9 Momen Penerbangan Pagi Paling Berkesan

Saat gelap belum tersingkap dan matahari pagi masih bersembunyi, derap langkah kakiku memecah sunyi. Dengan memanggul tas di punggung dan tangan terlipat dalam balutan jaket, aku menunggu datangnya pengendara ojek daring. Beberapa detik setelah ia sampai, kami lalu melaju menerabas dinginnya kota Bandung dengan rasa kantuk yang masih menggantung.

Yak, kira-kira seperti itulah rutinitasku ketika harus mengejar penerbangan pagi.

Salah satu momen yang selalu kunikmati dalam perjalanan-perjalananku adalah momen berangkat ke bandara pagi-pagi buta. Letupan sukacita itu sudah mulai kurasakan sejak sibuk mengepak barang bawaan pada malam harinya. Tak seperti beberapa pejalan lainnya, aku sama sekali nggak masalah dengan rutinitas berkemas ini. Because in every packing, there is a new place waiting.

CAKEEEPPP!

Ya udah. Karena belum ada perjalanan baru juga, sekarang aku mau ajak kalian para travelearners untuk bernostalgia bersamaku dalam kumpulan momen mengejar penerbangan pagi.


Flight 1: Jetstar Jakarta – Singapura, 2013

Momen berangkat ke bandara pagi-pagi buta rupanya sudah kualami sejak penerbangan perdana. Hari Senin pagi-pagi di bulan Oktober, aku terbangun di dalam kamar rekan perjalanan yang bertempat tinggal di kawasan Jelambar, Jakarta Barat. Aku lupa tepatnya jam berapa, mungkin jam 4 atau 5 pagi. Ya, untuk menghindari keterlambatan di hari H, aku memilih untuk berangkat ke Jakarta dari hari Minggu siang dan menginap semalam di rumah Exel.

Maskapai Jetstar yang kunaiki untuk rute Haikou – Singapura

Dari rumah Exel di kawasan padat penduduk, kami naik bajaj menuju jalan raya, baru setelah itu dilanjutkan dengan naik taksi ke Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Di dalam dinginnya taksi, kantuk yang semula kurasakan perlahan lenyap seiring dengan kami yang mendekati bandara. Aku menengok ke kanan dan ke kiri seperti penonton pertandingan bulutangkis, tiba-tiba tertarik dengan semua yang kulihat dari balik jendela kaca. Sukacita yang meluap akan pengalaman-pengalaman baru membuat jantung bertalu-talu.

Kami tiba sedikit terlalu cepat, waktu bahkan belum menunjukkan jam 7 pagi. Karena masih ada waktu dan belum bisa check-in, kami sarapan di KFC, baru merapat ke konter check-in sekitar jam setengah delapan.

Baca di sini untuk cerita lengkapnya.


Flight 2: Citilink Jakarta – Palembang, 2015

Diiringi gaung adzan subuh yang berkumandang di bulan puasa, aku dan Aji naik motor dari kost-nya di bilangan Cawang menuju Bandara Halim Perdanakusuma. Semalam sebelumnya, aku tiba di Jakarta Timur dengan travel Baraya, yang lalu dijemputnya dengan sepeda motor. Nggak ada transportasi langsung dari Bandung menuju Bandara Halim.

Perjalanan kali itu juga istimewa. Pertama kalinya naik Citilink, pertama kalinya naik pesawat dengan rute domestik, pertama kalinya ke luar pulau selain Bali, dan pertama kalinya terbang dari Bandara Halim. Sampai sekarang juga belum terbang/mendarat lagi dari/di Halim.

Fajar merekah di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur

Aku nggak menyangka Jakarta ternyata bisa dingin juga, seperti pagi itu. Aku sampai di bandara saat fajar bahkan belum merekah, tempat-tempat makan masih menutup pintunya rapat-rapat. Aku harus puas sarapan dengan Pop Mie dan kopi hitam sachet seharga total Rp40.000,00 dari satu-satunya kedai yang buka di depan gedung bandara. Tapi, beberapa lama kemudian, aku dihadiahi dengan panorama langit jingga saat terbit matahari.

