Setiap kota, setiap negara, biasanya memiliki satu obyek wisata atau landmark yang ikonik. Singapura dengan Patung Merlion, Kuala Lumpur dengan Petronas Twin Towers, dan Bangkok dengan Grand Palace-nya. Untuk Yangon, Myanmar, jawabannya adalah Shwedagon Pagoda. Kuil yang megah ini akhirnya kami kunjungi pada hari kedua kami di Yangon.
Dari Space Boutique Hostel tempat kami menginap, kami berjalan kaki menuju halte bus yang ada di depan Sule Pagoda. Dari halte itu, kami naik bus YBS no. 36 yang dibalut dengan warna kuning cerah. Ongkos sekali sejalan adalah 200 Kyat jauh dekat yang dimasukkan ke dalam kotak di samping pengemudi yang baik jalannya. Kalau nggak punya uang pas, ada loket penukaran uang di halte. Sebagian warga Yangon sendiri menggunakan kartu prabayar yang tinggal di-tap saat masuk dan keluar.
Naik Bus no. 36 dari Sule Menuju Shwedagon Pagoda
Interior busnya bersih, nyaman, adeemm, surga banget buat Yangon yang panasnya kayak punya dua matahari. Hampir semua penumpang di dalam bus memulaskan thanaka (bedak dingin) di wajahnya, dan ternyata “aroma” thanaka itu — cukup menyengat, hehe. Untungnya saat itu kami sedang memakai masker (karena antisipasi virus H1N1 atau Flu Babi yang rutin diberitakan menjelang hari keberangkatan kami) sehingga dapat cukup teredam.
Di dalam perjalanan, gue terus memantau pergerakan diri di Google Maps agar jangan sampai kami kebablasan. Sampai di satu titik, bus melalui Kandawgyi Park yang berada sudah sangat dekat dengan Shwedagon Pagoda. Gue masih terus memantau Google Maps, berharap bus akan berbelok ke kiri, atau berjalan memutar mendekati Shwedagon Pagoda, TAPI TERNYATA ITU TIDAK TERJADI. Kami sudah jauh meninggalkan Shwedagon Pagoda, melalui Kabar Aye Pagoda, Inya Lake, mendekati Yangon International Airport. Akhirnya gue mantap mengajak Ricky turun dan kembali ke tempat semula dengan nomor bus yang sama.

