
Baru sadar, lenganku kelihatan oke juga di sini. #abaikan
Kalau Singapura punya Orchard Road dan Marina Bay, Kuala Lumpur punya Golden Triangle, maka Bangkok punya Siam dan Silom (dan Sukhumvit juga, sebetulnya) sebagai pusat bisnis dan hiburan modern. Gedung-gedung menjulang, jalur kereta langit yang melayang, om senang dan tante girang, ada di kawasan ini. Terletak persis di jalur BTS / Skytrain dan MRT sehingga mudah dijangkau, Siam dan Silom wajib dikunjungi buat kamu para petualang urban.
“Khun?!” aku berseru memanggil seorang petugas pria berkacamata yang sedang berdiri di tepi dermaga.
“Yes?” dia menoleh ke arah sumber suara.
“Thaksin?” aku mencoba mengutarakan maksud dan tujuanku.
“Ah, wait here,” jawab sang petugas berseragam itu.
Aku, Dicky, dan koh Donny telah tiba di dermaga Tha Tien kembali, setelah sebelumnya balik ke hostel untuk makan siang, beristirahat, dan check-out. Untuk menggunakan layanan transportasi umum perahu, kami membeli tiket di loket lain yang berada bersebelahan dengan loket untuk penyeberangan ke Wat Arun.
Baca: Ke Bangkok? Wajib ‘Nih ke wat Pho dan Wat Arun!
Ongkos dari dermaga Tha Tien menuju ke Thaksin / Sathorn sekitar 30 THB. Agak mahal memang, namun jaraknya memang jauh, dan worth the price daripada jika kami harus tersendat-sendat menuju Siam dengan bus kota.
Saat perahu datang, aku segera melambaikan tangan ke arah Dicky yang masih berdiri di dekat loket tiket bersama calon penumpag lainnya. Jangan sampai dia terpisah dan kami kehilangan dia!

Khun ini mengingatkanku dengan tokoh khun Li di film Bangkok Traffic Love Story
Perahu penuh sesak oleh warga lokal dan pelancong mancanegara, terombang-ambing membelah Sungai Chao Praya. Waktu yang lebih efisien membuat sebagian warga lokal memilih Chao Praya Express untuk commuting, apalagi bila tempat tujuan mereka berada dekat dengan dermaga. Di sungai tak ada macet, tak ada lampu merah, tak ada tikungan tajam.
SUPERTRIP 2 Eps. 6: Menengok Siam dan Silom, Pusat Perbelanjaan dan Bisnis Bangkok
Menaiki perahu Chao Praya memang sedikit membuat ketar-ketir. Kami terjebak di antara sesak penumpang-penumpang lainnya, susah payah memastikan bahwa kami tidak salah turun dermaga. Tak ada notifikasi narrator yang digaungkan melalui pengeras suara, kami harus memperhatikan setiap nama dermaga yang dilalui dan mengingat-ingat berapa dermaga yang harus dilalui antara Tha Tien sampai Thaksin. Menurutku, sistem perahu di Chao Praya dapat lebih diintegrasikan dengan teknologi, misalnya dengan pengadaan fasilitas pengeras suara atau peta sistem di setiap perahu.
Pada akhirnya, kami tiba di dermaga Thaksin tanpa terlewat.
Thaksin / Sathorn adalah dermaga Central untuk sistem perahu Chao Praya. Mungkin karena dermaga ini adalah satu-satunya dermaga yang benar-benar terintegrasi dengan BTS (Bangkok Transit System, sejenis MRT), disebut juga Skytrain. Aku perhatikan di peta, ada beberapa dermaga lagi yang berada dekat dengan stasiun BTS, sehingga mungkin dapat dikembangkan untuk pengintegrasian sistem, misalnya dengan membuat jembatan atau lorong khusus sampai ke stasiun BTS.
Silakan dibaca, Memahami Transportasi Publik di Bangkok: BTS (Skytrain), MRT, Airport Link, Chao Praya Express, dan Bus

BTS ticketing machine at Saphan Thaksin Station
Berjalan dari dermaga Thaksin menuju stasiun BTS Saphan Thaksin juga sedikit membingungkan karena nggak ada petunjuk yang jelas. Tapi itu mungkin akunya aja yang bingungan, karena Dicky dan koh Donny berjalan dengan penuh percaya diri di depanku hingga sampai di stasiun.
Menapaki anak-anak tangga, kami memasuki area peron stasiun Saphan Thaksin, disambut dengan keriuhan kaum urban commuter seperti yang sebelumnya aku lihat di dalam stasiun MRT Singapura. Sayangnya, stasiun Saphan Thaksin hanya menyediakan vending machine yang menerima koin, sehingga kami harus membeli tiket di loket petugas. Tarif menuju Siam adalah 34 THB.

