Tahun 2019 lalu, Bangkok didapuk sebagai world’s most visited cities versi Mastercard Global Destination Cities Index 2019. Sebanyak lebih dari 22 juta wisatawan berbondong-bondong mendatangi the city of angel ini. Emang wisata Bangkok dan wisata Thailand segitu menariknya?
Bangkok, dan Thailand secara umum, menawarkan paket wisata lengkap, kemudahan akses, dan masyarakat dengan toleransi tinggi. Mau tenggelam dalam kekayaan kulinernya, tersesat di lorong-lorong pasarnya, mengagumi kuil-kuil megahnya, atau melihat lautan biru toska sejauh mata memandang, semua ada di Thailand.
Tapi bukan berarti Thailand sempurna. Kendala bahasa biasanya menjadi momok bagi traveler atau backpacker Indonesia dalam memahami sang Negeri Gajah Putih ini. Karena itulah gue membuat tulisan ini, supaya kamu yang berencana jalan-jalan ke Thailand, atau baru sekadar berangan-angan, tercerahkan dan mendapat tambahan wawasan.
Informasi Dasar Thailand
Walaupun sama-sama negara di Asia Tenggara, ada 2 perbedaan besar antara Indonesia dan Thailand: bahasa (dan huruf) dan agama. Thailand punya bahasa dan huruf/aksara tersendiri.
Di kota-kota besar dan tempat-tempat wisata utama, petunjuk biasanya hadir dalam bahasa Thai dan Inggris. Jadi kecuali kamu mau ke pelosok Thailand, kamu nggak usah pusing masalah ini. Orang-orang di sekitar tempat wisata dan orang-orang kantoran biasanya bisa bahasa Inggris dasar, meski dengan logat yang aneh. Jadi kamu nggak usah minder kalo grammar kamu ancur-ancuran. Bisa jadi mereka lebih ancur lagi. Solusi alternatifnya? Bahasa isyarat, kalkulator, Google Maps, dan translator.
Karena mayoritas orang Thai beragama Buddha, jadi jangan kaget kalo agak tricky buat mencari makanan halal di Bangkok dan daerah utara. Tapiiii kalau kamu di Phuket dan daerah selatan lainnya (Hatyai/Songkhla, Krabi, dsb) yang presentase warga muslimnya lebih tinggi, makanan halal lebih gampang ditemui. Jangan buru-buru ge-er kalo liat mbak-mbak jilbaban di sana. Mereka kemungkinan akamsi, sayang.
Akses ke Thailand dari Indonesia
Ada 3 pintu masuk yang biasanya dipakai wisatawan Indonesia ke Thailand: Bandara Suvarnabhumi (Bangkok), Don Mueang (juga Bangkok), dan Phuket. Penerbangan ke tiga bandara itulah yang jadwalnya banyak dan harganya sesuai budget.
Baca ceritanya di: Menyapa Phuket International Airport
Suvarnabhumi International Airport (BKK) digunakan maskapai-maskapai full service dan sebagian low-cost carrier seperti Jetstar dan Scoot. Sementara penerbangan dengan LCC kayak AirAsia, Thai Lion Air, Malindo Air, monmaap biasanya di Don Mueang International Airport (DMK) yang kecil dan bersahaja.
Meski sama-sama di Bangkok, Suvarnabhumi dan Don Mueang itu JAUH BANGEEETTT. Jadi saat kamu mau balik dari Bangkok ke Indonesia, pastikan lagi bandara kamu. Terus bagusnya pilih mendarat di Bangkok atau Phuket? Nah, itu balik lagi ke alasan kamu traveling ke Thailand dan rencana perjalanan kamu. Pilih Bangkok buat wisata kota atau Phuket buat wisata pantai. Emangnya Bangkok ke Phuket jauh nggak sih?
Itinerary Wisata di Thailand
Thailand itu luas, Malih. Mencapai 513.120 km² atau kira-kira 4 kali Pulau Jawa! Jarak dari Bangkok ke Phuket itu lebih dari 840 km, lebih panjang sekitar 60 km dari Jakarta – Surabaya. Sementara jarak dari Bangkok ke Chiang Mai sedikit lebih deket, 690 km.
