Bangkok – Siem Reap: Perjalanan Menembus Negeri dengan Kereta Api

Typical Thai SRT train

Typical Thai SRT train

Biasanya, perjalanan darat dari Bangkok, Thailand, menuju Siem Reap, Kamboja, dilakukan dengan bus patas yang nyaman dan berpendingin udara. Dari blogwalking sebelumnya, banyak traveler dan blogger yang memilih jalan itu. Tinggal datang ke terminal, duduk manis, lalu tiba di Siem Reap dengan sejahtera sehat sentosa. Tapi, karena aku lebih suka naik kereta api, aku mengabaikan kenyamanan bus patas seperti itu dan memilih terjebak di dalam enam jam perjalanan darat tanpa AC, bersama ratusan warga lokal lainnya.

Naik kereta api itu romantis.. Gemuruh mesinnya bergema hingga ke ujung negeri, melintasi desa-desa kecil dan petak-petak lahan hijau yang tertata alami.

Dengan kereta api, perjalanan Bangkok – Siem Reap juga menjadi jauh lebih murah. Harga kereta api dari Bangkok menuju Aranyaprathet, kota perbatasan Thailand sekaligus perhentian terakhir kereta, hanya 48 THB. Bahkan dengan ditambah ongkos taksi dari Poipet menuju Siem Reap pun, tetap jauh lebih murah dibanding dengan ongkos bus patas Bangkok – Siem Reap yang mencapai 700-an THB.

*terungkap sudah alasan sebenarnya memilih kereta api*

Klik di sini untuk memesan tiket kereta/bus dari Bangkok ke Kamboja. Juga tersedia rute lainnya untuk berbagai kota di Asia Tenggara!


SUPERTRIP 2 Eps. 8: Bangkok – Siem Reap, Perjalanan Menembus Negeri dengan Kereta Api

Hujan yang mengguyur Bangkok pagi buta membuat kami enggan bangkit dari atas kasur di dalam kamar apartemen Paul yang nyaman. Lagipula, kami tak membawa payung atau jas hujan, juga malas berbasah-basah ria didera hujan deras. Jadi kami memutuskan untuk terus melanjutkan tidur sampai hujan reda beberapa jam kemudian. #TeamTakutBecek

Waiting at the station

Waiting at the station

Dari apartemen Paul di kawasan Mochit, kami memulai perjalanan dengan sebuah minibus menuju stasiun BTS Mochit seharga 20 THB. Entahlah, tak ada jalur bus yang langsung mengantarkan kami menuju stasiun BTS, padahal kami sudah menaiki jalur-jalur bus yang ditunjukkan. Minibus-nya sendiri sangat nyaman, seperti naik mobil pribadi, tapi digunakan untuk umum. Pintunya juga menggunakan pintu geser. Bagai angkot versi mewah!


Perjalanan Menuju Stasiun Kereta Api Hua Lamphong Bangkok

Dari stasiun BTS Mochit, aku dan Dicky melanjutkan perjalanan dengan BTS menuju stasiun Phaya Thai. Ini karena, seingatku dari apa yang kubaca di internet, kereta menuju Aranyaprathet dapat dinaiki dari sini, jadi tak perlu sampai jauh-jauh ke Hua Lamphong. Namun, saat kami tiba di tempat tujuan, kami hanya menemukan sebuah stasiun yang terlalu kecil dan terlalu sederhana untuk disebut stasiun. Seperti sebuah halte dengan beberapa baris kursi tunggu, terletak menyedihkan di tengah bantaran rel yang sedikit kumuh, bahkan tanpa petugas atau loket. Lalu bagaimana kami tahu bahwa kami akan menaiki kereta yang benar?

Stasiun yang kami cari ini adalah stasiun kereta api regular ya. Jangan dibingungkan dengan stasiun BTS Phaya Thai dan stasiun Airport Rail Link – Phaya Thai.