Single trip card for BTS

Route information of BTS Skytrain, Bangkok

A BTS / Skytrain approacing
Menggunakan vending machine-nya pun agak berbeda dibandingkan dengan ticketing machine di MRT Singapura atau LRT Kuala Lumpur. Nggak ada peta interaktif yang dapat disentuh dengan jari. Sistem hanya menyediakan gambar peta jaringan pada mesin tiket, disertakan dengan angka-angka misterius yang ada pada setiap titik stasiun. Nah, angka-angka tersebut adalah harga yang harus dibayar untuk menuju ke stasiun tersebut. Masukkan jumlah koin sesuai, lalu mesin akan mengeluarkan kartu magnetik dengan kembalian (jika ada).
Beberapa menit berdiri di dalam kereta dengan mengapit backpack yang tergeletak pasrah di lantai, kami turun di stasiun Siam yang merupakan satu-satunya stasiun interchange di dalam sistem BTS. Di sinilah Sukhumvit Line dan Silom Line bertemu. Suasana di dalamnya sangat riuh! Kaum urban berjalan dengan terburu-buru menuju dua arah, memadati area concourse dan eskalator bagai semut, persis seperti yang ditampilkan dalam film Bangkok Traffic Love Story.

Inside the BTS / Skytrain coach, Bangkok
Siam adalah pusat bisnis (central business district) Bangkok. Di sinilah, mobil-mobil konglomerat berjalan tersendat menyesaki jalan-jalan protokol, merayap dengan padat. Kaum pekerja urban berjalan dengan langkah cepat di bawah jalur kereta layang yang melintang di angkasa. Di mana gedung-gedung jangkung menjulang tinggi menantang cakrawala dengan rapat.

Siam Station, Bangkok
Di Siam inilah, pusat-pusat perbelanjaan modern berkumpul. Di mana MBK, Siam Discovery, Siam Center, Siam Paragon, dan CentralWorld berderet bersisian pada satu jalan protokol, persis seperti Mal-Mal Kelapa Gading di Jakarta Utara.
MBK, atau Mahn Boon Krong, sering disebut sebagai Chatuchak Market dalam versi indoor dan berpendingin ruangan. MBK bukan mal buat gaya-gayaan seperti mal-mal lain di kanan kirinya. MBK adalah mal untuk belanja, mungkin satu-satunya mal di Bangkok di mana kamu bisa menawar harga!

Mahn Bohn Krong (MBK) Mall, Bangkok
Segala macam komoditi ada di sini, terutama baju, gadget, dan alat elektronik dengan merek-merek KW dan harga yang murah. MBK juga menyediakan free luggage untuk pelancong, jadi kamu bisa menitipkan ransel beratmu lebih dulu sebelum berjalan menjelajah Siam. Sayang, informasi terakhir ini baru kami ketahui setelah pergi dari Siam, padahal keterangannya ada di dalam peta BTS yang terus kami bawa-bawa. Pffft.
Kontras dengan MBK, Siam Paragon adalah pusat perbelanjaan kelas atas dengan gerai-gerai yang menjual merek fesyen ternama, tas jinjing yang harganya bahkan lebih mahal dari harga sewa kost bulananku, dibingkai dengan interior mewah dan modern yang elegan. Siam Paragon juga memiliki Cineplex 16 layar, IMAX, dan OceanWorld — akuarium terbesar se-Asia Tenggara.

