Hello, backpacKeren dan travelista. Saatnya melanjutkan tulisan jalan-jalan saya di Jakarta beberapa hari lalu yang harus tertunda karena kesibukan bekerja dan ngopi darat #ceileee
Puas sarapan mie ayam di pinggir Jl. Pintu Besar Selatan sampai kekenyangan, saya melenggang menuju Museum Bank Mandiri yang ada di kawasan Kota Tua. Sebuah gedung bergaya Nieuw Zakelijk berdiri anggun di sisi kiri jalan, tepat di seberang halte JakartaKota, berdiri berdampingan bersama Museum Bank Indonesia bak sepasang pengantin. Saya berjalan naik menapaki anak-anak tangga berwarna hitam, disambut oleh sepasang patung di puncak tangga.
Beberapa petugas yang masih berusia muda, kayak orang-orang fresh graduate, menyambut saya di balik sebuah meja yang panjang. Untungnya saya masih berstatus mahasiswa, dan masih punya Kartu Tanda Mahasiswa, jadi saya boleh masuk ke museum secara gratis. Horeee! Let the exploration begin!
Museum Bank Mandiri ini adalah salah satu bangunan cagar budaya yang ada di ibukota Jakarta dengan luas mencapai 1.039 meter persegi. Alamat tepatnya di Jl. Lapangan Stasiun No. 1 Jakarta Barat. Gedung yang dibangun pada tahun 1929 ini pada awalnya difungsikan sebagai kantor Nederlandsche Handel Maatschappij NV Batavia, semacam perusahaan perdagangan. Lalu pada tahun 1960, NHM dinasionalisasi menjadi salah satu gedung Bank Koperasi Tani & Nelayan (BKTN) Urusan Ekspor-Impor. Sebelumnya menjadi Museum Bank Mandiri, BKTN difungsikan menjadi Bank Exim (Export Import). Bank Exim lalu merger dengan Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank Mandiri. Jadi deh bekas Gedung NHM ini menjadi aset Bank Mandiri.
Kebetulan, pas saya berkunjung hari itu, sedang berlangsung sebuah pameran foto. Karya-karya fotografi berjajar rapi di sisi kiri meja depan, mengantar pengunjung untuk lebih jauh menjelajahi Museum Bank Mandiri.
Ada banyak banget koleksi perbankan yang ada di Museum Bank Mandiri ini. Yang pertama kali mencolok adalah si Buku Besar, atau The Great Book, yang dulu digunakan untuk mencatat setiap transaksi. Nggak kebayang gimana rempongnya jaman dulu dengan buku segede gaban kayak gitu.
Selain itu, ada bermacam-macam mesin seperti mesin potong, printer, komputer, dan mesin-mesin kuno lainnya.
Beberapa diorama aktivitas perbankan jaman dulu juga mengisi beberapa sudut museum. Sayang, ada satu diorama yang gede banget, ada dalam 1 ruangan, namun tidak dapat dimasuki. Pengunjung hanya bisa melongok dari balik teralis besi (napi kali)
Ternyata museumnya lebih luas dari yang saya kira, haha. Selain ruangan besar utama yang pertama menyambut pengunjung, masih ada ruang-ruang lain di belakang. Gedung Museum Bank Mandiri ini memiliki bentuk persegi dengan halaman di tengah-tengahnya. Pengunjung harus berjalan melingkar mengelilingi gedung untuk dapat menjelajahi museum secara menyeluruh.
Bagian halaman saat itu digunakan untuk tempat berlatih sebuah komunitas silat. Saya nonton beberapa menit dari atas, itung-itung beristirahat, duduk di atas pagar pengaman balkon. Tak lama kemudian, seorang bapak-bapak meneriaki saya dari bawah sambil melambaikan tangannya. Saya buru-buru turun, ternyata nggak boleh duduk di situ. Kaget aja sih, karena nggak melihat ada papan larangannya. Baru setelah saya berjalan ke sayap kanan gedung, saya melihat tulisan (dalam bahasa Inggris) berbunyi: “Dilarang duduk di sini. Hargailah warisan budaya.”
Walah!
Penasaran ada apa di lantai bawah, saya beringsut menuruni tangga. Dan ternyata.. nothing. Nggak ada apa-apa, ruang-ruang di lantai bawah difungsikan sebagai deretan gudang raksasa, dengan barang-barang segunung yang teronggok asal di dalamnya. Saya pun naik lagi, dan bergerak ke luar.
Oh ya, ada cafe juga di dalam Museum Bank Mandiri ini. Letaknya ada di sudut kiri dari pintu masuk, lumayan kalau mau ngemil-ngemil cantik atau ngopi-ngopi ganteng.
Lanjut ke Museum Wayang dulu deh :))
dua minggu lalu mau ke sini tapi hari senen, tutup dehhhhh
Ahaha, ya besok kapan-kapan ke sini lagi mas 😀
sekarang udah ada kafenya toh? gaul sekaleeeh 😀
Iyes! Habis capek jalan-jalan bisa langsung leyeh-leyeh :3
satu pertanyaan….. enggak ngerasa horror pas di bagian bawah tanahnya? *serem banget disitu rasanya*
Enggak tuh .___.
[…] harus lebih ditertibkan. Oh! Juga sopir-sopir angkot (dan kawan-kawannya) yang mangkal di depan Museum Bank Mandiri. Bayangkan.. Rasakan.. Kota Tua yang bersih, tenang, rapi, dengan sungai yang mengalir jernih, […]
Hi Mathius..masuk dan keluar museumnya waktu itu jam berapa? dan apa benar ttg gosip adanya tumpukan peti mati tua. Makasih ya
Saat itu masih pagi, mas. Keluarnya mungkin siang hari.
Kalau peti mati tua kurang tahu saya. Memangnya ada apa, mas? Jadi penasaran 😀