Lalu, setelah beberapa kali bolak-balik bertanya kepada petugas di loket stasiun BTS yang fasih berbahasa Inggris dan mirip aktor Chantavit Dhanasevi, aku dan Dicky akhirnya memutuskan untuk naik kereta dari stasiun Hua Lamphong saja. Demi masa depan yang cerah dan jelas, Nak. Maka, kami naik BTS lagi sampai stasiun Sala Daeng, lalu disambung dengan MRT hingga Hua Lamphong. Duh, jatuhnya malah jadi lebih mahal begini. Andai tadi langsung ambil MRT dari Mochit sampai Hua Lamphong.

Tired of waiting? Just play the game!

Tired of waiting? Just play the game!

Sebelum jadwal kereta ke Aranyaprathet pukul 13:05, kami yang tiba sekitar pukul 11:00 masih memiliki banyak waktu untuk makan siang dan duduk-duduk sampai bosan. Sang kuda besi pun tiba. Aku dan Dicky beranjak masuk ke dalam gerbong secara acak, lalu kembali duduk berhadapan seperti yang kami lakukan kemarin dalam perjalanan menuju Ayutthaya. Kereta mulai berderak pelan, lalu akhirnya menderum gahar melindas jalurnya yang menjulur panjang hingga ke ujung negeri.

Dari jadwal yang tertera pada lembar tiket, kami seharusnya tiba di Aranyaprathet pukul 17:35. Aku sedikit heran. Untuk sebuah perjalanan kereta api sejauh ini, selama lebih dari empat jam (bila tepat waktu), pihak State Railway of Thailand (SRT) tidak menyediakan pilihan kereta api berpendingin ruangan. Kami tak ada pilihan. Hanya kereta inilah, yang tidak memiliki AC dan kursi yang empuk, yang dapat kami naiki.

Train passengers and the Buddha image

Train passengers and the Buddha image

Di sini, rasa bangga membuncah di dalam hati akan sistem perkeretaapian di Indonesia. Setidaknya, untuk aspek transportasi kereta api antar kota, kita sudah lebih unggul dari Thailand. Bahkan untuk rute Jakarta – Bandung yang hanya terpaut 3 jam perjalanan saja, sudah tersedia kereta api yang nyaman dengan AC dan colokan listrik.


Naik Kereta Api dari Bangkok ke Kamboja

Memangnya seperti apa sih rasanya menaiki kereta api di Thailand? Nah, agar imajinasimu semakin nyata dan matang, berikut aku lampirkan cuplikan video perjalanan kami saat itu, langsung dari hape saya sendiri!

Tak lama setelah meninggalkan kota Bangkok yang padat, kereta sempat berhenti, sebelum akhirnya berjalan mundur kembali sejauh beberapa meter. Penasaran, aku beranjak dari kursi dan berkerumun di jendela bersama para penumpang lainnya, melongok ke arah belakang. Ada apaan sih?

Keretanya baru saja menabrak sapi.

Errr, excuse me, come again?

Keretanya baru saja menabrak sapi. Sa-pi. S-AP-I. Iya, sapi, binatang dengan warna tubuh kecokelatan dan memiliki sepasang tanduk di kepalanya.

Hayooo, kerbau siapa ini?

Hayooo, sapi siapa ini?

Entah siapa pemiliknya, namun sapi-sapi itu dibiarkan merumput begitu saja di area rel kereta api yang subur dan hijau dengan rerumputan. Sialnya, ada seekor sapi yang tertabrak dan sehingga staf kereta harus memindahkan tubuh besarnya yang menghalangi lintasan. OMG. Yah, selingan perjalanan yang cukup membuat hiburan..

Sepertinya, perjalanan kereta api dari Bangkok menuju Aranyaprathet tidak melalui kota besar apapun. Kereta berhenti di stasiun-stasiun kecil, melalui pemukiman penduduk yang sederhana, yang lazim dilihat di kota-kota kecil di Indonesia. Perjalanan kami bahkan lebih banyak diisi dengan lahan hijau yang terhampar luas berlatarkan gugusan pegunungan. Melalui kawasan rawa-rawa tempat burung-burung bangau beterbangan dan hinggap di salah satu titik, tempat di mana rumah-rumah panggung berdiri kokoh di salah satu sudutnya.