Baca di sini untuk cerita lengkapnya.


Flight 3: Malindo Air Kuala Lumpur – Bangkok, 2015

Aku tak sendiri kali ini, meski belum bertemu dia sang pemilik hati. Malam itu, aku dan Dicky terpaksa bermalam di dalam dinginnya Arrival Hall Kuala Lumpur International Airport (KLIA) 2. Untuk pertama kalinya, aku ngemper di bandara. Sah jadi backpacker! Dicky berangkat dari Palembang, sehingga KLIA menjadi titik pertemuan kami untuk menjelajah 3 negeri.

Keesokan paginya, aku berjalan gontai dengan lingkaran hitam dan kantung mata sebagai tata rias alami menuju ruang tunggu penerbangan internasional. Aku memang nggak bisa tidur kalau bukan di atas tempat dengan alas yang proper, kecuali ngantuk banget hehe. Jadi semalaman, aku cuma tidur-tidur ayam sambil glundang-glundung nggak jelas di atas salah satu bangku umum.

Sekarang, bangku-bangku ini sudah disingkirkan di KLIA2

Pengalaman serupa kembali kualami saat harus balik ke Bandung via KL setelah liburan dari Myanmar (2017), Phuket (2018), dan Hong Kong (2019). Semua dengan AirAsia, LCC satu ini menyediakan jadwal keberangkatan ke Bandung pagi-pagi. Begitu mendarat di Bandung, aku tinggal naik ojek ke kantor hihihi. Tapi yang paling merana adalah saat baru balik dari Myanmar itu. Jaketku hilang di Yangon! Dan nggak ada jaket lainnya, jadi harus bertahan di dalam dingin dan kerasnya bangku umum KLIA semalaman.

Baca di sini untuk cerita lengkapnya.


Flight 4: Jetstar Jakarta – Singapura, 2017

Dengan dibonceng naik motor oleh teman kost di bawah guyuran hujan, aku tiba di picking-up point Cititrans Pasteur, Bandung, untuk keberangkatan ke Bandara Soekarno-Hatta jam 01:15 dini hari. Begitu selesai memberikan pertolongannya, Tinus segera berkendara kembali ke kost dan aku masuk ke dalam ruang tunggu.

Mendekati waktu keberangkatan, sebuah pikiran tiba-tiba merangsek masuk ke dalam kepala. “Dompet gue ada di mana ya?”

Aku meraba-raba saku belakang celana, saku samping, saku jaket, sampai mengobrak-abrik isi tas, namun hasilnya nihil. Hatiku mencelos. Dompetku ketinggalan!

Meski didera panik, namun aku tetap tampil tenang. Aku mencoba menghubungi Tinus dengan segala cara, tapi nggak ada respon. Kayaknya dia udah tenggelam di dalam lautan mimpi. Saat itu, aku merasa nggak punya pilihan selain tetap berangkat sesuai jadwal, pasrah dengan sebagian lembar SGD yang ada di dalam tas.

Padahal kalau sekarang dipikir-pikir, sebenarnya saat itu aku punya pilihan. Aku bisa pulang dulu ke kost, ambil dompet, lalu kembali ke tempat travel. Memang ada kemungkinan tiket yang sudah aku pesan akan hangus, tapi mungkin juga dari pihak Cititrans nggak masalah sama sekali kalau aku ikut keberangkatan berikutnya. Kalau pun aku berangkat dengan jadwal berikutnya pun, aku yakin tetap masih ada cukup waktu untuk check-in dan boarding.

Memasuki Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta

Jadi pagi itu, aku lebih memilih untuk menahan lapar sampai siang menjelang, lalu late breakfast dengan secangkir kopi hitam panas dan comot beberapa biji french fries yang dibeli peserta opentrip-ku di Hello Kitty Café, Changi International Airport. Sungguh, perjalanan ini adalah salah satu momen yang nggak akan kulupakan seumur hidup. Kecuali aku amnesia. Konyol.