Traffic jam is common in Siam
Museum Madame Tussauds sejatinya berada di dalam mal Siam Discovery. Namun karena mal yang bersangkutan sedang meremajakan diri, museum dipindahkan ke dalam Siam Paragon. Kami sih nggak masuk ke dalam, karena memang tempat hiburan berbiaya mahal seperti itu tidak menjadi tujuan perjalanan kami. Cuma foto-foto dengan patung Muhammad Ali aja yang berdiri di bagian luar dan bisa dinikmati secara gratis. #TeamGratisan
Siam Center, meski tak semegah Siam Paragon, namun tetap merupakan sebuah mal gaya hidup bagi masyarakat Bangkok. Deretan mal kekinian ini terus berjajar sengit hingga ke Chidlom (satu stasiun sebelum Siam) dan Ploenchit (2 stasiun sebelum), sebutlah CentralWorld, Terminal21, Central Embassy, Central Chidlom, Platinum Fashion Mall, dan Pantip Plaza.

With “Muhammad Ali” at Siam Paragon, Bangkok

With koh Donny in front of Siam Paragon mall
Malam ini adalah malam terakhir koh Donny bergabung dalam perjalanan kami. Dalam hitungan menit, dia sudah harus berada di Bandara Don Mueang untuk terbang kembali ke Jakarta. Sebagai penutup perjumpaan, kami berfoto di depan fasad Siam Paragon yang dihiasi dengan ornamen air terjun.
Siam Paragon boleh jadi punya akuarium terbesar sedunia, tapi Indonesia boleh berbangga, karena Indonesia punya Hari Belanja Online terbesar se-Asia Tenggara! Nggak usah jauh-jauh belanja ke Bangkok kalau kamu pengen belanja baju-baju kekinian dan aksesoris penunjang penampilan dari brand-brand berkualitas dengan harga miring. Tepat pada tanggal cantik 12 -12 – 2015, Zalora akan menyelenggarakan Hari Belanja Nasional (HARBOLNAS)!!! *brb lingkarin kalender*

Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional) Zalora
Dimulai dari tanggal 10 Desember 2015, Zalora ngajak kamu dan aku buat rame-rame belanja online. Nggak sekedar ngajak belanja, tapi Zalora juga bakal menyiapkan diskon gedong-gedongan!!! HARBOLNAS diselenggarakan sebagai tanda cinta dan terima kasih Zalora kepada para konsumen, menanggapi masyarakat yang selalu antusias berbelanja online.
Kamu yang mau cari baju-baju baru untuk menyambut Natal dan Tahun Baru, inilah saat yang tepat! Puluhan retailer akan memberikan diskon Sale 1212, mulai dari fashion, travel, makanan, dan produk-produk kecantikan – kegantengan. Wah, bukan nggak mungkin kalau Harbolnas bakal mengalahkan Cyber Day, Black Friday, atau Online Fever — program campaign serupa dari situs belanja online dunia!
Melalui HARBOLNAS, Zalora ingin mengedukasi masyarakat Indonesia untuk berbelanja online dengan aman. Sistem Zalora yang sudah tersusun baik, membuat transaksi belanja online melalui Zalora berlangsung dengan aman dan tepercaya.

Diskon langsung untuk member baru Zalora
Selain dari diskon HARBOLNAS sendiri, kamu yang juga baru mendaftar dengan Zalora juga akan mendapatkan diskon langsung sebesar Rp 75.000,00. Yuk, rame-rame meramaikan HARBOLNAS-nya Zalora. Hari gini udah nggak jaman desek-desekkan di mal buat rebutan barang diskonan. Saatnya kita belanja online massal, tanpa ngantri dan tanpa rebutan, semua pasti dapat!
Melihat Sisi Gelap Bangkok di Patpong Night Market
Saat tiba di Bangkok pada hari Minggu pagi, aku berencana untuk menyambangi Chatuchak Weekend Market pada malam harinya. Seperti namanya, Pasar Chatuchak ini memang hanya buka pada saat akhir pekan. Sotoy aja sih, berpikir bahwa Pasar Chatuchak tetap buka sampai malam. Maka, dengan santainya aku mengunjungi National Museum lebih dulu pada pagi sampai siang hari.
Tanpa disangka, rupanya Chatuchak Weekend Market hanya buka pada siang hari. Aku sebenarnya juga sudah mengungkapkan rencanaku ke Chatuchak pada malam hari kepada host yang akan menampungku, namun dia sama sekali tidak memberikan komentar apapun. Saat selesai beristirahat dan sudah siap menuju Chatuchak pada petang harinya, barulah aku tahu dari sang owner hostel bahwa Chatuchak Market tutup pada malam hari.