A typical Thai small town along the railway

A typical Thai small town along the railway

Green and blue along the journey..

Green and blue along the journey..

Sementara Dicky pasrah terkulai di sandaran kursinya yang kaku, gagal mengalahkan rasa kantuk yang menyerbu, aku justru kembali hidup dengan mata yang memicing di balik viewfinder kameraku. Memang bukan fotografer professional, namun aku ingin menangkap momen perjalanan ini dengan sebaik mungkin. Saat burung-burung itu beterbangan, atau saat seorang pak tua tengah mengayuh perahu kecilnya di atas rawa. Utak-atik bukaan, kecepatan, dan ISO untuk mendapatkan gambar yang jelas bermodalkan kemampuan “coba-coba”. Aku tersenyum puas saat beberapa bidikanku berhasil menangkap momen itu seperti yang aku inginkan.

Can you spot the bird?

Can you spot the bird?

Scenic view along the journey!

Scenic view along the journey!

Ah, aku bersyukur aku memilih perjalanan kereta api ini. Meski harus bersabar dengan udara panas yang terperangkap di dalam gerbong, tubuh yang lengket dengan baju yang basah karena keringat, namun pemandangan yang tersaji di balik jendela kusam kereta seolah membayar itu semua. Kalau aku naik bus patas, belum tentu aku mendapatkan pemandangan indah serupa. Apalagi, kaca jendela bus tak bisa dibuka, susah untuk mengambil foto bagus selama perjalanan 😀


Tiba di Aranyaprathet, Perbatasan Thailand – Kamboja

Waktu sudah lama beranjak dari pukul 17:35. Mentari pun mulai meninggalkan sinarnya untuk bumi Thailand, menyisakan berkas-berkas cahaya keemasan yang tergores di ujung cakrawala. Namun kereta belum menunjukkan tanda-tanda memasuki Aranyaprathet, entah berada di mana kami saat itu. Aku berusaha menenangkan diri dengan terus sibuk mengambil momen matahari terbenam dari ujung negeri ini, saat semburat emas itu berpadu dengan gradasi biru layu, menjadi latar syahdu bagi siluet pohon-pohon yang bergoyang malu-malu.

Capturing the sunset

Capturing the sunset

Kami akhirnya terperangkap oleh malam, dan satu per satu penumpang lenyap di dalam gelap. Beberapa kali kereta berhenti begitu saja di titik antah berantah. Tanpa peron, tanpa naungan atap, hanya sehampar tanah kosong di tengah kebun lebat dan beberapa penumpang turun menembus cahaya temaram.

Aku mulai was-was. Berkali-kali aku memeriksa setiap perhentian, dan selama kereta berjalan, aku tak dapat melepaskan pandanganku dari jendela. Aku memastikan bahwa kami tidak kebablasan (bila memang itu bisa terjadi), berusaha mencari tahu di mana kami berada dengan mengamati tanda-tanda jalan apapun yang tampak dari lintasan. Masih jauhkah perjalanan ini? Bagaimana bila saat kami tiba di Aranyaprathet, kantor imigrasi sudah tutup dan kami harus menginap satu malam? Tapi tak ada lagi uang, apa kami bermalam saja di rumah warga lokal? Tapi memang ada yang mau kami tumpangi?

Di penghujung senja, di tempat antah berantah

Di penghujung senja, di tempat antah berantah

Sementara pikiran panik itu berkecamuk di dalam benakku, Dicky masih tertidur di atas kursinya, sesekali terbangun dengan mata sayu sebelum terpejam kembali.