sepasang leogryph di pintu timur shwedagon pagoda, yangon

menapaki anak-anak tangga menuju shwedagon pagoda

dan masih berlanjut
Gue sudah berusaha mencari peta bus Yangon atau aplikasi bus Yangon, tapi semuanya hanya tersedia dalam bahasa Burma yang nggak gue pahami sama sekali, kayak hatimu #eh. Kami menyeberang jalan, kembali ke titik semula dengan nomor bus yang sama, lalu turun di Kandawgyi Park. Dari halte bus Kandawgyi Park, kami berjalan lurus sampai menemui persimpangan kecil, lalu berbelok ke kiri. Ternyata Shwedagon Pagoda udah deket banget dari halte Kandawgyi Park. Jadi, dari halte bus Sule Pagoda, Travelearners tinggal naik bus no. 36 dan turun di Kandawgyi Park.
Baca tulisan sebelumnya: Mengunjungi 10 Tempat Wisata di Dekat Sule Pagoda, Yangon
Harga Tiket Masuk Shwedagon Pagoda
Seperti halnya kuil-kuil megah di Bangkok, Phnom Penh, atau Siem Reap, kuil Shwedagon Pagoda juga membutuhkan akses tiket masuk. Harganya adalah 8.000 Kyat atau 8 USD, masih lebih murah dibandingkan harga tiket masuk Grand Palace di Bangkok atau Angkor Wat di Siem Reap, tapi memang lebih kecil juga.
Dari gerbang luar menuju area dalam kuil, kami menapaki ratusan anak tangga yang diapit oleh penjual atribut sembahyang. Gue terkejut karena ternyata masih ada lagi anak-anak tangga yang harus kami lalui setelah melalui sebuah jalan kecil. Betapa agungnya kuil ini hingga kami harus menapaki ratusan anak tangga dalam bertelanjang kaki yang masih dibelah oleh sebuah jalan raya.
Shwedagon Pagoda, Warisan Sejarah dan Budaya Myanmar yang Mempesona
Shwedagon Pagoda adalah tempat ibadah teragung dan terutama bagi umat Buddha di Myanmar. Tak heran, karena kuil dengan luas lebih dari 46 hektar ini menyimpan Helai Rambut Sang Buddha dan peninggalan-peninggalan suci lainnya. Saat pertama kali dibangun lebih dari 2.500 tahun lalu, ketinggian pagoda hanya 8.2 meter. Sekarang, titik tertingginya sudah mencapai hampir 110 meter! Gue membayangkan, pada masa di mana gedung-gedung modern belum dibangun, Shwedagon Pagoda menjadi titik tertinggi di Yangon. Pagoda agung itu tampil semakin megah dengan dilapisi oleh ratusan lempengan emas, dan puncak stupanya berlapis 4.531 berlian. Yang terbesar bahkan mencapai 72 karat!
Menurut cerita rakyat, Shwedagon Pagoda didirikan oleh Thapussa dan Bhallika, dua saudagar bersaudara. Mereka bertemu dengan Siddharta Gautama Sang Buddha, dan menerima 8 helai rambut dari-Nya. Dibantu oleh Raja Okkalapa, mereka menyimpan Helai Rambut Sang Buddha tersebut di Bukit Singuttara (lokasi Shwedagon Pagoda saat ini) bersama dengan peninggalan-peninggalan Sang Buddha lainnya yang sudah ada sebelumnya.
Oleh Raja Binnya U (1323 – 1384), stupa utama dibangun kembali hingga menjadi 18 meter, hingga ditinggikan lagi menjadi 40 meter dalam masa pemerintahan Ratu Binnya Thau (1453 – 1472) seabad kemudian. Shwedagon Pagoda mengalami beberapa kerusakan karena serangkaian bencana gempa bumi yang melanda Burma, di mana gempa bumi terparah pada tahun 1768 menumbangkan puncak stupa. Raja Hsinbyushin-lah yang membangun kembali sang pagoda hingga memiliki ketinggian seperti saat ini.
Ada 4 pintu gerbang untuk mengakses Shwedagon Pagoda. Yang kami lalui saat itu adalah Gerbang Timur. Kami lalu mengeksplor sisi timur, selatan, dan barat kuil, sebelum terlalu lelah dan bosan untuk melanjutkan ke sisi barat. Kami bahkan sampai lupa masuk ke dalam Shwedagon Pagoda-nya sendiri karena sudah kehabisan tenaga. Masing-masing gerbang dijaga oleh sepasang patung leogryph (makhluk mitologi Burma berbentuk menyerupai singa) yang besar dengan atap berundak pyatthat khas Myanmar.
Tahukah kamu? Ada 3 replika Shwedagon Pagoda yang ada di dunia. Replika pertama, Uppatasanti Pagoda, ada di Naypyidaw sang ibukota Myanmar yang baru. Replika yang selesai dibuat tahun 2009 ini benar-benar mirip dengan Shwedagon Pagoda yang asli, hanya berbeda 30 sentimeter lebih rendah. Yang kedua, juga rampung tahun 2009, adalah Global Vipassana Pagoda setinggi 29 meter di Mumbai, India. Nah, replika ketiga ternyata ada di Indonesia, tepatnya di Taman Lumbini, Berastagi, Sumatera Utara. Replika yang selesai dibuat tahun 2010 ini mendatangkan material langsung dari Myanmar!
Tips Berkunjung ke Shwedagon Pagoda, Yangon
Sebagai sebuah kuil tempat beribadah umat Buddha, pengunjung tidak diperbolehkan mengenakan alas kaki dan pakaian terbuka di seluruh area kuil, dimulai dari sejak melangkahkan kaki melalui gerbang luarnya. Saat itu, kami menyambangi Shwedagon Pagoda di bawah kuatnya terpaan cahaya matahari yang membuat kami berjalan dengan berjingkat-jingkat dari satu kuil ke kuil lainnya. Sangat disarankan untuk membawa kacamata hitam, topi, dan atau payung. Nggak usah gengsi pakai payung, vroh! Cowok-cowok Myanmar banyak yang pakai payung buat melindungi diri dari panas.