Baca di sini untuk cerita lengkapnya.


Flight 5: Malindo Air Jakarta – Kuala Lumpur, 2017

Perjalanan menuju Myanmar via Kuala Lumpur ini aku lakukan bareng Ricky, travelmate yang berkenalan melalui Facebook. Pagi-pagi sekali, aku terbangun di kamar apartemennya di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat. Pengalaman bermalam di apartemen Ricky membuatku teringat dengan masa-masa aku bekerja di sebuah perusahaan ritel nasional di awal 2014 lalu.

Kami berangkat ke bandara dengan naik taksi online. Tahun sebelumnya, aku pernah berangkat ke Bandara Soetta dengan naik bus DAMRI Bandara dari Mangga Dua Square. Saat itu aku berangkat ke KL bareng koh Donny, teman Couchsurfing dari Jakarta.

Yangon International Airport, Myanmar

Ricky adalah teman ketiga baru yang menjadi rekan perjalananku setelah Dicky (2015, dia nyamber aku dari blog) dan Exel (2013, kenal di thread Backpacker Indonesia).

Baca di sini untuk cerita lengkapnya.


Flight 6: Malaysia Airlines Jakarta – Phuket via Kuala Lumpur, 2018

Dini hari itu aku juga nggak pergi sendiri. Mas Fendi, yang empunya akun @hotelhunter_indonesia, sudah menunggu di FOX Harris Bandung City Center yang berdiri di Jalan Jawa. Jangan mikir yang aneh-aneh dulu, kami nggak macem-macem kok, apalagi dia juga udah ada travelmate-nya sendiri.

Jadi setelah tiba di hotel tengah malam, tidur-tidur ayam barang 2-3 jam, kami sudah harus bangun lagi untuk naik travel menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Bener, cara paling efisien adalah ketemu di picking-up point karena letaknya udah deket banget dari kost-ku. Tapi karena mas Fendi ini dari luar kota dan navigasinya nggak terlalu bagus, jadi dia minta dijemput di hotelnya, dan kuturuti.

Maskapai Malaysia Airlines di bawah langit mendung KLIA

Masih ada setengah hari ketika kami akhirnya tiba di Terminal 3 Bandara Soetta, wkwkwk. Entah kenapa aku pagi banget pesen travel-nya, mungkin karena parno telat. Kami sarapan, duduk-duduk, foto-foto, tiduran di flatbed, jajan, muter-muter, apa pun yang bisa dilakukan untuk menghilangkan rasa bosan. Ini juga jadi salah satu perjalanan yang nggak akan kulupakan karena aku berangkat dalam keadaan nggak enak badan.

Baca di sini untuk cerita lengkapnya.


Flight 7: Thai Lion Air Jakarta – Bangkok, 2018

Aku meringis dan merapatkan bibir di dalam mobil travel pagi itu, susah payah menahan gejolak untuk buang hajat. Saat itu sekitar jam 7 pagi, waktu biasanya aku menunaikan panggilan alam di kost. Tapi saat itu, aku masih terjebak di tengah jalan tol dan rest area sudah lewat beberapa menit lalu.

Seharusnya, aku nggak lama lagi sampai di Bandara Soekarno-Hatta karena travel-ku sudah berangkat dari sekitar jam 4 pagi. Namun kemacetan dari para penglaju di hari Rabu membuat perjalanan membengkak menjadi lebih dari 5 jam! Setibanya di Terminal 2 Bandara Soetta sekitar jam 9:30 pagi, aku buru-buru ngacir ke toilet terdekat dan puji Tuhan lagi dalam kondisi kosong.

Thai Lion Air di Don Mueang International Airport

Saat itu, Oktober 2018, adalah winner trip-ku ke Bangkok dan Pattaya sebagai Juara 1 Vizitrip Blog Competition. Selain aku, ada pemenang kategori vlog, Reza, yang juga sama-sama dari Bandung dan berangkat dari picking-up point yang sama 2 jam setelah aku berangkat. Guess what, dia sampai di bandara hanya beberapa menit dari waktu aku tiba. C’est la vie

Baca di sini untuk cerita lengkapnya.