Tapi syukurlah kami tidak kebablasan, karena memang Aranyaprathet adalah stasiun perhentian terakhir di Thailand. Begitu turun, kami langsung disambut dengan sopir tuktuk yang menawarkan jasa pengantaran sampai ke border dengan harga 100 THB. Aku tawar sampai harga 80 THB, dan dia mau. Jarak dari Stasiun Aranyaprathet menuju border memang masih jauh, lebih dari 7 km, jadi tuktuk ini sangat pantas dihargai.

Taking a tuktuk to the border

Taking a tuktuk to the border

Saat tuktuk menurunkan kami sebelum border, seorang sopir taksi sudah buru-buru mendatangi kami untuk menawarkan jasanya menuju Siem Reap, Kamboja. Beberapa penjaja jasa visa tipu-tipu (scam) juga berbaris menjelang border, namun langsung bungkam setelah tahu kami dari Indonesia. Sopir taksi itu terus mengajak kami berbincang-bincang sambil berjalan menuju border, yang aku tanggapi seperlunya dengan agak ogah-ogahan.


Naik Taksi Gelap dari Poipet ke Siem Reap, Kamboja

Lepas dari perbatasan Thailand, kami memasuki perbatasan Kamboja dengan kantor imigrasinya yang sangat bersahaja. Hanya seonggok kubus besar seperti sebuah bangunan sementara, tempat kami mengisi form dan mendapatkan stempel. Sama sekali tak ada masalah di imigrasi Thailand – Kamboja ini. Hanya saja, sang sopir taksi masih bersikukuh di luar border, menunggu kami untuk menaiki taksinya.

This is how Poipet border looks like. Casinos and lux hotels!!!

This is how Poipet border looks like. Casinos and lux hotels!!!

Aku mengatakan padanya bahwa kami akan naik bus pemerintah (10 USD) saja, karena bus seharusnya masih tersedia, merujuk pada jadwal beroperasi yang tertera pada papan. Namun dia berkata bahwa bus sudah tak lagi beroperasi, biasa sudah berhenti beberapa puluh menit sebelum jadwal resminya. Tak percaya, aku memastikan pada seorang pedagang oleh-oleh, dan dia mengiyakan informasi dari pak sopir taksi.

Sopir taksi itu mengatakan akan ada satu orang lagi yang akan naik di depan. Aku tawar dengan 12 USD, namun dia teguh tak mau, kecuali kami berhasil mendapatkan satu rang lagi. Alhasil, kami sepakat dengan ongkos 15 USD per orang. Agak mahal memang, tapi hari sudah malam dan aku ingin segera tiba di Siem Reap untuk beristirahat. Aku dan Dicky akhirnya masuk ke dalam sebuah mobil berwarna hitam polos yang akan difungsikan sebagai taksi yang mengantarkan kami menuju Siem Reap. Namun, sampai di Siem Reap, nggak ada tuh orang ketiga yang dijanjikan itu. Ya sudahlah…

Iklan

75 komentar

  1. kalau dulu dengan bus seru juga dengan kereta ya

  2. cobain mas dari singapura ke bangkok naik kereta hehe

    1. Wah, itu tua di jalan, mas. Hehe. Aku pernahnya naik kereta api dari KUL ke SIN.

      1. ehiya baru inget aku naik keretanya juga KUL-SIN wkwk lupaa .. kereta KTM ya kalo ga salah

      2. Iya. Keretapi Tanah Melayu, tepatnya kereta Senandung Sutera.

      3. waktu itu keretanya bikin gregetan..lambat banget gak kaya kereta di Indo ya mas

      4. Eh masak sih? Pas gue coba, oke-oke aja keretanya. Jalannya mulus, gak gojrag gajreg kayak kereta kita 😀

      5. hmm mungkin sudah diperbarui lagi..ga kaya Indo ya yg ttp sama dari dulu wkwk

      6. Gue naik KTM 2014. Kamu kapan, mas?

        At least fasilitas kereta ditambah 🙂

      7. wah udah lama sih mas, saya naik tahun 2008 mas haha udah lama banget

      8. Wah udah lama banget ya. 2008 aku belum terjun dunia travel, baru ucluk-ucluk masuk kuliah 😀

      9. Aku aja baru bulan ini mas masuk ke dunia blog 😀 2008 aku masih smp hehe

      10. Baru ngeblog tapi udah lama traveling kan? Nah 2013 aku baru ngeblog juga baru traveling, hehe.

        Serius baru SMP? Yah, gagal muda gue 😦

      11. semoga saya sukses kaya mas ya haha
        Iya mas, jauh lbh muda saya dong hehe