tharrawaddy min bell (42 ton), didermakan oleh raja tharrawaddy pada 1841
Di sekitar area kuil, banyak anak-anak lokal yang menjual kantong plastik. Gue syok karena mereka membuka penawaran dengan harga 1.000 Kyat (Rp 10.000,00) per kantong. “Dek, ongkos bus gue aja cuma 200 Kyat, masak kantong plastik lo lebih mahal dari ongkos bus gue?” omel gue kepada salah satu anak yang datang menghampiri, lalu dia cengengesan dan ikhlas dengan harga 100 Kyat / bungkus. Kalau nggak mau beli, kamu bisa menyiapkan kantong plastik sendiri dari penginapan.
Jangan terlalu percaya diri meninggalkan sepatu atau sandal (atau barang apapun) di depan gerbang, lalu berharap kamu akan menemukannya kembali saat keluar. Orang Myanmar memang baik dan ramah, namun mereka belum memiliki kesadaran untuk tidak mengambil apa yang bukan milik mereka, atau menyimpannya kepada pihak berwajib. Gue ketinggalan jaket di Chauk Htat Gyi Pagoda, dan sekitar setengah jam kemudian sudah raib. Minta tolong sama petugas kuil atau petugas keamanan juga nggak ada hasilnya. Padahal itu jaket turtle neck kesukaan gue dan baru beli 😦
Di dalam area kuil, akan ada sekelompok orang yang menghampirimu dengan ramah. “Hey, where are you come from? Indonesia? Where is it?” begitu kalimat pembuka salah satu dari mereka saat gue sedang asyik membidikkan lensa kamera. Dugaanmu benar, mereka adalah pemandu wisata. Syukurlah, pemandu wisata di Shwedagon Pagoda nggak segigih yang ada di Thailand. Begitu gue tolak dengan halus, mereka akan pergi menjauh melemparkan senyum. “Enjoy my city!” begitu tutupnya.

a warm and smiley face

the towers

patung yang rupawan

pengunjung bersembahyang di salah satu kuil

kuil-kuil di dalam shwedagon pagoda

kiri: pohon bodi, kanan: seorang bapak sedang mengamati
Untuk membantu menyusun itinerary kamu, perlu diketahui bahwa Shwedagon Pagoda berada dekat dengan Kandawgyi Park (termasuk di dalamnya adalah Karaweik Palace Restaurant yang ikonik itu) dan People’s Park and Square. Mengunjungi ketiganya dalam satu hari sekaligus jelas nggak gue sarankan. Kunjungi Shwedagon Pagoda dan Kandawgyi Park hari ini, lanjutkan dengan People’s Park and Square keesokan harinya.
Udah Nggak Sabar Buat ke Shwedagon Pagoda, Yangon?
Nah, gue mau memperkenalkan fitur baru Traveloka yang mungkin kamu belum tahu. Sekarang Traveloka udah punya produk paket hotel & pesawat! Jalan-jalan jadi bisa lebih hemat deh.
Pertama-tama, buka laman Traveloka, lalu pilih menu Flight + Hotel. Isi seluruh kolom yang dibutuhkan, lalu klik Search Packages. Teliti setiap hasil pencarian dengan opsi Hotel & Room Details dan Flight Details. Kalau kurang cocok, tersedia opsi Change Flight dan Change Room, lengkap dengan biaya tambahan yang akan dikenakan kalau kamu mengubah kamar atau penerbangan. Hasil yang ditampilkan dapat diurutkan berdasarkan harga, ulasan, dan popularitas. Selain itu kamu juga dapat menyaring berdasarkan fasilitas hotel, tipe akomodasi, bintang, rentang harga, dan maskapai penerbangan. Ada poin Traveloka buat setiap transaksi yang kamu lakukan lho, nantinya bisa kamu pakai buat transaksi selanjutnya!
Kalau kamu udah menentukan pasangan hidup paket yang paling pas, klik Select, lalu isi seluruh informasi data diri yang diminta, dan akhiri dengan memilih metode pembayaran yang diinginkan. Kamu bisa membayar dengan kartu kredit, ATM, online banking, sampai minimarket!

tampilan awal menu hotel + flight

isi seluruh kolom yang dibutuhkan, lalu klik Search Package

hasil pencarian paket flight + hotel di yangon, myanmar

manfaatkan fitur sort dan filter di sidebar kiri, klik “hotel & room details” atau “flight details” untuk rincian kamar dan penerbangan

pop-up yang muncul jika klik “flight details”

pilihan penerbangan jika diklik “change flight” lengkap dengan penyesuaian biaya

pilihan kamar jika diklik “change room” lengkap dengan penyesuaian biaya

kalau sudah cocok, klik “select”

isi “contact information” dan “passenger details”