Kalau kamu cuma punya waktu 3 hari, gue sarankan fokus di Bangkok aja atau Phuket aja. Kalau mau Bangkok sama Pattaya, idealnya 5 hari. Bisa sih kamu babat Bangkok – Phuket atau Bangkok – Chiang Mai dalam 5 hari, asal transportasi antarkotanya naik pesawat, bukan bus atau kereta. Perjalanan darat mengarungi Bangkok dan Phuket idealnya 7 hari. Kurang dari itu, siap-siap tepar setelah traveling.
Book your transportation ticket here.
Klik di sini buat baca seluruh perjalanan gue di Bangkok, di sini buat cerita perjalanan di Pattaya, dan di sini buat cerita perjalanan di Phuket.
Bangkok memang besar dan objek wisatanya tersebar, tapi untungnya bisa kita kelompokkan dalam beberapa kawasan:
- Banglamphu: Grand Palace (Wat Phra Kaew), Wat Pho, Wat Arun, Khaosan Road, dan seabrek kuil/candi
- Siam: Pusat lifestyle and shopping, seperti: MBK Center, Siam Paragon, Pratunam Market, Platinum Fashion Mall, dan Jim Thompson’s House, bisa diakses dengan BTS dan Airport Rail Link
- Silom: Lumphini Park dan Patpong Night Market
- Chinatown: Ada di antara Banglamphu dan Siam di Yaowarat Road, dekat Stasiun Hua Lamphong, di sini juga ada Wat Traimit
- Lainnya: Terminal21 (dekat Stasiun Asok/Sukhumvit), ICONSIAM (dekat Stasiun Saphan Thaksin), Chatuchak Weekend Market (dekat Stasiun Mochit/Kamphaeng Phet).
Baca juga: Mengayuh Sepeda di Ibukota Lama, Ayutthaya
Sementara beberapa objek wisata di Pattaya adalah Nong Nooch Tropical Garden, Silverlake Vineyard, Khao Chi Chan (laser Buddha), Pattaya Floating Market, Big Buddha Temple, Sanctuary of Truth, Tiffany Show (kabaret ladyboy), Jomtien Beach, Pattaya Beach, dan Pattaya Walking Street.
Di Phuket, yang recommended adalah pantai-pantai (Patong, Karon, Kata, Kamala, dll), Kho Phi Phi, Maya Bay, Khao Rang view point, Phuket FantaSea, Simon Cabaret, Bangla Walking Street, Big Buddha Temple, kota tua Phuket, dan Wat Chalong.
Transportasi Dalam Kota Thailand
Sampai tulisan ini ditulis, satu-satunya kota di Thailand yang punya mass rapid transit system atau metro/subway ya cuma Bangkok, sang ibukota. Moda transportasi yang populer di kota-kota lainnya adalah tuktuk dan songthaew. Bedanya, tuktuk tujuannya bebas, songthaew itu kayak angkot jadi ada rutenya. Selain perahu ke Wat Arun, gue pernah naik perahu umum dari Rakhamhaeng ke Hua Chang via Pratunam. Seru!
Di Bangkok, transportasinya mencakup BTS (Skytrain, MRT dengan jalur melayang), MRT (jalurnya ada yang bawah tanah, ada yang melayang), kereta bandara Airport Rail Link, bus kota, dan perahu. Naik bus memang murah banget, tapi kondektur biasanya nggak bisa bahasa Inggris.
Tulisan selengkapnya bisa dibaca di: Memahami Transportasi Publik di Bangkok.
Beberapa kota kayak Phuket dan Chiang Mai ada bus kota, tapi jalurnya nggak banyak. Sebagian rute tuktuk udah ada tarif resmi yang nggak bisa ditawar. Gue nggak menyarankan GRAB dan ojek karena harga yang nggak jauh beda dan driver yang sering nggak bisa bahasa Inggris. Baca aja ulasannya di: Memahami Transportasi Publik di Phuket
Transportasi Antar Kota di Thailand
Ada satu pengalaman transportasi di Thailand yang sekarang belum bisa kita rasain di Indonesia: naik sleeper train dengan harga affordable. Iya, di Indonesia juga udah ada sleeper train, tapi luxury dan mahal, padahal kita nggak butuh mewahnya.