      12. Amin. Lebih sukses dariku malah.

      13. Amin mas makasih

  3. Perjalanan dengan keretamu ke Aranyapathet ini seperti menyingkap sisi lain Thailand dengan begitu apiknya, Mas. Semacam sisi asli, sebagaimana yang kelihatan di Indonesia kalau naik kereta api juga (pemandangan luarnya ya, kalau keretanya mah saya sudah bersyukur banget). Well, kemarin saya juga sempat kucluk-kucluk ke Siem Reap… cuma ya berhubung langsung ke sana jadi ketinggalan eksplorasi kehidupan seperti ini. Rel sapi, tuk-tuk tengah malam, semua itu tak bisa terganti.
    Ngomong-ngomong, kenapa penjaja scam itu urung niat saat tahu kalian dari Indonesia?

    1. Bener banget, bro! Perjalanan dengan kereta api itu menyingkap sisi asli sebuah negeri, sisi lain di balik hingar bingar ibukota Bangkok yg modern.

      Karena turis dari Indonesia tidak butuh visa 🙂

      1. Oh iya juga ya :hihi. Orang Indonesia tidak butuh visa. Bangga deh jadinya!

  4. belum pernah naik kereta ini, seru banget ya mas

  5. seru euy. aku juga suka naik kereta di luar negeri, tapi kadang-kadang harga promo tiket pesawat lebih rendah dari kereta. jadi terlewatkanlah masa yang inii..

    1. Wahaha, lama tempuh Bangkok – Siem Reap via darat masih bisa ditolerir sih. Kalau nanti harus berpindah kota yang lebih jauh, mungkin pesawat lokal bakal jadi pilihan 🙂

  6. Sarashanti · · Balas

    wah hipster juga nih naik kereta ke Kamboja. hahaha
    jadi penasaran pengen coba 😀

    1. Hahaha. Nanti langsung jadi anak hipsss!!!

  7. mysukmana · · Balas

    bener bener petualangan sejati nih mas teguh nugroho..btw keretanya gak jauh beda sama indonesia ya

    1. Haha.

      Iya secara fisik gak jauh beda. Kayak kereta ekonomi Pasundan atau Kahuripan jaman belum ada ac.

      Tapi kalau secara mesin, kalau mas perhatikan, ada saat2 kereta ini menderum keras. Kalau kereta kita kan enggak. Andai aku ahli teknisi kereta, mungkin bisa kasih penjelasan detil 😐

      1. mysukmana · ·

        berarti masih keren kereta kita ya, apalagi udah di revolusi sama pak jonan dan saya pernah merasakannya disini hehe (Keren kereta kita)

      2. Yes. Masih lebih baik kereta api kita.

        Wuogh. Kereta api priority!!!

      3. mysukmana · ·

        bener kan jauh banget kan sama kereta api kita wkwkwkw

  8. kaaak, aku ngeliat gambar kereta diatas berasa kayak kereta matarmaja *eeeh*. Nexttime mau nyobain naik kereta di negeri gajah aaaah~

    1. Emberaaaaaannn. Kayak kereta Matarmaja edisi tanpa AC. Huh!

  9. Kebayaaaang banget…. mungkin ga beda jauh ya dengan naik kereta kelas3 bkk-ayutthaya. Itu juga bisa liat sisi lainnya bangkok yang menyedihkan, sawah dan pedesaan dan jualan2 yang dijaja di dalam kereta.
    Semua pengalaman itu memang meresap yaa… great post Nug..!

    1. Keretanya sama banget! Tempat duduk saling berhadapan tanpa AC 😀

      Iya, melihat sisi lain Thailand yg masih belum tersentuh pembangunan modern.

