Halo halo, temen-temen backpacKeren dan travelista. Senangnya bisa ngeblog lagi setelah beberapa hari kemarin “menghilang dari peredaran” di negeri orang nun jauh di sana (padahal juga cuma ke Singapore). Dimulai dari sini, saya resmi membuka travel series “Gempor di Singapore” yang akan menceritakan perjalanan unik saya di Singapore dan Johor Bahru selama 3 hari 2 malam kemarin.
Impian saya untuk jalan-jalan ke luar negeri sudah dimulai belasan tahun lalu saat saya masih duduk di bangku SD. Untuk rencana ke Singapore sendiri, sudah saya buat sejak kuartal kedua tahun ini. Akhirnya, saya mantap membeli tiket ke Singapore pada bulan Agustus untuk keberangkatan pada hari 7 Oktober 2013 dengan maskapai penerbangan Jetstar. Perjalanan ini saya lakukan bersama seorang kenalan baru dari forum Backpacker Indonesia, sebut saja Kamboja Axall, dipanggil Al. Seorang pemuda Chinese-Sundanese yang begitu membanggakan masakan ibunya dan susah lepas dari chinese food 🙂
Jetstar sendiri kami pilih karena saat itu dialah yang menyediakan harga termurah untuk penerbangan ke Singapore, bahkan lebih murah dari si “Merah” yang biasa memberi harga promo gila-gilaan. Untuk rute Jakarta-Singapore, harganya p 149.000,00. Ditambah tax jadi Rp 200.000,00. Ditambah harga beli kursi dan biaya pemesanan dengan kartu kredit MasterCard, jadi Rp 562.000,00 berdua. Yah, masih terbilang murah deh. Saat itu, Jetstar masih belum banyak yang tahu, karena kebanyakan orang pesan tiket murah dari si “Merah” dan si “Kuning”. Iklan harga promonya hanya mengambil satu kotak kecil di sudut sebuah halaman surat kabar nasional. Jadi tingkat kompetisinya masih rendah, alternatif tiket murah kalau udah kehabisan dari si “Merah” atau si “Kuning” 😀
Hari Minggu siang saya sudah berangkat ke Jakarta dengan Baraya Travel yang tarifnya udah naik jadi Rp 70.000,00 (dari harga awal Rp 50.000,00). Bisa sih dapet Rp 50.000, tapi harus dengan menyerahkan fotokopi kartu mahasiswa. Nggak ada tempat fotokopi yang deket saat itu, jadi pasrah dengan harga Rp 70.000,00. Padahal travel sebelah yang lebih bagus tinggal memperlihatkan kartu mahasiswa yang asli aja loh, nggak perlu difotokopi.
Saya sengaja berangkat ke Jakarta hari Minggu siang, 6 Oktober 2013, sehingga masih punya waktu untuk mengakrabkan diri dengan Al. Esok pagi, kami sudah bangun dan segera bergegas berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta. Perjalanan ditempuh dengan taksi dari rumah Al di daerah Jelambar, Jakarta Barat, menuju Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta. Ternyata kami sampai lebih awal dari waktu check-in, saat jarum jam juga belum menunjukkan pukul 7 pagi. Kami lantas sarapan di KFC (ini terpaksa sih karena nggak ada pilihan lain) untuk mengulur waktu.
Sekitar jam setengah delapan, kami sudah bisa check-in untuk penerbangan Jakarta-Singapore dengan nomor penerbangan VF202. Saya memperlihatkan paspor dan lembar itinerary bukti pembelian tiket pesawat, lalu membayar pajak sebesar Rp 150.000,00. Oke, ini di luar dugaan, bahwa saya masih harus membayar pajak sebesar itu di bandara Soetta. Pantes aja banyak tiket promo untuk keberangkatan dari Indonesia, tapi tiket balik ke Indonesia selalu jauh lebih mahal. Ternyata di bandara masih harus bayar pajak lagi -_____-
Setelah mendapatkan boarding pass dan diverifikasi petugas, kami akhirnya tinggal duduk manis menunggu pesawat di lobby. Well, this is my very first time travelling aboard, sekaligus my very first time to fly, tapi saya sama sekali nggak impressed dengan Bandara Soetta. Semuanya serba biasa aja .____.
Pesawat datang pukul 09.50, di mana seharusnya kami sudah terbang ke angkasa. Pesawatnya agak kecil, tapi untung AC-nya bekerja dengan maksimal. Pramugarinya mengenakan setelan seragam bercelana panjang, and they’re not Indonesians. Mungkin orang Malaysia atau Singapore. Membutuhkan waktu agak lama sebelum akhirnya lepas landas: jalan bentar, berhenti, jalan bentar lagi, berhenti lagi… Entah memang seperti itu atau memang ada sedikit kendala.
Pesawat mulai berlari menembus udara pagi dengan tubuh besinya yang besar, meraung-raung memecah keteduhan pagi. Tubuhnya terangkat ke atas, menghadang angkasa hingga seluruh tubuhnya benar-benar lepas dari daratan. Sejenak jantungku berdebar lebih kencang, seiring dengan lantunan doa (atau ekspresi ketakutan?) yang mendesis dari sela-sela gigiku. Akhirnya, beberapa menit kemudian, pesawat menemukan titik stabilnya, dan aku melepaskan nafas lega yang sempat terperangkap di dalam dada. Mataku melepas pandang ke luar jendela, kepada semburat putih yang tergores di langit biru.
“I can’t believe it! I’m flying.. I’m going to Singapore.. From this now on, let my journey begin!”
-to be continued-
Seru kan naik pesawat? 😀
Ahaha, apalagi pas take-off sama landing 😀
makasih buat infonya gan..
Sama-sama.
[…] maupun internasional𑁋sudah gue jajal sejak pertama kali mengudara di tahun 2013. Mereka adalah Jetstar (ini malah jadi maskapai pertama yang gue coba), Tiger Airways, Lion Air, Malindo Air, Citilink, Nam Air, Sriwijaya Air, Batik Air, Garuda […]
[…] di sini untuk cerita […]