Menjejak Bandara Silangit, Siborong-Borong, Bersama Garuda Indonesia Explore

Kualanamu International Airport

Kualanamu International Airport

Hampir satu jam gue dan Theo menghabiskan waktu dengan mondar-mandir kayak setrika, naik turun kayak IPK, mencari jalan keluar dari boarding room untuk menemukan sesuap nasi.  Di dalam boarding room ada Excelso sih, tapi… well, you know me, lol. Gue lalu bertanya pada petugas Information Center, yang menunjuk ke arah sebuah tangga zig-zag di depan kami.

#JLEBmoment is real.

Dengan mengutuki diri sendiri, gue berjalan melalui tangga tersebut sampai menemukan pintu keluar. Deretan kedai makan dan restoran terpampang nyata di depan mata. Andai lo bertanya lebih cepat, Gie, lo akan punya lebih banyak waktu untuk makan dan berburu, gerutu gue pada diri sendiri.

Batak traditional houses with their "balerong" roof design

Batak traditional houses with their “balerong” roof design

Bahkan setelah itu pun, kami masih membuang waktu beberapa puluh menit untuk menentukan tempat makan yang tepat untuk kami. Pilihan lalu dijatuhkan pada  Bright Café. Alasannya simpel. Bright Café menampilkan daftar menu dengan daftar harganya di sebuah papan besar di bagian depan. Gue nggak mau nyelonong masuk ke Ayam Goreng Kalasan, lalu menyesal sedetik kemudian setelah disodori daftar menu.

Sepiring Nasi Goreng Ayam ditebus dengan harga Rp 50.000,00-an ditambah segelas Es Teh Tarik yang gue nggak mau ingat-ingat lagi harganya. Yang penting perut kenyang, adek senang.

Beauty of Tapanuli yang mampu mengalihkan pikiran dari sopir Batak yang... "unik".

Beauty of Tapanuli yang mampu mengalihkan pikiran dari sopir Batak yang… “unik”.

Kami nggak punya banyak waktu tersisa untuk makan siang. Nasi goreng yang masih panas itu gue lahap secepat mungkin, kadang diakhiri dengan sebuah engahan karena nasi yang masih terlalu panas. Belum sampai menghabiskan Es Teh Tarik yang sangat berharga itu, kami sudah berdiri menghadap kasir. Sekejap kemudian kami sudah berlari-lari menuju boarding room melalui pemeriksaan bagasi.

Rupanya penerbangan kami sedikit tertunda. Gue masih punya waktu beberapa menit untuk mengatur nafas di kursi tunggu Gate 10 Bandara Kualanamu.

 

Ini adalah pertama kalinya gue naik pesawat tipe ATR yang lebih ramping dan pendek. Pertama kalinya gue naik Garuda Indonesia Explore. Pertama kalinya juga terbang menuju bandara kecil di pelosok Indonesia. Gue nggak bisa berdiri tegak di dalam kabin, terantuk langit-langit kabin yang terlalu rendah. Pesawat hanya diisi oleh 2 pramugari, namun keberadaan pramugari kedua pun baru gue sadari saat berjalan turun di Bandara Silangit, Siborong-Borong.

Di dalam pesawat ATR Garuda Indonesia Explore

Di dalam pesawat ATR Garuda Indonesia Explore

Garuda Indonesia Explore snack box

Garuda Indonesia Explore snack box

Karena merupakan maskapai full service, penerbangan singkat selama 35 menit itu tetap dilengkapi dengan paket snek kotak berisi dua buah roti dan sebotol air mineral dingin. Meski sebetulnya masih kenyang dengan sarapan nasi goreng ayam pada penerbangan CGK-KNO dan makan siang nasi goreng ayam (lagi) di Bandara Kualanamu, pada akhirnya dua roti itu menemui ajalnya di dalam kunyahan mulut gue.

Pada penerbangan kali ini, gue duduk di kursi samping pak kusir yang sedang bekerja dekat jendela pada deretan kedua dari depan, sehingga bisa leluasa menikmati pemandangan dan mengambil foto. Sayangnya penerbangan kedua ini nggak lewat Danau Toba lagi. Pada penerbangan CGK-KNO, gue duduk di kursi dekat lorong pada barisan sebelah kanan. Saat pesawat melayang di atas Danau Toba dan sang pilot mengumumkannya dengan antusias, gue hanya bisa terduduk diam karena danau terlihat dari barisan kursi di sebelah kiri. Huft.

 

Setelah 35 menit yang singkat namun penuh guncangan, akhirnya pesawat mendarat di Bandara Silangit, Siborong-Borong.

Arrived at Silangit Airport, Tapanuli Utara

Arrived at Silangit Airport, Tapanuli Utara

Bandara Silangit adalah sebuah bandara kecil yang terletak di daerah pegunungan Tapanuli Utara. Sesaat setelah menjejak landasan, gue disambut oleh udara sejuk khas pegunungan yang memang sudah akrab dalam keseharian gue di Bandung, Jawa Barat, yang juga berhawa sejuk. Gue dan 3 panitia lainnya dipersilakan menunggu beberapa menit di sebuah ruang tunggu sementara khusus yang dibangun untuk Karnaval Kemerdekaan Danau Toba kali ini. Nggak berapa lama kemudian, kami berempat dipanggil masuk ke dalam bus.

Berjalan keluar dari bangunan utama, gue menyadari betapa kecilnya bandara ini. Kalau kamu masuk, kamu akan langsung dihadapkan dengan pemeriksaan bagasi. Saat udah sampai di luar, kelihatan banget bandara ini masih baru banget direnovasi untuk menyambut penyelenggaraan karnaval. Mendukung visi Danau Toba sebagai destinasi wisata global, Bandara Silangit yang hanya berjarak 1,5 jam ini pun didandani sehingga layak menjadi lokasi mendarat maskapai-maskapai komersil kenamaan.

Silangit Airport, Tapanuli Utara

Silangit Airport, Tapanuli Utara

Selain Garuda Indonesia, ada Sriwjaya Air yang bahkan melayani penerbangan langsung menuju Silangit (DTB) dari Jakarta (CGK).

 

Perjalanan darat menuju Parapat selama kurang lebih 2 jam tak terasa berkat sajian alam dan budaya yang mengapit kedua sisi pandangan. Di antara jalanan beraspal mulus yang meliuk-liuk, terhampar hijau persawahan, pegunungan, dengan rumah-rumah beratap balerong khas Batak berdiri etnik mengisi sudut-sudut kosongnya. Di antara rumah-rumah warga, berdiri makam-makam besar yang menjadi makam tetua marga yang bermukim di wilayah itu.

Bentangan pegunungan sepanjang perjalanan menuju Parapat, Simalungun

Bentangan pegunungan sepanjang perjalanan menuju Parapat, Simalungun

A small church in the middle of rice fields. Epic!

A small church in the middle of rice fields. Epic!

Berbeda dengan di Pulau Jawa yang didominasi warga muslim, perjalanan menuju Parapat diisi dengan gereja-gereja kecil beratap runcing yang berdiri anggun di tengah pedesaan. Sudah lama gue nggak melihat bangunan gereja tradisional seperti itu, dengan atap segitiga dan tanda salib yang terpampang besar di bagian depan. Gereja-gereja tua itu tampak indah berdiri mungil di tengah lahan hijau luas yang melingkupinya, seperti gereja-gereja di pedesaan Eropa yang biasa gue nikmati dari balik layar maya.

Setelah melalui kota Balige dan Porsea, bus akhirnya merapat di kota Parapat. Panorama Danau Toba dengan airnya yang berwarna kehijauan menyambut kami dari sebelah kiri. Gue memandangnya dengan perasaan takjub, danau itu benar-benar indah dan sangat pantas untuk diangkat menjadi destinasi wisata global.

Melalui Pasar Onan Balerong, Balige

Melalui Pasar Onan Balerong, Balige

Crossing a river in Balige

Crossing a river in Balige

Puji Tuhan, hanya karena kasih karunia-Nya, gue diizinkan untuk menikmati langsung salah satu maha karya-Nya yang Ia taruh di bumi Indonesia.

 

Dengan susah payah, bus Damri kami memarkirkan badan besarnya di halaman parkir hotel Parapat View yang tersembunyi di balik jalanan sempit yang meliuk-liuk. Gue melompat turun dengan rasa antusias yang memenuhi dada, nggak sabar buat segera menyusul rekan-rekan yang sudah tiba sebelumnya di Panggung Apung Danau Toba.

Danau Toba di penghujung senja

Danau Toba di penghujung senja

Halo, Danau Toba 🙂

Iklan

31 komentar

  1. aaah aku ngiri, belom pernah nyobain Garuda Indonesia Explorer 😦
    hope someday i van get some chance

    1. Amin. Semangat, kak. Pasti ada waktunya dengan cara-cara tak terduga 😀

  2. Keren Garuda Exs..mugo mugo next trip sy bs beginian

    1. Amin amin, semoga bisa segera mas 🙂

  3. keren udah ke siborong-borong aja u

  4. Seneng nya bisa naik garuda, seumur-umur belum pernah naik garuda 😦

    1. Iya senang banget. Garuda nggak mahal-mahal amat kok, bang. Apalagi kalau promo 😀

  5. nostalgia di balige 🙂 aku paling suka pasarnya, unik

    1. Sayang nggak sempet mampir ke pasar etnik itu 😦

      1. aku kemaleman sampe balige, cuma sempat ke museum TB silalahi, makam sisingamangaraja aja