      1. Hahaha itu seru banget pastinya!
        Anyway, waktu saya ke Sukhothai, saya minta lembaran time table dan stations list yang dilewati kereta, waktu itu sih tersedia di Hua Lamphong… Lumayan ada list sampai ke Chiang Mai lho..

      2. Iya, ada kereta ke Chiang Mai. Kira-kira kereta ke Chiang Mai ada kelas ekonomi AC nggak ya, hihihi.

      3. Hihihi ga tau ya Nug, saya waktu itu naik sleeper abis itu karena salah turun stasion, saya dikasih seat gratis untuk melanjutkan ke Sukhothai, itu naik kereta yang duduk (tapi AC juga). Mungkin ada lho..

  10. […] Bangkok – Siem Reap: Perjalanan Menembus Negeri dengan Kereta Api […]

  11. […] Stasiun MRTA Hua Lamphong terintegrasi dengan stasiun kereta api besar Hua Lamphong. Baca cerita lengkapnya di: Bangkok – Siem Reap, Perjalanan Menembus Negeri dengan Kereta Api […]

  12. delia niti · · Balas

    hy min mau tanya nich itu kantor imigrasinya masi buka sampai malam ya?
    dan dari setelah stampt di sekitar imigrasi cambodia ada hotel tidak ya?? makasih.

    1. Halo. Jangan panggil “min” dong, karena ini blog personal. Panggil aja Nugi.

      Iya buka sampai malam, tapi nggak terlalu larut ya. Hotel di sekitar border juga ada tapi rate midrange sampai top-end (kelas atas).

  13. Nugie, ini kereta bisa book online gak atau beli langsung di stasiun?
    kalo dilihat itu cuma 1 jadwal keberangkatan ya? trus itu akhirnya sampe Siem Reap jam berapa?

    1. Halo, bang. Nggak bisa book online, datang langsung aja, masuk ke konter foreigner. Sehari ada 2 kali, yang pagi dan siang (yang gue coba)

      Recommend ambil pagi jadi masih bisa dapet bus ke Siem Reap

  14. Noor rindho · · Balas

    mas imigrasi thailand – kamboja, buka sampai jam berapa ya kalo malam?
    saya rencana juga naik kereta yang jam 13.05 itu ke aran.
    Terima kasih

    1. Pokoknya ambil kereta jam segitu, tiba di perbatasan, imigrasi masih buka hehe. Kalau nggak salah sampai sekitar jam 8 malam.

  15. […] Bangkok – Siem Reap, Perjalanan Menembus Negeri dengan Kereta Api […]

  16. […] Saat itu gue naik taksi dari perbatasan Kamboja di Poipet sampai Siem Reap. Ongkosnya? Wow, 20 USD per orang. Cerita lengkapnya bisa dibaca di: Bangkok – Siem Reap, Perjalanan Menembus Negeri dengan Kereta Api […]

  17. Menarik banget ceritanya. Cuma kl harus tanpa ac kayaknya sy bs dehidrasi. Maklum kaya keringat.
    Bs jadi reff perjalanan berikutnya nih

    1. (((kaya keringat)))

      bawa bekal air minum yang banyak aja, kak. sama bawa pasangan yang bisa memuaskan dahaga. #hasek

  18. Entah kenapa perjalanan dengan kereta selalu menyimpan emosi syahdu dan romantis di hati. *heheh

    patut di coba nihm thank infonya ya

    1. Betul sekali. Itulah mengapa aku suka naik transportasi berbasis rel ini, apalagi MRT atau LRT 🙂

  19. dolanmu adoh2 e mas. teladan bener.
    itu sapi yg berhasil dipindahin mas? atau sapi yg tertabrak sudah mati?

    ternyata kamu jago nawar ya mas, g cuma di pasar di indonesia. di sana pun kamu tawar menawar. ahhaa. boleh lah kita sesekali jalan bareng ke Bangkok. kayanya kalau ngajak kmu bisa lebih hemat

    1. Hahaha. Dolan ke mana pun uang sanggup membawaku, bro 😀

      Itu sapi yang lain. Jadi sapinya ada beberapa. Yang tertabrak nggak kelihatan karena pas banget di belakang kereta.
      Ahaha, jago nawar berkat pas kecil sering jalan sama simbok 😀

  20. wahh serunya.. saya dari dulu memang suka perjalanan darat lintas kota atau negara begini..
    kapan2 bisa dicoba nih..