Patpong Night Market, Bangkok
Akhirnya, setelah mengunjungi Ayutthaya pada hari ketiga malam, aku menyempatkan diri menyambangi Patpong Night Market meski tubuh sudah ingin beristirahat. Tinggal berjalan keluar dari stasiun Silom, Patpong Night Market sudah di depan mata. Puluhan vendor menggelar lapaknya di sepanjang trotoar, sebagian besar menjual pakaian dan komoditi penunjang penampilan, dengan bahan dan desain yang menurutku lebih menarik daripada yang ada di Khaosan Road.
Sembari mencari kaos dengan desain dan harga yang diinginkan, aku masuk ke sebuah jalan kecil di sisi kanan jalan utama yang tampak ramai dengan orang. Mengira bahwa di situ akan aku temukan vendor-vendor lain pedagang kaki lima, namun rupanya aku justru menemukan sesuatu yang menjadi latar belakang utama kenapa tempat ini dinamakan Patpong Night Market.

Para PSK di Patpong. Tebak, mereka wanita tulen bukan?
Jalan kecil itu riuh dengan gadis-gadis cantik yang memadati kanan dan kiri jalan. Duduk, berdiri, berpose. Ada yang berpakaian seksi mengumbar raga, ada juga yang berpakaian lucu bak personil girlband korea. Sebagian tampak sibuk melambai-lambaikan tangan dengan rayuan menggoda, sebagian lagi tetap duduk tenang di atas kursinya tanpa repot-repot mempromosikan dirinya. Mana yang wanita tulen, mana pula yang wanita jadi-jadian. Kupu-kupu malam mulai beraksi, tanpa malu dan gengsi menjual diri. Mungkin karena kemauan hati, atau terpaksa karena masalah ekonomi.
Aku sempat mencoba mengambil foto satu kelompok PSK yang tampil mencolok dengan baju seragam ala maid-cafe, namun bidikan kameraku terhenti saat seorang pria berperawakan gempal mendelik dengan menunjukkan jarinya ke arahku. Berdiri angker di antara gadis-gadis itu, seperti seorang pengawal yang bersiaga menjaga putrid-putrinya. Mungkin dia bertugas menjaga privasi gadis-gadis itu, atau mencegah orang yang mengambil foto begitu saja tanpa membayar jasanya.

Crowd at Patpong Night Market
Hm, instingku sebagai laki-laki bekerja dengan baik malam hari ini. Kalau tak diingatkan dengan tujuan awalku ke sini, aku akan bertahan di situ selama beberapa menit ke depan. Sekedar mengamati interaksi, atau menikmati pameran tubuh-tubuh seksi penggoda hati.
Aku kemudian kembali ke jalan yang benar utama, lalu dalam hitungan menit kemudian, aku sudah mendapatkan baju yang kumau. Cuma beli satu potong sih, tapi harganya tergolong murah, 120 THB dengan bahan dan desain yang menurutku lebih menarik daripada yang ada di Khaosan Road. Jadi, buat kamu yang mau berbelanja baju di Bangkok, Patpong Night Market bisa menjadi pilihan. Meski host-ku berkata bahwa Patpong tidak direkomendasikan untuk berbelanja, tapi aku pribadi puas dengan apa yang kutemukan di Patpong.