Flight 8: AirAsia Bandung – Macao via Kuala Lumpur, 2019

Ah, aku kesal pagi itu cuma bisa menikmati indahnya momen terbit matahari dengan hanya dari mata kepala, tanpa sempat diabadikan dalam bidikan kamera. Saat itu, aku dan abang driver ojol sedang melintas di sisi landasan pacu bandara. Cahaya keemasan baskara bersinar hangat, merayap di atas langit biru yang menjadi atap bentang pegunungan bumi priangan.

Setelah sukses check-in di Bandara Internasional Husein Sastranegara, langkahku menuju immigration security point dan boarding room terhenti karena… AKSESNYA MASIH DITUTUP! Jujur, selama ini kukira bandara internasional tuh selalu beroperasi 24 jam, tapi ternyata enggak. Bahkan yang sekelas bandara Bandung pun masih ada jam tutupnya.

Bandara Husein Sastranegara Bandung pagi itu

Tiba di dalam boarding room, tak ada yang lebih nikmat dari menikmati sarapan yang diakhiri secangkir kopi panas, lalu dilanjutkan dengan boker di toilet bandara. Men, aku sampe boker 2 kali pagi itu.

Baca di sini untuk cerita lengkapnya.


Flight 9: SCOOT Singapura – Haikou, 2019

November 2019, untuk pertama kalinya aku bermalam di Bandara Internasional Changi, Singapura. Walaupun Changi lebih ramah untuk kaum rebahan dari KLIA, tapi aku sebetulnya jauh dari kata “tertidur”.

Aku mendarat tengah malam di Singapura setelah drama yang melelahkan dari Bandung. Ceritanya bisa dibaca di sini. Kaus kakiku basah karena kehujanan dan kebanjiran. Jadi, di salah satu bangku di depan ruang tunggu, aku melepas sepatu dan kaus kaki agar mereka bisa sedikit bernafas. Di sela-sela transit, waktu juga kugunakan untuk menukar Chinese Yuan di money changer, check-in untuk penerbangan selanjutnya, dan sarapan pagi-pagi karena lapar!

Breakfasting on-board SCOOT: Nasi Lemak, cokelat, air mineral

Begitu mengudara, penerbangan itu menjadi momen yang begitu berkesan saat aku menikmati sarapan di atas awan-awan, saat berkas-berkas keemasan cahaya matahari pagi menyusup masuk melalui celah jendela.


Selain penerbangan-penerbangan di atas, tentu masih ada lagi beberapa penerbangan pagi lainnya yang nggak kuceritakan. Ada yang karena lupa prosesnya (misalnya penerbangan Jakarta – Kualanamu dengan Garuda Indonesia tahun 2016), ada juga yang karena nggak ada cerita istimewa.

Penerbangan pagi yang paling baru adalah Jakarta – Palembang pada bulan Januari dan Maret 2020 lalu yang ceritanya bisa disimak di: Review Penerbangan Jakarta – Palembang. Sementara buat kamu yang tertarik dengan momen berangkat pagi-pagi buta ke stasiun kereta api di luar negeri, bisa baca di: Cerita Perjalanan Naik High Speed Railway di Hainan China.

Sanya Railway Station, Hainan, at early morning

Kamu gimana, suka dengan momen berangkat ke stasiun/bandara pagi-pagi buta juga? Ceritain dong salah satu pengalaman yang berkesan buat kamu di kolom komentar.

26 komentar

  1. Jujur aku nggak terlalu suka early morning flight karena harus bangun subuh dan di jalan pasti was-was takut telat sampe bandara hehe. makanya, biasanya pilih penerbangan setidaknya di atas pukul 9 pagi.