    1. Sama, mbak. Saya juga suka perjalanan darat lintas kota dan negara. Senang bisa menginspirasi 🙂

  21. sosialitahemat · · Balas

    Halo bang nugie, mau tanya info klo dr siam reap ke thailand bisa nggak ya? Daritadi googling kayaknya belum ada yg sebutin naik siam reap ke bangkok

    1. Tinggal dibalik aja caranya, kak. Bisa banget kok 🙂

  22. hai mas, mau nanya, jam 13.05 dr bangkok msh nyandak ya ke border? border poipet itu tutup jam berapa ya? satu lagi ni mas, bus yg dr poipet ke siem reap berhenti beroperasi jam brp ya? thankyou..

    1. Halo, Dewi. Aku juga ambil kereta yang jam 13:05 kok. Nyandak atau nggak, nah, kamu temukan di cerita di atas 😀

      Bus ke Siem Reap nggak banyak, paling pagi jam 01:00, terakhir kalau nggak salah jam 2:30

  23. seru banget perjalanannya, kebetulan minggu depan aku mau ke siem reap pake kereta juga. agan nyampe di boarder kamboja jam berapa? boarder kamboja-thailand tutup jam brp gan? postingan dari kamboja ke bangkok ada gaa?

    1. Sampai border Kamboja sekitar pukul 8 malem kayaknya. Tutupnya kalo nggak salah sekitar jam 10 malem.
      Nggak ada kalo buat Kamboja balik ke Bangkok. Paling ya tinggal dibalik aja caranya.

  24. serius nih mereka buka ampe mlm?? aman dong kalo gitu ^^
    Aku lagi bingung nih mas untuk balik dari SR ke BKK naik apa. soalnya kepengennya dari SR tuh berangkat siang jam 12/ 1. tp aku baca2 blog kebanyakan yg review perjalanan SR-BKK tuh ga terlalu bnyk dan disana mereka nyebutin bis cuma ada di pagi hari…
    recomend ga sih kalo aku balik siang hari? dari border thailand itu ada bis tujuan bangkok ga sih?

    1. Setau saya juga gitu, adanya bus pagi doang. Kenapa gak balik dari Kamboja aja? Harusnya kalo udah plan mau overland, jangan beli tiket pp dari kota yang sama 🙂

  25. aku belum beli tiket siih, makanya lagi cari tau klo bis siang hari itu ada apa engga.
    pilihan terakhir sih pake taxi ampe poipet, lanjut nanti di boarder thai pake bis ke kota . oke ga tuh kalo kaya gitu?

    1. Iya naik taksi sampai Poipet, tapi memangnya ada bus dari border ke stasiun ya? Gue sih taunya naik tuk-tuk. Lanjut kereta ke Bangkok.

      Tapi, gue tetep menyarankan lo balik ke Indonesia dari Kamboja, nggak bolak-balik Bangkok

      1. udh nih tripnya kemarin. lancar jayaaaa. tp pas mau masuk ke kamboja di boardernya ditaggih 300 bath oleh imigrasi hanya untuk dapetin cap (hati2 kawan disana ada 2 imigrasi) jalan lurus terus pokonya lewatin imigrasi pertama yang ada dipinggir jalan (penampakan kaya warung kios pinggir jalan gitu).
        pas mau balik lagi ke bangkok ditagih lagi 100 bath oleh imigrasinya. udh bingung dan capek bayar aja deh. ga paham banget deh…. harus ada bayar membayar.