Common traffic at Siam, Bangkok
Sempat tergoda untuk membeli boxer-boxer pria yang terhampar di atas lapak Patpong Night Market, namun niat berbelanja langsung kuurungkan setelah tahu bahwa harganya 100 THB. Ya udah, nanti aja belanja boxer di Zalora saat Harbolnas 12 Desember 2015, borong sepuas-puasnya!
Kamu ikut belanja di Harbolnas juga, ‘kan?
Jd pengen ksana lg…
Aku juga pengen ke sana lagi. Belum puas 😀
Tar ah nunggu gratisan lg aja hahahhaha
Wah ada promosinya… 😁😁
Haha iya, pesan sponsor 😀
Wihh ada sponsornya, jadi ke thailand ini disponsorin atau apa?
Kalau trip Thailand ini, disponsorin langsung sih enggak. Cuma pake duit menang lomba aja dari sebuah web online travel provider 😀
aku pas ke bangkok belum ke patpong nie 😀
hahahahaha foto PSK yang agak close up nya gag di share mas #kabuuuur
ADA, MAS. Lihat tulisan sebelumnya yg soal Khaosan Road. Ada foto mbak-mbak close up lagi angkat tangan di situ 😀
siap meluncur masss
sungguh menginspirasi …semoga suatu saat bisa trip ke bangkok…thanks brother. salam kenal… blog mu menarik sekali….bisa jadi tuntunan bagi pemula seperti saya
Sama-sama. Senang dapat menginspirasi. Aku juga masih sama2 belajar kok 🙂
Di lapak PSK nya kurang lama Mas 😀
jadi ingat ngejar perahu dan kereta terakhir malam2 eh baru nyadar ngambil jurusan yang salah arah setelah lewain 2 perhentian, terus jalan kaki 2 blok ke ke hotel di Sathorn karena salah turun halte 🙂
Wahahaha. Rush hour! 😀
Wow, ada yang main ke Patpong. Nonton pingpong show gak? hahaha
PINGPONG SHOW ITU APA?
Ah kalau gitu lebih baik kamu gak usah tau aja Gi.
Tatap mata saya. Lupakan, lupakan, lupakaaaan! *nyoba ngehipnosis*
Ya udah, aku google aja hahaha.
Selama googling Gi, kalau dah baca jangan penasaran yaaa 😀
Hahaha
patpong kalo dipromosiin buat turis jadi night market,, maksudnya market segala macam rupa ada yaa
Kalo Patpong gak segala macam ada sih. Chatuchak lebih besar dan lebih macem2 😀
Tapi, di Patpong kita bisa jajan cewek!
Jadi kamu ke bangkok main ama PSK ??? omaga insyap nak #Kabur
Iya, om. Aku bosen main sama om. #eh
saya sudah melakukan tips poin 2 dan 3 untuk point 1 menyusul ,
Saya jugak!
Kota yang Indah… (y)
http://lombokwandertour.com
Yes
12 Desember itu sudah lewat belum ya? Belum kan ya? *akibat jarang melihat kalender :haha*.
Transportasi di luar negeri lebih bagus daripada domestik kita ya, fixlah ini. Meski tak sebagus KL (KL mah ajaib banget bagusnya :haha), tapi paling tidak lebih baik ketimbang Jakarta :huhu. Dan dirimu menangkap dinamika malam di Siam dengan sangat baik, Mas, poin-poinnya pas serasa saya bisa menghirup udara basah di sana :)).
Yup. Bangkok menurutku adalah kota terbaik ke-3 di Asia Tenggara dengan transportasi dalam kota terbaik setelah Singapura dan KL. Sudah ada kereta bandara jutga. Bus kotanya juga tertib, nyaman, murah, dan ekstensif. Semoga 2017 Jakarta bisa menyusul dengan MRT-nya.
(((UDARA BASAH)))
Thank you apresiasinya, bro. Senang bisa membawamu ke sana melalui tulisan.
btw infonya keren and berguna. ,
kirain lapaknya cuma melayani bungkus ,
[…] Menengok Siam dan Silom, Pusat Bisnis & Belanja Bangkok […]
[…] Menengok Siam dan Silom, Pusat Bisnis dan Belanja Bangkok […]
[…] Siam: Kuil Erawan (Erawan Shrine), Calypso (cabaret lady boy), Siam Ocean World, Central World, Mahboonkrong Center (MBK), Siam Discovery Center, Siam Paragon. Empat nama terakhir adalah beberapa pusat perbelanjaan modern ternama di Bangkok. Eh, ada lho yang […]
[…] Baca Juga: Menengok Siam dan Silom, Pusat Bisnis & Belanja Bangkok […]
[…] Mau tahu tempat lain buat belanja di Bangkok? Baca aja: Menengok Siam dan Silom, Pusat Bisnis & Belanja Bangkok […]
[…] Saat malam, area di sekitar Lumphini Park berubah menjadi area prostitusi, untuk orientasi seksual apa pun, hahaha. Tahu Patpong Night Market? Nah, itu lokasinya deket sini. Baca ceritanya di: Menengok Siam dan Silom, Pusat Bisnis dan Belanja Bangkok […]
[…] Silom: Lumphini Park dan Patpong Night Market […]
[…] kamu kayak gue, selain 2 tempat ini kamu mungkin juga suka kawasan Siam di Bangkok, Thailand, di mana jembatan pedestrian melayang bersisian dengan lintasan kereta Skytrain yang […]