    1. Pas bangun emang males dan ngantuk sih, kak. Tapi somehow seneng aja 😁

      Dan karena pagi-pagi, jalanan masih sepi

      1. Feel-nya beda ya, Kak. Hehe. Apalagi kalau sampai di tempat tujuan juga masih pagi, pasti lebih semangat buat explore 😀

      2. Nah, budget traveler kayak aku memang suka berangkat pagi dan pulang malem biar bisa maksimal jalan-jalan 😁

      3. Hahaha beneran rela bangun sepagi mungkin atau pulang selarut mungkin demi bisa explore lebih lama di tempat tujuan yaa 😀

      4. Pas berangkat doang sih, kalo selama di sana suka bangun siang ehehe

  2. pernah beberapa kali penerbangan pagi karena terpaksa.. padahal males bgt gilsss.. kalau menurut gue idealnya terbang tu jam 9-10an,, bisa agak selaaawww..

    -Traveler Paruh Waktu

    1. Kalo terbangnya dari Bandung, jam 8 masih oke karena deket kost gue hehe. Kalo terbang dari Jakarta, idealnya siang.

  3. Hi Mas nugie 😀

    Saya sebenarnya paling malas early flight karena susah angkat badan dari kasur, tapi ternyata saya punya banyak pengalaman early flight, mostly karena alasan itu adalah satu-satunya flight yang ada atau karena alasan transit 😂 contoh seperti penerbangan KL – Jeju yang adanya cuma jam 6.50 pagi saja. Alhasil saya harus menginap di transit hotel bandara.

    Terus penerbangan direct Korea mainland (Seoul) – Bali yang notabene lumayan pagi juga, jadi harus berangkat subuh-subuh biar nggak terlalu mepet waktunya 😅 Beside that, paling sering penerbangan Bali – SG (transit) yang membuat saya harus berangkat dari rumah jam 5 pagi buta 😂 soalnya baru jam 5 gate international departure bandara Bali kembali dibuka 😁

    Sukanya berangkat pagi dari Bali itu bisa lihat Gunung Agung kalau duduknya di sisi sebelah kanan dekat jendela. Apalagi waktu sunrise lagi cantik-cantiknya ~ dukanya sering ketiduran sebelum lihat gunungnya hahahahahaha. Eniho, seru juga ternyata kalau mengingat-ingat seperti mas Nugie, sampai punya listnya. Pasti berkesan banget dong yaaa 😆 dan terakhir, sama seperti mas Nugie, saya suka bermalam di Changi, well… di KLIA 2 juga suka (asal bukan transit di CGK saja) 😂

    1. Wah, pengalamanmu buat penerbangan pagi kayaknya lebih banyak dan lebih seru tuh, kak. Asyik buat diceritain 😀

      Hahaha aku juga belom pernah nginep di CGK, tapi pernah tidur-tiduran setelah nyampe dari travel Bandung tengah malam.

  4. Kalau aku penerbangan paling berkesan naik Hercules tahun 2001 hahahahahaha. Atau naik pesawat cesna pas ada angin kencang, sungguh bikin senamn jantung ahhahahah

    1. Waduh mas Sitam dari kecil udah naik pesawat. Aku baru 2 kali naik ATR wkwkwk.

  5. ainunisnaeni · · Balas

    aku suka flight pagi, bisa nikmati matahari terbit dari jendela, cakepnyaaaaa
    kalo pilih flight pagi kadang aku mikir, waktu liat orang orang dibandara, mantap bener nih smua orang bisa bangun pagi demi tiket pesawat mereka dan muka mukanya hepi, entah urusan kerjaan luar pulau, entah yang mau liburan. suasana pagi dibandara aja udah bisa bikin aku seneng liatnya

    kadang jam 2 pagi udah sampe bandara, padahal flight jam 5, karena flight luar negeri jadi nggak papalah jam segitu di bandara, bengong bengong geje dulu hahaha, daripada ketinggalan wkwkwk

    1. Ah iya bener. Pagi itu menurutku moodbooster. Pada hepi, seger, hawa juga masih nyaman. Jadi semakin kangen terbang nih..