      2. Aku juga kesorean sampai Toba 😦

  6. Wah keren bandaranya! Mudah-mudahan saya bisa kesana secepatnya..

  7. Wahh,, amazing deh kalau bisa travelling sama Garuda 🙂 tapi kapan bisa ya ? haha

    1. Waktunya akan tiba, pastik! 🙂

  8. Wah, dulu aku ke Toba lewat darat … Ternyata sekarang bisa via bandara Silangit ya 🙂

  9. Dari dulu ke Danau Toba lum kesampaian. Sampe Medan, ternyata lum main juga ke Toba. Adanya bandara di Silangit, smoga bisa memudahkan klo suatu saat nanti ke Toba. Naik Garuda EXplorer seru niih..

    1. Aku pun ke Danau Toba juga belom puas eksplor, mas. Next time kita ke sana harus dipuaskan sampai lemasss!

  10. […] bus panitia yang berangkat mengantarkan rombongan menuju Bandara Silangit, tapi buat besok. Gue hanya bisa mengandalkan Parapat Travel, jasa travel jadi-jadian satu-satunya […]

  11. Pengen sekali ke parapat / danau toba..secara itu kampung halaman suami, dgn adanya akses lgsg ke silangit bs lbh mudah.

    1. Harus banget ke Danau Toba, kak. Even itu bukan kampung halaman suami sekalipun hehe. Kebanggaan Indonesia!

  12. dari silangit ke samosir transportasinya susah yah?

    1. Informasi terakhir begitu, kak.

  13. Rute nya gimana sih, klo dari kota medan mau ke sinabung, danau toba, lalu ke bandara Silangit? butuh waktu berapa lama yaa?

    1. Saya belum pernah ke Sinabung. Untuk rute ke Danau Tiba seperti ini:

      Medan – flight ke Silangit – naik bus ke Danau Toba

  14. […] Baca Juga: Menjejak Bandara Silangit, Siborong-Borong […]

  15. […] Airways, Lion Air, Malindo Air, Citilink, Nam Air, Sriwijaya Air, Batik Air, Garuda Indonesia, dan Garuda Indonesia Explore. (Silakan klik link-link tersebut buat baca tulisan perjalanan gue bersama maskapai terkait, itu […]

  16. […] THR Hari Raya Natal di kantor gue ditambah sebagian penghasilan dari pekerjaan sampingan saat Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba 2016. Sayangnya, rekor baik ini nggak gue lanjutkan karena ada open trip ke Singapura pada bulan Januari […]

  17. […] pagi lainnya yang nggak kuceritakan. Ada yang karena lupa prosesnya (misalnya penerbangan Jakarta – Kualanamu dengan Garuda Indonesia tahun 2016), ada juga yang karena nggak ada cerita […]

Like atau komentar dulu, kak. Baca tanpa komentar itu kayak ngasih harapan semu :D

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Lonely Traveler

Jalan-jalan, Makan dan Foto Sendirian

Guru Kelana

Perjalanan sang guru di berbagai belahan dunia

dyahpamelablog

Writing Traveling Addict

Daily Bible Devotion

Ps.Cahya adi Candra Blog

bardiq

Travel to see the world through my own eyes.

Mollyta Mochtar

Travel and Lifestyle Blogger Medan

Jalancerita

Tiap Perjalanan Punya Cerita

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

D Sukmana Adi

Ordinary people who want to share experiences

PAPANPELANGI.ID

Berjalan, Bercerita; semoga kita terbiasa belajar dari perjalanan

Guratan Kaki

Travel Blog

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

Efenerr

mari berjalan, kawan

BARTZAP.COM

Travel Journals and Soliloquies

Bukanrastaman

Not lost just undiscovered

Males Mandi

wherever you go, take a bath only when necessary

Eviindrawanto.Com

Cerita Perjalanan Wisata dan Budaya

Plus Ultra

Stories and photographs from places “further beyond”.

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

Musafir Kehidupan

Live in this world as a wayfarer

Cerita Riyanti

... semua kejadian itu bukanlah suatu kebetulan...

Ceritaeka

Travel Blogger Indonesia

What an Amazing World!

Seeing, feeling and exploring places and cultures of the world

Winny Marlina

Winny Marlina - Whatever you or dream can do, do it! lets travel

Olive's Journey

What I See, Eat, & Read

tindak tanduk arsitek

Indri Juwono's thinking words. Architecture is not just building, it's about rural, urban, and herself. Universe.

dananwahyu.com

Menyatukan Jarak dan Waktu

%d blogger menyukai ini: