama itinerary kasar. Makin lama, kita makin mengutamakan bisa santai saat traveling ya 😀

Tinggalkan Balasan ke Matius Teguh Nugroho Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Matius Teguh Nugroho

keep learning by traveling

Duo Kembara

Cerita Si Kembar dan Mommy Ara menghadirkan kebaikan

Lonely Traveler

Jalan-jalan, Makan dan Foto Sendirian

Guru Kelana

Perjalanan sang guru di berbagai belahan dunia

dyahpamelablog

Writing Traveling Addict

Daily Bible Devotion

Ps.Cahya adi Candra Blog

bardiq

Travel to see the world through my own eyes.

Teppy & Her Other Sides

Stories, thoughts, places...

Mollyta Mochtar

Travel and Lifestyle Blogger Medan

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

D Sukmana Adi

Ordinary people who want to share experiences

papanpelangi.id

sebuah blog perjalanan

Guratan Kaki

Travel Blog

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

BARTZAP.COM

Travel Journals and Soliloquies

Bukanrastaman

Not lost just undiscovered

Males Mandi

wherever you go, take a bath only when necessary

Eviindrawanto.Com

Cerita Perjalanan Wisata dan Budaya

Plus Ultra

Stories and photographs from places “further beyond”.

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

Musafir Kehidupan

Live in this world as a wayfarer

Cerita Riyanti

... semua kejadian itu bukanlah suatu kebetulan...

Ceritaeka

Travel Blogger Indonesia

What an Amazing World!

Seeing, feeling, and exploring places and cultures of the world

Winny Marlina

Winny Marlina - Whatever you or dream can do, do it! lets travel

Olive's Journey

What I See, Eat, & Read

tindak tanduk arsitek

Indri Juwono's thinking words. Architecture is not just building, it's about rural, urban, and herself. Universe.

dananwahyu.com

Menyatukan Jarak dan Waktu