Sabtu siang, 14 September 2013, saya check-out dari Hotel The BnB Kelapa Gading. Agak sedih harus meninggalkan hotel nyaman yang bisa saya tumpangi dengan gratis ini, sementara saya sendiri belum ada kepastian mau numpang tidur di mana malam ini 😦
Mengusir semua rasa tidak penting itu, saya memutuskan untuk melakukan sedikit jelajah kuliner di kawasan Boulevard Kelapa Gading sebelum (rencananya) ke Hutan Muara Angke dan Pelabuhan Sunda Kelapa. Berbekal rasa sok tahu, saya naik angkot 37A yang melintas di jalan utama dekat hotel. Di luar dugaan, angkotnya tidak lurus ke aras bunderan, tapi malah berbelok ke kiri dan muter-muter nggak jelas. Saya berusaha tetap terlihat santai dan sok cool, act like nothing’s happened. Ternyata juntrungannya adalah simpang setelah Mall Kelapa Gading 1, barulah si angkot bergerak ke selatan, ke kawasan Boulevard Kelapa Gading yang saya tuju. Thanks God nggak salah naik angkot, meski harus muter-muter dulu, ibarat dari Jakarta mau ke Bandung lewat Semarang #pffft
Sampai di Boulevard Kelapa Gading, gue turun dengan agak asal. Sempat beberapa menit bolak-balik kayak setrika, akhirnya saya putuskan untuk makan siang di Yougwa Restaurant, tertarik dengan spesialisasinya untuk kuliner Manado dan Papua. Yah, berharap harganya nggak mahal-mahal amat, seenggaknya Rp 30.000-an lah :p
Melalui sebuah pintu kaca, saya beranjak masuk ke dalam. Tak ada jendela di dalam bangunan Yougwa Restaurant ini, mungkin ini bekas kantor kecil-kecilan. Suasana di dalam sangat sepi, hanya ada seorang customer yang menunggu pesanannya dengan menonton televisi 14 inch. Saya duduk di set kursi di sebelah customer itu. Melihat saya datang, pelayannya agak kurang sigap, butuh beberapa detik kemudian baru saya disamperin dan dikasih menu.
Glek!
Harga menunya rata-rata dua puluhan akhir, atau tiga puluhribuan, belum termasuk nasi dan minum. Saya bolak-balik halaman demi halaman buku menu itu, berharap ada secuil keajaiban terjadi dan… Voila! Harganya berubah menjadi sepuluh ribu rupiah lebih murah. Sayangnya keajaiban itu tidak terjadi -____-
Baiklah! Saya memilih menu Ikan Rica-Rica dan segelas menu minuman andalan sejuta umat backpacker kere: Es Teh Manis. Sambil menunggu pesanan saya datang, saya foto-foto interior Yougwa Restaurant yang menarik ini. Ornamen-ornamen ala Papua dipajang dengan cantik di kedua sisi dinding ruangan, di atas lembaran-lembaran testimoni sederet orang ternama (Freddy Numberi misalnya) yang dibingkai rapi dalam sebuah bingkai kaca.
5 menit kemudian, Es Teh Manisnya udah dateng, tapi makanannya belum. Seruput dulu ahhh…
10 menit kemudian, makanannya masih belum dateng. Lihat-lihat foto dulu deh.
15 menit kemudian, mulai bosen, iseng-iseng lihat TV.
20 menit kemudian…
30 menit kemudian…
SEABAD KEMUDIAN!!! #lebay
Agak heran kenapa pesanan saya tak kunjung datang. Jangan-jangan ikannya belum kena umpan pancingnya, atau lagi ditawar di pasar, padahal es teh manisnya udah gue tenggak sampai hampir setengahnya. Sedikit bertanya-tanya dalam hati, mungkin pembuatannya membutuhkan waktu lama, atau pembuatannya dilakukan dengan sungguh-sungguh segenap hati, jiwa, dan raga. Hingga akhirnya di puncak kesabaran saya, datang juga si Ikan Rica-Rica itu.
Dugaan saya benar. Makanan ini dipersiapkan dengan sungguh-sungguh.
Sepiring nasi yang tidak terlalu banyak, disajikan bersama dengan sepiring ikan utuh yang sudah dibalut tepung dengan bumbu rica-rica yang khas. Iya, SEPIRING!!! Gue agak takjub! Kalau kayak gini sih, enaknya dimakan berdua bahkan bertiga. Tidak cukup dengan itu, disajikan pula dua macam sambal: sambal colek biasa dan sambal unik berisi tomat dan bawang merah yang segar.
Oke, MARI TANDASKAN!!!
Untuk menit-menit pertama, saya makan dengan antusias. Dahsyatnya rasa lapar yang menggelora, ditambah cita rasa Ikan Rica-Rica yang mantap. Asli enak, kriuk-kriuk karena digoreng dengan tepung, and it’s still hot! Saya yang biasanya makan dengan anggun menggunakan piring dan garpu dengan tertib, akhirnya memutuskan buat makan bar-bar sakkarepku dhewe menggunakan kedua tangan. Jemari tanganku dengan gesit mencuil-cuil tubuh Ikan Rica-Rica lalu mengucap syukur dan mencurahkannya dan mendorongnya ke dalam rongga mulut bersama segenggam nasi.
Lama kelamaan, rasa enak itu bertransformasi menjadi rasa eneg.
Porsi ikan terlalu besar untuk saya habiskan seorang diri, sementara saya masih memiliki ukuran lambung yang proporsional #plak. Gue mulai makan dengan malas dan ogah-ogahan, apalagi saat tidak sengaja makan bagian ikan yang terasa pahit (buru-buru gue muntahin). Ikannya belum benar-benar habis, masih ada sedikit daging yang menempel di beberapa bagian tubuhnya. Tapi gue nyerah. KENYANG PARAH!!!
Saya berjalan dengan agak sempoyongan seperti orang linglung menuju meja kasir. Menu dahsyat tadi saya bayar dengan harga Rp 44.000,00. Sangat worth it! (mengingat ukuran dan rasanya). Dibuat dengan sungguh-sungguh, bukan bumbu rica-rica asal jadi. Sementara saya meninggalkan Yougwa Restaurant, seorang mama-mama Papua sedang makan dengan seorang pemuda Papua (mungkin anak atau cucunya), tak lupa berdoa dengan khusyuk.
Damn you, Yougwa Restaurant! Enak parah!
ahahaha mantaf bung. nanti kpn2 saya jg mau coba mkn disna tp mungkin bw minum sndri biar lbh hemat :p
Haha. Sekalian bawa nasi sendiri deh. Ngiriiittt!
[…] sudah pindah ke Naypyidaw). Padahal Jakarta memiliki paket wisata lengkap: dari wisata sejarah, kuliner, bahkan alam juga ada. Jakarta memang sudah memiliki BRT TransJakarta dan Commuter Line, namun […]