      2. Di setiap perbatasan memang ada 2 imigrasi, kak. Imigrasi asal dan imigrasi tujuan. Itu yang malak orang resmi imigrasinya? Dulu kayaknya enggak, parah deh

  26. […] Reap, dan Ho Chi Minh City dalam waktu 7 hari perjalanan darat. Hari ke-4, waktu gue habis buat perjalanan Bangkok ke Siem Reap. Sampai di tujuan udah larut malam, besoknya langsung one day tour di Angkor Wat, terus besoknya […]

  27. […] pearl-shaped country is located just next to Thailand! When I went to Cambodia in 2015, I took a local Thai train to Aranyaprathet — a small town bordering Thailand and Cambodia. The train was goddamn cheap, it costs only 48 […]

  28. […] Baca Juga: Bangkok – Siem Reap, Perjalanan Menembus Negeri dengan Kereta Api […]

  29. […] Kalo mau keukeuh ke Kamboja naik kereta api biar hipster, bisa coba cara gue tahun 2015 lalu. Naik kereta api dari Bangkok ke Aranyaprathet (kota Thailand di perbatasan Kamboja), lalu naik tuktuk sampai border di Poipet, terus naik bus atau taksi ke Siem Reap. Ceritanya bisa dibaca di: Perjalanan Menembus Negeri dengan Kereta Api […]

  30. […] bisa baca cerita gue naik kereta dari KL ke Singapura, naik bus dari Singapura ke Penang via KL, naik kereta dari Bangkok ke Siem Reap, dan naik bus dari Macau ke Hong Kong. Kamu juga mungkin tertarik baca cerita perjalanan gue naik […]

  31. […] kereta api ekonomi tanpa AC, yang kursinya tegak lurus seperti KA Matarmaja di tahun awal 2000an, dari Bangkok ke Aranyaprathet (kota terakhir Thailand sebelum memasuki […]

  32. […] ke Bandara Husein Sastranegara. Momen melakukan perjalanan darat lintas negara dengan kereta api dari Bangkok ke Aranyaprathet di perbatasan Kamboja. Momen tiba di Siem Reap saat larut malam, lalu diajak host makan di kedai […]

Like atau komentar dulu, kak. Baca tanpa komentar itu kayak ngasih harapan semu :D

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Lonely Traveler

Jalan-jalan, Makan dan Foto Sendirian

Guru Kelana

Perjalanan sang guru di berbagai belahan dunia

dyahpamelablog

Writing Traveling Addict

Daily Bible Devotion

Ps.Cahya adi Candra Blog

bardiq

Travel to see the world through my own eyes.

Mollyta Mochtar

Travel and Lifestyle Blogger Medan

Jalancerita

Tiap Perjalanan Punya Cerita

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

D Sukmana Adi

Ordinary people who want to share experiences

PAPANPELANGI.ID

Berjalan, Bercerita; semoga kita terbiasa belajar dari perjalanan

Guratan Kaki

Travel Blog

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

Efenerr

mari berjalan, kawan

BARTZAP.COM

Travel Journals and Soliloquies

Bukanrastaman

Not lost just undiscovered

Males Mandi

wherever you go, take a bath only when necessary

Eviindrawanto.Com

Cerita Perjalanan Wisata dan Budaya

Plus Ultra

Stories and photographs from places “further beyond”.

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

Musafir Kehidupan

Live in this world as a wayfarer

Cerita Riyanti

... semua kejadian itu bukanlah suatu kebetulan...

Ceritaeka

Travel Blogger Indonesia

What an Amazing World!

Seeing, feeling and exploring places and cultures of the world

Winny Marlina

Winny Marlina - Whatever you or dream can do, do it! lets travel

Olive's Journey

What I See, Eat, & Read

tindak tanduk arsitek

Indri Juwono's thinking words. Architecture is not just building, it's about rural, urban, and herself. Universe.

dananwahyu.com

Menyatukan Jarak dan Waktu

%d blogger menyukai ini: