
Elah, di Angkor Wat aja bisa galau
Entah setan mana yang merasuki Dicky malam itu, dia yang semula anteng dan terkantuk-kantuk di dalam kereta mendadak sangat ribut dalam perjalanan taksi Poipet – Siem Reap. Giliran gue yang susah payah menahan kantuk dan mempertahankan mata terus terbuka, berusaha memberikan setiap respon di setiap tutur dan ceritanya. Alhasil, yah, nggak jarang gue tanggapi seperlunya seperti, “Oh iya,” “He’eh”, “Hmmm”, atau sekedar tertawa kecil.
Bertiga dengan sopir taksi, kami melaju menembus gelap melalui jalanan negeri Kamboja yang teraspal sederhana. Tak banyak keramaian yang kami lalui, tak banyak kendaraan yang bersama melintas. Hanya satu dua kota kecil, mungkin lebih tepat disebut desa atau kampung, yang kami lalui sebelum akhirnya tiba di kota tujuan, Siem Reap.
Klik di sini untuk memesan tiket transportasi dari Siem Reap ke berbagai kota di Asia Tenggara (bus/van/ferry/kereta) dan sebaliknya.

Sopir tuk-tuk inilah yang mengantar kami ke Angkor Wat
Kesan pertama tentang Siem Reap, gue suka dengan bulevar lebarnya yang asri seperti di kota-kota Perancis. Bedanya, bulevar lebar itu diisi dengan sepeda motor dan tuk-tuk, dengan trotoar yang tak sempurna. Taksi lalu berhenti di sebuah persimpangan kecil. Kami membayar ongkos sesuai kesepakatan kepada pak sopir, lalu kami dioper kepada seorang sopir tuk-tuk yang akan mengantarkan kami menuju tempat bermalam. Gue pikir sopir tuk-tuk itu memang sudah sepaket dengan jasa pengantaran taksi, jadi gue terima aja tawarannya.
Singkat cerita, tibalah kami di rumah host CS dan dilanjutkan dengan makan malam dan beristirahat. Pertemuan antara host kami, Phearun, dengan si sopir tuk-tuk sempat diwarnai sedikit keributan, namun cerita ini akan gue tulis dalam satu cerita terpisah di: 3 Host, 3 Negara, 3 Cerita
SUPERTRIP 2 Eps. 9: Tiga Candi Angkor Wat Ini Wajib Kamu Kunjungi di Siem Reap, Kamboja!
Esok paginya, setelah kami bangun tidur dan mandi, kami bergegas berangkat menuju Komplek Arkeologi Angkor dengan tuk-tuk yang dikendarai oleh sepupu Phearun. Jiwa bisnis host kami ini memang kuat, hingga mampu dengan cerdik memanfaatkan kegiatan Couchsurfing untuk membantu bisnisnya dan keluarga. Mengabaikan sarapan, kami berkendara dengan tuk-tuk di bawah awan kelabu tebal yang menggelayut di cakrawala.