Sleeper train di Thailand tersedia di kereta 1st class dan 2nd class. Tapi kalo mau coba new high quality sleeper train Thailand, kamu bisa memilih 4 relasi ini: Bangkok – Chiang Mai, Bangkok – Nongkhai, Bangkok – Hat Yai, dan Bangkok – Ubon Ratchathani. Saat siang, kasur masih berwujud kursi-kursi panjang. Menjelang waktu tidur, barulah ada petugas yang menyulap bangku-bangku itu menjadi kasur datar yang nyaman.
Selain kereta api, juga ada bus dan van. Beberapa tujuan lebih oke dicapai dengan bus atau van, misalnya Pattaya. Terus beli di mana tiketnya? State Railway of Thailand memang punya laman pemesanan online di thairailwayticket, tapi menurut gue akan membingungkan buat first-timers. Jadi, gue sarankan beli di Bookaway. Transportasi yang lain kayak bus, van, dan kapal ferry juga tersedia di situ.
Perjalanan Antar Negara dari Thailand
Sebagai jantung ASEAN yang terletak di antara Malaysia, Kamboja, Laos, dan Myanmar, Thailand bisa jadi starting point kamu ke negara-negara Indocina. Detilnya sebagai berikut:
- Bangkok – Siem Reap / Phnom Penh (Kamboja) : by bus, belum ada kereta api langsung, dari Kamboja ke Vietnam juga naik bus
- Bangkok – Vientiane (Laos) : naik kereta api sampai Nongkhai (kota Thailand di perbatasan Laos), lanjut naik kereta api pendek ke Thanaleng, lalu naik ojek/taksi/tuktuk ke Vientiane.
Kalo mau keukeuh ke Kamboja naik kereta api biar hipster, bisa coba cara gue tahun 2015 lalu. Naik kereta api dari Bangkok ke Aranyaprathet (kota Thailand di perbatasan Kamboja), lalu naik tuktuk sampai border di Poipet, terus naik bus atau taksi ke Siem Reap. Ceritanya bisa dibaca di: Perjalanan Menembus Negeri dengan Kereta Api
Sekarang udah nggak ada kereta api langsung dari Malaysia ke Thailand, cuma sampai Padang Besar aja. Baca cerita dari temen sesama blogger, sarahjalan.com, WNI yang masuk Thailand via darat dari Malaysia dipersulit proses imigrasinya. Jadi, better cari aman dengan naik pesawat terbang.
Seluruh rute di atas bisa kamu beli secara online di Bookaway, ya.
Penginapan dan Makan di Thailand
Biaya hidup di Thailand mirip-mirip dengan biaya hidup di Pulau Jawa, bahkan kadang bisa lebih murah. Jadi, jangan kaget kalo rate kamar hotel di sana juga murah-murah. Kalo nggak masalah tidur berjamaah sama orang asing, tarif per malam per bed di hostel bahkan nggak sampe Rp 100rb. Hostelnya udah manusiawi dengan kasur yang empuk dan kamar/bangunan yang cukup rapi dan bersih.
Gue biasanya pesen di Booking.com karena pilihannya banyak, tampilan website-nya enak dilihat, dan bisa bayar cash pas check-in. Silakan baca-baca artikel ini:
5 Hotel dan Hostel Recommended di Bangkok Dekat BTS/MRT
Buat makan juga sama aja kayak di Indonesia. Standar sekali makan di kisaran THB 50-70 atau Rp20.000 – Rp30.000 bahkan bisa lebih murah. Mumpung di Thailand, manfaatkan baik-baik kesempatan bisa icip mango sticky rice, pad thai, tom yum, dan thai tea.
Mata Uang dan Biaya
Mata uang Thailand adalah Baht, disingkat THB (Thailand Baht). Biasanya 1 Baht setara Rp400, ini fluktuatif yaaa jadi silakan rajin-rajin cek. Karena gue belum merasa aman kalo masuk negara orang tanpa cash sama sekali, maka gue selalu tukar Rupiah ke Baht dulu di Golden Money Changer.
Di bandara ada money changer dan beberapa ATM, akan dikenakan biaya administrasi untuk setiap penarikan dengan besaran yang berbeda-beda tergantung kebijakan bank. Biasanya Rp25.000,00.
Estimasikan Rp500.000,00/hari buat kamu yang jalan-jalannya tipe low cost atau moderate, udah include penginapan, makan, transportasi, dan objek wisata. Tiket masuk objek wisata yang mahal seperti Grand Palace (THB 500 atau sekitar Rp200.000) dan oleh-oleh/belanjaan lebih baik dialokasikan sendiri di luar budget harian.