  6. Kalo aku suka waktu liat sunrise dari bandara bali, sama padang, banyak gunung2nya 🙂

    1. Pemandangan kayak gitu nyenengin dan ngangenin ya, mas :((

      1. Besok 7 mei pesawat udah mulai terbang lagi, semoga yg kangen terbang bisa segera kemana2 Nug 🙂

      2. Tapi kan masih waswas mas hehe

      3. Pake masker, pake sabun hehe

  7. Hingga saat ini baru sekali doang melakukan penerbangan pagi, yaitu penerbangan pertamaku naik citilink rute Medan – Jakarta.
    Walau harus berangkat sebelum shubuh ke bandara, tapi semuanya terbayar dengan pemandangan matahari terbit dari dalam pesawat.

    1. Reward-nya worth the struggle ya, dapet view kece saat terbang dan di bandara

  8. Paling senang penerbangan pagi. selain masih bisa menikmati udara pagi, biasanya flight pagi jarang delay. trus sampai di tujuan lebih cepat jadi punya waktu explore lebih banyak tempat.

    1. Betul sekali kak. Karena penerbangan pagi adalah awal :))

  9. Fanny Fristhika Nila · · Balas

    Kalo dibilang suka penerbangan pagi sbnrnya makin tua begini aku makin ga suka hahahahhaa. Dulu iyaaa, tp itupun Krn tiket penerbangan pagi itu slalu paling murah hihihi

    Sbnrnya ga banyak berkesan sih penerbangan pagiku. Kecuali 1. Pas 2014, mau ke Chiang Rai Ama temen. Dia stay di rumahku, trus aku kesiangan dooong. Temenku udh siap dan rapi, dia pikir aku sdg siap2 di kamar. Lgs aja mandi kilat, trus dianter suami k Soetta. Untung pagi2 buta, jd bisa ngebut. Dan untungnya udh online check-in. Jd masih selameeeeet. Tp pas sampe di boarding room, baru sadar kamera ketinggalan wkwkwkkw.

    Terpaksa semua foto diambil dr hp :p. Itulah kenapa aku benci sbnrnya terbang pagi

    1. Hahaha i see. Yah, tiap orang memang punya preferensinya sendiri ya 🙂

  10. […] juga: 9 Momen Penerbangan Pagi Paling BerkesanBerikut ini adalah cara cek harga tiket pesawat murah di Traveloka dengan mudah ala […]

Like atau komentar dulu, kak. Baca tanpa komentar itu kayak ngasih harapan semu :D

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Duo Kembara

Cerita Si Kembar dan Mommy Ara menghadirkan kebaikan

Lonely Traveler

Jalan-jalan, Makan dan Foto Sendirian

Guru Kelana

Perjalanan sang guru di berbagai belahan dunia

dyahpamelablog

Writing Traveling Addict

Daily Bible Devotion

Ps.Cahya adi Candra Blog

bardiq

Travel to see the world through my own eyes.

Mollyta Mochtar

Travel and Lifestyle Blogger Medan

aryantowijaya.wordpress.com/

Tiap Perjalanan Punya Cerita

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

D Sukmana Adi

Ordinary people who want to share experiences

papanpelangi.id

Berjalan, bercerita; semoga kita terbiasa belajar dari perjalanan

Guratan Kaki

Travel Blog

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

Efenerr

mari berjalan, kawan

BARTZAP.COM

Travel Journals and Soliloquies

Bukanrastaman

Not lost just undiscovered

Males Mandi

wherever you go, take a bath only when necessary

Eviindrawanto.Com

Cerita Perjalanan Wisata dan Budaya

Plus Ultra

Stories and photographs from places “further beyond”.

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

Musafir Kehidupan

Live in this world as a wayfarer

Cerita Riyanti

... semua kejadian itu bukanlah suatu kebetulan...

Ceritaeka

Travel Blogger Indonesia

What an Amazing World!

Seeing, feeling and exploring places and cultures of the world

Winny Marlina

Winny Marlina - Whatever you or dream can do, do it! lets travel

Olive's Journey

What I See, Eat, & Read

tindak tanduk arsitek

Indri Juwono's thinking words. Architecture is not just building, it's about rural, urban, and herself. Universe.

dananwahyu.com

Menyatukan Jarak dan Waktu