Nong-nong Kamboja ini gue modusin dulu sebelum masuk candi

Akhirnya menjejak Angkor Wat!
Hujan turun mengguyur kami yang masih berada dalam perjalanan menuju Angkor Wat. Plastik pelindung pun diturunkan untuk menutupi jendela di kedua sisi tuk-tuk. Phearun sempat berhenti untuk membelikan kami jas hujan abal-abal pinggir jalan seharga 2.000 Riel. Penampakannya, kayak jas hujan indomaret gitu deh. Huft, kalau tahu bakal hujan gini, gue pakai sepatu boots pria aja ya, biar bisa tetap bebas melenggang di komplek candi Angkor Wat tanpa perlu takut becek.
Syukurlah, setibanya kami di pintu masuk Angkor Wat, hujan sudah berhenti meski awan putih tetap membayangi di atas kepala. Kami membeli tiket Angkor One Day Tour seharga 20 USD dari loket penjualan yang dilayani oleh staf muda yang fasih berbahasa Inggris. Setiap pengunjung akan diberikan sebuah tiket kertas yang, uniknya, memuat foto pengunjung tersebut. Lumayan buat oleh-oleh.
Angkor Archaeological Park
Secara umum, komplek candi Angkor Wat terletak sekitar 6 km di utara kota Siem Reap. Jadi nggak terlalu jauh, tinggal duduk ganteng di atas tuk-tuk melalui jalanan kota yang tenang dan rimbun. Luas keseluruhan komplek kira-kira 400 kilometer persegi, berisi candi dan sistem pengairan seperti kanal, reservoir, dan tanggul. Sebagai sebuah mahakarya bangsa Khmer, Angkor menjadi pusat Kerajaan Khmer pada masanya, dibangun pada tahun 9-15 SM. Nggak heran, Angkor Archaeological Park ditahbiskan menjadi situs warisan dunia oleh UNESCO.
Angkor Wat
Perlu dipahami, Angkor Wat ini hanyalah satu candi dari seabrek candi lainnya di Komplek Arkeologi Angkor. Angkor Wat inilah candi yang terbesar dan terpopuler. Jadi, wajib dimasukkan sebagai destinasi pertama dan utama di Angkor. Biasanya, Angkor Wat dikunjungi para pemburu sunrise saat fajar merekah. Tapi, yah, karena gue orangnya males bangun pagi kalau malemnya kecapekan, jadi ya kami ke Angkor Wat sebisa kami aja.

Angkor Wat, Siem Reap

Inside a temple at Angkor Wat, Cambodia
Angkor Wat dibangun sekitar tahun 12 SM oleh Raja Suryavarman II untuk Wisnu, sang Dewa Penjaga dalam keyakinan Hindu. Namun saat ini, Angkor Wat menjadi sebuah candi Buddha Theravada, keyakinan mayoritas di Kerajaan Kamboja, dan dipercaya sebagai tempat dimakamkannya Raja Suryavarman II sendiri. Angkor Wat terdiri dari serangkaian menara, serambi, ruang-ruang, halaman, dan koridor dengan titik tertingginya mencapai 213 meter.
Tapi tunggu, kok kayaknya nggak asing dengan nama Suryavarman? Terdengar Indonesia banget?
- Mejeng dulu dong di Angkor Wat
- my favorite backgenic pose
- A gallery at Angkor Wat, Siem Reap
- Balustrade, mystical creatures, Guardians of Angkor Wat
Nama Suryavarman memang mirip dengan nama Suryawarman, sang raja dari Kerajaan Tarumanegara (sekarang Jawa Barat). Namun, Suryavarman yang ini asli Khmer kok, lahir di wilayah yang kini menjadi Lopburi, Bangkok. Meraih tahta sejak 1113 dan wafat pada 1150, wilayah kekuasaan Suryavarman II terbentang dari Pagan (Myanmar), Teluk Thailand, hingga Champa (Vietnam saat ini). So, once upon a time, Khmer was a powerful kingdom in Asia.
Suryavarman II dihormati oleh bangsa Khmer atas prestasinya menyatukan negeri setelah 50 tahun tenggelam dalam kerusuhan. Potretnya konon terukir di Angkor Wat sebagai sang Wisnu itu sendiri. Raja Suryavarman II menikah dengan Putri Suryavana dari Kerajaan Champa.

A relief at Angkor Wat, Siem Reap

View of Angkor from above

Steep staircase, watch your steps!
Angkor Wat saat ini berada dalam kondisi yang terawat, gue nggak inget mendapati lumut di sana. Bangunan Angkor Wat berdiri megah dengan susunan batu alam berwarna hitam, gue duga batu andesit, dengan ornamen dekoratif yang kaya di setiap sudut dan sisinya. Beberapa pilar dan gapura ditopang dengan rangka baja, mungkin untuk menjaga bangunan dari roboh. Anak tangga juga terlindung dengan undak-undakan dari kayu, menjaga tangga batu dari aus akibat gesekan sepatu pengunjung seperti yang kini dialami Candi Borobudur.
Ta Prohm, Kuil di Angkor Lokasi Syuting Tomb Raider
Paham bahwa waktu kami sangat terbatas, Phearun sudah merancangkan itinerary kami selama di sini. Meski dia sudah buru-buru pergi sesaat setelah kami tiba di Angkor Wat, namun dia sudah menitipkan pesan kepada sepupunya untuk mengajak kami ke tiga candi utama: Angkor Wat, Ta Prohm, dan Bayon. Angkor Wat, sudah jelas, candi terbesar dan terpopuler. Lalu Ta Phrohm? Nah, inilah candi ikonik yang digunakan syuting film Indiana Jones dan Tomb Raider. Ingat candi kuno yang dicengkeram akar pohon besar itu ‘kan?

Cambodian traditional music players in front of Ta Prohm gate

Ruins of Ta Prohm, Angkor
Dibangun pada 1886, Ta Prohm pada mulanya dikenal dengan nama Rajavihara (The Temple of the King). Candi Buddha ini konon dibangun untuk ibu dari Raja Jayavarman VII, berisi 39 menara yang saling terhubung dengan serambi-serambi dan koridor-koridor sempit.

Ta Prohm and the Banyan Tree

Tourists path at Ta Prohm

A corridor at Ta Prohm, Angkor
Tak seperti Angkor Wat, Ta Prohm dibiarkan tampil alami dengan balutan lumut menyelimuti permukaan batu-batunya. Beberapa bagian bahkan hanya berupa gundukan reruntuhan batu yang tak berbentuk. Pengunjung sebaiknya menggunakan alas kaki yang nyaman & aman, seperti sepatu kets, sandal gunung, atau sepatu boots pria, agar tidak terpeleset atau tersandung. Namun, pesona akar pohon Banyan yang membelit salah satu candinya menarik minat banyak wisatawan. Candi dan akar dibiarkan tumbuh bersama, tak terpisahkan, hingga keduanya dibiarkan terus bersatu tak lekang oleh zaman.
Bayon, Candi dengan Buddha Tersenyum di Angkor Wat
Candi ikonik ketiga di komplek Angkor adalah Bayon, khas dengan batu-batu raksasa yang diukir menyerupai wajah pada keempat sisinya. Terdiri dari 37 menara, sebagian candi di Bayon memang tampil dengan ukiran wajah empat sisi yang, kemungkinan, merupakan potret Boddisatva atau Jayavarman VII itu sendiri.

Bayon Temple, Angkor

A smiling Buddha image at Bayon
Bayon dibangun oleh Raja Jayavarman VII pada abad 12 di tengah-tengah komplek Angkor, menyimbolkan pertemuan antara surga dan bumi. Dinding candinya diukir dengan relief yang menceritakan peristiwa perang dan kehidupan sehari-hari. Ada lebih dari 11.000 figur di dalam dinding sepanjang 1.2 kilometernya!

A relief at Bayon Temple

View of Bayon from above

The iconic four-faces giant stone at Bayon
Candi ini tidak terlalu besar, sehingga kami juga tidak berlama-lama menghabiskan waktu di dalamnya. Kalau menurut Dicky, ketiga candi ini kami kunjungi sesuai urutan. Dari Angkor Wat yang megah dan luas, Ta Prohm yang lebih kecil namun tetap menarik dengan candinya yang terbelit akar, hingga Bayon yang nyaris biasa-biasa saja kalau saja tidak memiliki wajah-wajah raksasa itu.

Jalanan di Angkor bisa kayak gini, galau-able banget!
Menjelang sore, kami sudah diantar kembali menuju rumah Phearun. Meski hanya mengunjungi tiga candi, namun kami sudah puas. Kami cukup menikmati setiap lawatan dan kami tidak terburu-buru, berhasil mengeksplor sebagian besar sudut di setiap candi, dan nggak merasa rugi meski sudah membayar seharga 20 USD. Kalau mau, kami masih bisa terus melanjutkan penjelajahan sampai dua atau tiga candi lagi.
Nah, buat kamu yang nggak punya banyak waktu untuk Angkor, tiga candi ini sudah cukup untuk memuaskan hasrat ingin tahumu. Bisa dikunjungi dalam waktu setengah hari lho, misalnya dari matahari terbit sampai siang hari. Tapi kalau kamu adalah seorang penggemar candi, Angkor Archaeological Park menyediakan tur untuk tiga dan tujuh hari dengan harga yang disesuaikan.
Saran dari gue, karena Angkor adalah sebuah komplek yang luas, maka sebaiknya kamu datang dengan pakaian lengan panjang dan atau topi agar tidak kepanasan. Pilih bahan yang mudah menyerap keringat, agar kamu tidak tersiksa menghadapi udara Kamboja yang lembab. Sebaiknya gunakan alas kaki yang mendukung, untuk outdoor atau semi outdoor seperti: sandal gunung, sepatu kets, sepatu boots pria, untuk keamanan dan kenyamanan dalam melangkah. Hindari alas kaki manja-manja seperti sepatu hak tinggi atau sepatu kaca. You’re not a Cinderella, baby.
Kalau belum punya alas kaki atau baju yang dibutuhkan tersebut, mungkin kamu bisa membelinya di mapemall ini.

Koleksi sepatu boots pria di mapemall
Lalu, apa lagi yang ada di Siem Reap, Kamboja, selain Angkor Wat? Tunggu tulisan berikutnya ya! Keep learning by traveling..
Catatan sikil:
I’m not a history freak, jadi kalau ada informasi yang kurang tepat, pardon me and feel free to give me some queries.
Dokumentasi dalam trip ini sempat raib karena netbook gue dicolong. Gue akhirnya bisa mengembalikan data di SD Card, but not all photos are recovered, itu pun juga nggak dipulihkan sebagus sebelumnya.
Nong, ikut abang dangdutan yuk *lah
itu yang batu candinya ada akar pohonnya, kesannya kayak candi yang baru ditemukan gitu deh :”)
Yuk, bang. *eh*
Ta Prohm udah lama ditemukan kok. Hati gue aja nih yg belom diketemukan. #ehgimana
Sayang dulu saya ke Bayon terlalu sore jadi tak sempat melihat Buddha yang tersenyum itu. Mungkin juga karena terlalu asyik menatap muka-muka dengan ekspresi berbeda-beda itu.
Senyumnya mengagumkan! Memang Buddha paling bisa membuat hati teduh. Terima kasih buat fotonya, ya. Angkor memang ajaib.
Nama -warman memang terkenal, dan sama dengan di Indonesia. Tapi Khmer memang punya ikatan dengan Jawa. Erat, malah.
Wajahnya mengalihkan dunia ya, bro!
Aku belum terlalu paham hubungan Jawa dengan Khmer. Nanti ubek ubek lagi deh 🙂
Bikin tentram :)).
Sip!
bayon emang paling bagus Gar
nong nya cakep ya… chubby2 imut
Iya. Chubby-chubby-an 😀
Saya selalu rekomen ke Banteay Srey kalo udah ketiga Candi itu, tetapi biasanya tuktuk minta tambahan biaya karena letaknya yang agak jauh, tapi candi itu bagus banget buat yang suka moto.
Dan ikut prihatin sama ilangnya netbookmu, waaaa… semoga filesnya bisa kembali semua
Nah, Banteay Srey juga sering denger, tapi apalah daya, waktu (dan dana) kita terbatas. Mungkin next time kalau ke Siem Reap lagi.
Iya makasih simpatinya ya, mbak 🙂
hm….. candi aja bikin galauable ya mas 🙂
Emang dasarnya anaknya galauan 😀
Hahaha sempet banget yaaa modusin si nong 😛
Habis dia udah pake baju adat gitu kayak mau nikah, wkwkwk
Aku rencananya tahun ini mau ke Kamboja dan akan ke beberapa Candi ini, wah mantep kalo bisa jalan2 ke semua candi di Siem Rep 😀
Amin. Ditunggu ceritanya ya, bang 😀
Salah satu destinasi yang akan aku jelajahi ya ini 😀 , semoga dalam tahun ini bisa menjelajah ketiga Candinya 😀
Tangganya curam banget 😐
Iya, kak. Aku yg takut ketinggian juga ketar-ketir pas turun 😐
suka bangat sama relief yang ada di Angkor Wat. Dan suryavarman itu kayak majapahit atau soekarno nya kita dong yach?
Iya, seperti Raja Majapahit atau Mataram yg menyatukan nusantara, kurang lebih 😀
Bener kak,,, kayaknya nggak asing dengan nama Suryavarman,,,, mirip juga loh dengan Mulawarman 🙂 bolak – balik membaca tentang Angkor Wat, wah semakin penasaran aja ini jadinya 🙂
Sepertinya nama -warman ini memang jadi nama kekinian pada masanya. Hihihi. Dan memang konon ada hubungan antara kerajaan2 Indonesia dengan Khmer (Kamboja)
Sekitar 20 km ke arah utara, ada Bantay Srei Temple. Warna bangunannya sedikit kemerah-merahan sesuai tanah di sana. Reliefnya juga cantik menggambarkan dewi-dewi. Ditambah pula pemandangan sekitarnya yang asri. Gak nyesal extend ke sana nambah beberapa US$ buat tuk-tuknya. Tiketnya udah termasuk tiket Angkor.
Oke. Kalau ada kesempatan ke Siem Reap lagi, Banteay Srey harus disambangi nih!
Ih keren yaaa perna ke prancissss, aku masih mimpi kesana hehehe
Kalo boulevard di prancis isi nya apa kak ??? yg pasti bukan moto2 macam di kamboja kan ???
Aku juga baru ke Perancis doang dalam mimpi, kak. Ampuuunnn hahaha.
[…] Selengkapnya, baca: Tiga Candi Ini Wajib Kamu Kunjungi di Angkor Wat, Kamboja! […]
[…] Baca Juga: Tiga Candi Angkor Wat Ini wajib Kamu Kunjungi di Siem Reap, Kamboja […]
[…] Kyat atau 8 USD, masih lebih murah dibandingkan harga tiket masuk Grand Palace di Bangkok atau Angkor Wat di Siem Reap, tapi memang lebih kecil […]
saya juga wakt ke SIem Reap cuma ke 3 candi itu aja.. hehehehe…
flashpacking, hahaha
[…] with those in Thailand. But Siem Reap offers something really interesting! Siem Reap is home to the UNESCO World Heritage Site of Angkor Archeological Park. Angkor Wat, the main temple complex, is undoubtedly an epic and stunning place to learn about […]
[…] Grand Palace adalah destinasi wajib di Bangkok. Gue nggak siap dengan harga setinggi itu. Nah, Angkor Wat di Siem Reap yang gue kunjungi kemudian juga harga tiket masuknya 20 USD buat 1 Day Pass, tapi I’ve […]
[…] Tiga Candi di Angkor Wat Ini Wajib Kamu Kunjungi di Kamboja […]
Hola kak, mau tanya nie, aku ada rencana ke siem reap april 2019 nie, cuman masih bingung ke angkor wat dan menjelajah angkor itu berarti harus pake tuktuk ya, aku baca memang wilayahnya cukup luas, karena belum ada bayangan aja, trus tuktuknya ada deket loket apa di harga tiket itu fasilitas tuktuk sudah include yak?
apa Tuktuk yang kita pake bisa dari saat kita berangkat dr hotel?
Tuktuknya sewa sendiri, kak. Ini aku sewa tuktuk buat seharian muter2 Siem Reap, 20 USD. Komplek Angkor Wat ini jauh dari pusat kota, loketnya nggak ada apa-apa selain loket (waktu itu ya). Jarak dari satu candi ke candi lainnya jauh, jadi jangan nekad jalan kaki. Selain tuktuk, sewa sepeda juga murah.
Silakan baca tulisan2 Siem Reap lainnya supaya lebih terbayang ya 🙂
[…] mau gue bahas, yaitu Siem Reap di Kamboja. Itinerary-nya simpel banget. Pokoknya seharian eksplor Angkor Archaeological Park sampe mabok, terus malamnya ke pasar malem dan Pub […]
[…] berdiri anggun menghadirkan 4 wajah Dewa Brahma yang mengingatkan gue dengan Candi Bayon di dalam Angkor Archaeological Park, Kamboja. Sang dewa memisahkan 2 lajur jalan kompleks, di bawahnya terselip kantor security officer […]
[…] sore. Setibanya di Siem Reap (2015), aku tidur sampai siang, masa bodoh dengan godaan sunrise Angkor Wat meski biasanya aku adalah morning person. Pas ke Kuala Lumpur bersama Ara (2022), kami seharian […]