Kalau udah dapet budget kamu di sana, kalikan dua, itulah uang yang harus kamu siapin. Jadi kalo 3 hari budget-nya Rp1.500.000, kamu siapin Rp3.000.000 (terserah mau diendapkan di ATM atau dijadiin cash semua) buat jaga-jaga. Katakan overbudget kalo ternyata uang yang harus kamu keluarkan di atas Rp 3juta.
Dengan iklim dan suasana yang mirip-mirip dengan Indonesia, Thailand adalah negara yang cocok buat first-time traveler/backpacker. Aksesnya mudah dan murah, warganya ramah, wisatanya berlimpah, dan infrastrukturnya bolehlah.
Menurut gue, waktu terbaik ke Thailand adalah saat musim adem (cool season) pada bulan November – Februari. Setelah songkran pada bulan April biasanya panas dan banyak hujan sampe Oktober.
Tulisan ini memang hanya membahas garis besar perjalanan ke Thailand. Untuk bahasan yang lebih detil, seperti objek wisata tertentu, silakan ubek-ubek blog thetravelearn.com ini atau googling buat mencari sumber lainnya. At least, melalui tulisan ini kamu udah lebih terbayang buat merencanakan perjalanan kamu. Well then, I hope you found this post useful. Keep learning by traveling~
Orang indo luar negeri :Bertemu Indomie terasa lebih menyenangkan ketimbang bertemu teman 😂😁🙏
Hahaha Indomie selalu bikin bangga soalnya
Tahun ini harusnya menemani mahasiswa ke salah satu kampus di Thailand, tapi harus dibatalkan karena covid-19. Semoga saja di waktu mendatang bisa ke sini, tapi bukan dengan urusan kerja
Amin amin, semoga covid-19 segera berlalu mas. Aku kok malah pengen ke luar negeri buat urusan kerja 🙂
Saya kalau ke Thailand lebih sering turun di Don Mueang, soalnya penerbangan direct ke Thailand dari Bali nggak banyak pilihan jadi pasti pakai Airasia yang memang punya direct ke sana 😁 jadi meski airportnya kecil, tapi lebih familiar sama Don Mueang daripada Suvarnabhumi. Dan memang betul kata mas Nugie, jauh banget lokasi dari Don Mueang ke Suvarnabhumi apalagi kalau macet 😂 soalnya saya pernah beberapa kali perlu pindah flight (karena meneruskan perjalanan ke negara lain dan next flightnya berangkat dari Suvarnabhumi), and at that time, harus banget ambil jadwal yang nggak mepet, minimal menginap sehari di Bangkok biar nggak keteteran 😅
By the way, mas Nugie looks so happy ketemu sama Indomie ahahaha ~ saya mungkin akan sesenang itu juga kali ya kalau sudah lama nggak ketemu Indomie 😄 ohya, saya juga suka Thailand saat cool season, much better suhu udaranya. Apalagi di area seperti Khao Yai dan sekitarnya yang memang dekat pegunungan, bisa cuma 20 degree saja 😍 semoga Corona cepat hilang, ingin rasanya pergi jalan-jalan hehe.
For the last, as usual, infonya sangat lengkap dan bermanfaat mas 😁
Hai, Meno. Empat kali ke Bangkok, semuanya juga turun di Don Mueang. Belom pernah turun atau terbang di/dari Suvarnabhumi padahal pengen cobain kereta bandaranya 😦
As usual, komentarmu juga selalu panjang kak, bukti sudah membaca. Makasih banget udah rajin mampir ya, I’m flattered.
Lengkap banget tulisannya, keren mas ☕
dan pastinya aku akan balik lagi kesana
Aku jugaaa uwuwuwu
mantul!! berguna bgt! gambaran besar udah dapet,, lanjut obok2 artikel lainnya buat thai trip tahun depan..
Semoga lancaaaaarrr
[…] Baca Juga: Panduan Wisata di Thailand […]
Mantap pembahasannya Mas,
Izin simpan ya buat rencana kalo nanti ngetrip ke Thailand.
Thank you, bro. Lancar ya rencananya.
Yg jual indomie itu sebelah mana nya Patpong kak? Wkwkwk