“booking details” sebelum masuk ke opsi pembayaran

pilihan pembayaran traveloka yang beragam!
Gampang, ‘kan? Jadi, nggak perlu lagi repot-repot cari tiket pesawat dan hotel satu per satu. Sekarang, dua transaksi itu bisa kamu lakukan sekaligus melalui fitur Flight + Hotel dari Traveloka. Gih, buruan cari paket ke Yangon buat long weekend 1-3 Desember 2017 nanti 🙂
Aku blm pernah beli hotel di Traveloka si Mas.. Baru di pegi pegi.. Di traveloka keknya baru beli tiket kereta ya. Pas promo. 😂😂😂 kapan2 bs dicoba si…
Gt ya ternyata… Tak pikir di indonesia aja yang gak aman sama maling2 panci dan maling hati… Untuk urusan jaket aja bisa diambil ternyata. 😌😌
Pilihan hotel di Traveloka untuk kota-kota luar negeri udah lengkap, mas.
Iyaaa mungkin dikiranya itu barang nggak dipake.
Asyik ya berkunjung ke tempat-tempat ibadah disana. Tapi emang banyak bgt ya pagoda di myanmar 😁
banyak bangeeettt, kayak masjid kalau di sini. hari-hari pertama bakal norak, kalau udah berminggu-minggu bakal biasa aja hahaha.
Selalu suka ngeliat patung2 warna warni gtu..
btw, kalo pagoda yg di perempatan jalan itu namanya apa mas?
kalo buat hotel mah aku lebih suka pake booking.com.. hehehe…
Itu namanya Sule Pagoda, mas. Udah ada di tulisan sebelumnya.
Owalah.. itu to Sule Pagoda.. aku taunya dari film soalnya.. ga tau kalo itu namanya Sule
Iya mas hehe. Film apa?
Lupa.. yg maennya scott adkins pkoknya..
udah masuk wish list… dekat, terjangkau dan gak perlu bolos kerja berhari-hari..
bener, kak. walaupun sebenernya kalo mau puas ya minimal seminggu, sekalian ke mandalay sama bagan.
Megah sekali pagodanya ya… Dan baru tau di Berastagi Ada replikanya juga. Btw saya selalu pakai traveloka kalau beli tiket atau menginap di hotel. Simple bgt soalnya
Simpel dan cara pembayarannya Indonesia banget! hehe
megah banget euy pagodanya. btw aku sarung2 yg dipake mbak2 dan buibuk sana
Megah banget, apalagi pas malem. Sarungnya mingin-mingini banget ya 😀
Interiornya bagus banget. Tapi kebayang itu panas banget pasti kakinya ya. Untung guidenya ga memaksa ya, kl memaksa malah jadi citra buruk buat 1 tempat wisata
iya panas bangeeettt, makanya dikasih karpet gitu buat membantu.
Hmm, waspada tetap wajib dimanapun berada ya, biar gak ada barang yg ketinggalan dan hilang hehehe 🙂
Regards,
Dee – heydeerahma.com
Iya, kak. Jangan sampai kelupaan barang 😦
Ngebaca tulisan ini aku jadi ngeh kalau di daerah Pagoda ini kita harus hati-hati terhadap Tourist Trap, semacam kantong kresek yang 1000 kyat, mahal banget! untung dirimu kritis ya, jadi mereka ga bisa semena-mena hahaha 😀
Menjadi lebih kritis adalah salah satu hal yang kupelajari di dalam traveling hehe.
Pagoda ini memang luas sekali. Untuk mengambil gambar secara keseluruhan sekalipun menggunakan camera wide frame dan lensa yang mendukung, tetap saja tidak bisa utuh gambarnya.. dan masuk ke kompleks ini mata langsung saja disergap oleh kemegahan dan dada langsung takjub…. 🙂
Aduh mbak, itu aja aku kudu kayang sambil ngeker buat ambil foto. Coba dari sini, lalu ke situ, capek mau foto pagoda utamanya hahaha.
Detil banget tipsnya. Sangat berguna kak nugi. Tks ya
Sama-sama, mas.
Saya suka pakai traveloka, banyak kemudahan dan bonusnya!
Dan produk Indonesaaa (ala Maspion)
Aku nyari foto kamu pake payung, kok gak ada? hehe.
Sayang banget itu jaket kesayangan sampe hilang. Dan semoga yang nemu dan simpen bisa memanfaatkan jaket dengan maksimal. Biar Nugie kelimpahan pahala 😀 amin
haha, nggak kepikiran buat foto pake payung, semua foto selfie di sini hilang 😦
amin semoga jaketnya berfaedah supaya yang menemukan menjadi anak gaul yangon jaman now
Hahahaha, amin amin.
Aku agak bingung dengan duplikat ya. Perasaan emang bentuk pagoda Buddha begitu itu deh, ada yg dicat biasa aja putih ada yg warna emas menyala.
Aku waktu di Shwedagon ampe ketiduran saking ademnya dan full wifi hahaha
Enak banget mas. Aku di sana panaaaaaasss banget. Neduh di salah satu pondokan terus mager, hahaha.
Aku malah penasaran dengan foto suasana bus kota yg kamu tumpangi, gie.
Heheh, sama di Bangkok bus kota nggak ada keterangan huruf latin pake huruf Thai jadi tiap bentar suka colek si kondektur sambil ngucapi tempat tujuan.
Ada fotonya. Lupa apakah belom diunggah atau udah di tulisan sebelumnya.
Iya Bangkok gak ada tulisan latin, padahal mursida!
hoo ikut lomba mas? semangat yhaaaa.
Suwun bro
Sayang ya jaket kesayangan dan masih baru itu hilang. Semoga dapat gantinya, hihi.. Btw, dimanapun itu kudu hati-hati ya.
Iya setuju. Di mana pun, di kota paling aman sekali pun, tetep kudu ati-ati.
kehilangan jaket kesayangan tak seperih kehilangan orang kesayangan. *eh
Bahahaha. Jaket bisa dibeli lagi ya, kak.
Noted nih buat yg ingin berkunjung kesana. Asyik banget sih Bang Nugie jalan2 ke Luar Negeri terus euy. Bang, bulan depan sekitar tanggal 25 aku ke Bandung nih..
Hehe, soalnya emang suka jalan ke luar sih 😀
Berkabar, bang. Nanti kita meet up!
waaah ulasannya lengkap banget. Bisa banget buat referensi kalo suatu saat jalan-jalan ke Yangon neh. Thanks yaaa 🙂
sama-sama, senang dapat membantu 🙂
[…] Ceritanya bisa dibaca di: Tips Hemat Mengunjungi Shwedagon Pagoda […]
Traveloka andalan gue juga buat pesen tiket pesawat dan hotel
#JadiBisa
-Traveler Paruh Waktu
Berkat Traveloka, semua #JadiBisa ya!
[…] gue terus memeriksa Google Maps agar jangan sampai kami kebablasan seperti yang terjadi saat kami menuju Shwedagon Pagoda pada hari sebelumnya. Kami lalu turun di halte bus dekat Kabar Aye Pagoda. Iya, Yangon memang merupakan kota seribu kuil, […]
[…] gate to this Land of Gold! Some interesting places to visit in Yangon is the iconic Sule Pagoda, the great Shwedagon Pagoda, Chauk Htat Gyi Pagoda, Nga Htat Gyi Pagoda, Kandawgyi Lake / Park, and Inla Lake (don’t be […]
[…] tiket masuk Shwedagon Pagoda (kuil teragung di Yangon, Myanmar) yang gue kunjungi di Agustus 2017 cuma 8000 Kip alias 8 USD aja, […]
Karena bakal ke Myanmar 27 feb ini, aku iseng cari tau wisata apa aja yg ada di sana, eh diarahin ke blogmu :D.
Kok capek ya baca cara menuju kesana huahahahah. Blm lagi aku kepikiran panasnya :(. Trip k Myanmar kali ini temanya cm leyeh2 mas. Ini sbnrnya supaya aku bisa khatamin negara2 asean doang. Jd ga terlalu serius bikin itin. 1-1 nya tempat yg harus banget aku visit itu golden rock, yg ada batu tergantung di tebing itu. Sisanya pgn kuliner dan santai ajalah :p
Eh tapi aku mau liat situasi di Yangon ntr, kalo msh banyak org2 yg pake Tanaka, aku jg mau pake ah sepanjang jalan wkwkwkwkw
Waaa mbak Fanny ini jalan-jalan muluuu. Ke Shwedagon Pagoda mudah kok mbak, cuma agak jauh dari pusat kota aja. Obyek wisata lainnya, kayak: Sule Pagoda, kawasan kota tua, Chinatown, itu ada di satu kawasan.
Golden Rock jauh dan agak ribet, mbak Riyanni barusan cerita perjalanannya ke sana.
[…] gelap, berpindahlah ke Shwedagon Pagoda yang lokasinya nggak jauh dari situ. Kenapa jelang sunset baru ke sini? Biar bisa menikmati […]