Udah puas ke Shwedagon Pagoda, puas mampir di Sule Pagoda, juga udah puas muter-muter di Bogyoke Aung San Market, ngapain lagi nih di Yangon? Nah, daripada kamu muter-muter nggak jelas terus malah nginjek tai burung, mending melipir aja ke Chauk Htat Gyi Pagoda. Disebut juga Chauk Htat Gyi Paya atau Chauk Htat Gyi Temple, kuil ini menawarkan patung Buddha tidur / berbaring (Reclining Buddha) yang besar, agung bersalutkan emas dalam sebuah pavilion yang ditopang rangka-rangka baja tinggi.
Gue dan Ricky mengunjungi Chauk Htat Gyi Pagoda pada hari terakhir kami di Yangon, Myanmar. Dari halte bus Sule Pagoda di dekat hostel, kami naik bus YBS no. 32 yang berwarna kuning cerah. Ongkosnya cuma 200 Kyat atau sekitar Rp2.000,00 aja. Gile, lebih murah daripada ongkos ngangkot di Bandung dari BTC ke kampus Maranatha padahal jauhnya cuma sejengkal.
Sepanjang perjalanan, gue terus memeriksa Google Maps agar jangan sampai kami kebablasan seperti yang terjadi saat kami menuju Shwedagon Pagoda pada hari sebelumnya. Kami lalu turun di halte bus dekat Kabar Aye Pagoda. Iya, Yangon memang merupakan kota seribu kuil, The City of Gold. Sehari dua hari sih antusias sik ya, tapi lama-lama bisa mabok kuil juga gue, hahaha.
Kami lalu masuk ke dalam sebuah jalan kecil yang kalau di Indonesia mirip dengan jalan-jalan kampung begitulah. Jaraknya sekitar 1 kilometer, jadi cara kami ini nggak gue rekomendasikan buat kamu yang bepergian dengan lansia, anak-anak, atau cabe-cabean manja. Nggak banyak juga yang bisa kami lihat dalam perjalanan di bawah teriknya matahari siang itu.

jalanan menuju chauk htat gyi pagoda, yangon
Seperti halnya Kandawgyi Park & Lake, informasi di internet juga bilang kalau masuk ke Chauk Htat Gyi Pagoda membutuhkan tiket masuk sebesar 2.000 Kyat atau 2 USD. Tapi rupanya rute yang gue pilih ini adalah rute yang mengantarkan kami memasuki kuil melalui pintu belakangnya. Monmaap, anaknye emang doyan main belakang, hahaha. Setelah melalui koridor terbuka dengan lantai berdebu dan beberapa anjing berkeliaran, kami menitipkan alas kaki kami pada sebuah loket di depan pintu masuk bangunan kuil. Ongkosnya seikhlasnya.
Gue takjub dengan patung Buddha Tidur-nya!
Patung Buddha Tidur itu disebut-sebut memiliki panjang 66 meter dan tinggi 16 meter, kebayang gimana gedenya yekan. Patung aslinya selesai dibuat tahun 1907 yang mana udah lama bangeeettt. Namun pada tahun 1966 saat direnovasi, patungnya diperpanjang 5 meter dari ukuran semula.
Bisa dilihat, Patung Buddha Tidur di kuil Chauk Htat Gyi ini berbaring menghadap kanan. Tangan kanannya digunakan untuk menyangga kepalanya yang bermahkotakan emas. Tubuh putihnya dibalut dengan jubah emas yang membuat Sang Buddha tampak semakin agung.
Patung agung tersebut terlindung dalam kungkungan pagar besi agar nggak ada tangan-tangan jahil yang sembrono. Di sekelilingnya terdapat patung-patung Buddha lainnya dalam ukuran yang lebih kecil, relief yang mengisahkan perjalanan Buddha, dan lonceng atau kentongan kuil. Di sebelah kanan dari arah pintu masuk, terdapat sebuah titik berfoto untuk membantu wisatawan memilih tempat terbaik untuk mengabadikan gambar.

sang buddha yang berbaring dengan bertumpu pada tangan kanannya

telapak kaki sang buddha dengan simbol-simbol yang tak kupahami

satu sudut untuk sembahyang di chauk htat gyi pagoda, yangon

patung-patung buddha di chauk htat gyi pagoda, yangon
Setelah puas berfoto, berkeliling, dan duduk-duduk, gue mengajak Ricky menyudahi kunjungan. Karena lelah, letih, dan lesu, kami nggak lagi lewat jalan belakang, namun menyusuri koridor menuju pintu gerbang utamanya di depan. Kedua sisi koridor ini diisi dengan warga lokal yang menjual atribut dan perlengkapan untuk bersembahyang. Tapi mereka jualannya kalem-kalem aja, nggak koar-koar berisik apalagi sampai narik-narik wisatawan.
Sampai di depan pintu gerbang, gue ingat akan satu hal.
“Jaket gue ketinggalan!” kata gue pada Ricky.
Eh, bukan jaket sebenarnya, tapi sweater hitam dengan model turtle neck yang baru beberapa minggu lalu gue beli dari online shop di Instagram. Dan saat itu adalah momen pertama gue membawa jaket kesukaan itu berpetualang. Gusti nu ageng!
Dengan langkah memburu, gue berjalan cepat menuju titik berfoto di dalam kuil. Gue inget, sebelum berfoto, gue meletakkan sweater itu di pagar kecil yang ada di pondok berfoto, sialnya gue lupa buat memakainya kembali saat selesai berfoto. Tiba di lokasi kejadian, gue nggak menemukan sweater gue di tempat semula. Baiklah.
Gue lalu berjalan berkeliling bangunan kuil, berharap menemukan ada kain hitam yang tergeletak begitu saja, tapi hasilnya nihil. Gue menyampaikan masalah yang gue alami kepada petugas keamanan. Syukurlah dia bisa ngerti Bahasa Inggris. Bapak itu menyampaikan masalah yang gue alami kepada rekan-rekannya, lalu mencari berkeliling. Yah, kalau kayak gini caranya sih, nggak akan ketemu juga deh, bang. Gue berharap ada seseorang yang nemuin jaket gue lalu menyampaikannya kepada petugas kayak yang biasa kejadian di Indonesia.
Rupanya, orang Yangon — mungkin juga warga Myanmar pada umumnya — belum memiliki kesadaran untuk mengembalikan benda milik orang asing yang mereka temukan. Andai terjadi di Indonesia, biasanya gue akan mendapati jaket gue di tempat semula, atau dititipkan pada salah satu petugas di tempat itu. Gue pernah ketinggalan beberapa barang, termasuk handphone, saat sedang terburu-buru. Puji Tuhan selama ini selalu berhasil gue dapatkan kembali. Namun Yangon rupanya ingin memberikan cerita yang berbeda, mengajarkan gue untuk selalu mengingat dan mengawasi barang-barang yang gue bawa dalam perjalanan.

patung buddha berbaring dengan ukuran yang lebih kecil

kentongan kuil?

relief perjalanan hidup sang buddha / siddharta gautama

pemandangan dari sisi belakang kuil yang terbuka

pintu depan chauk htat gyi pagoda, yangon
“Gimana?” Tanya Ricky, sesampainya gue kembali di pintu gerbang.
“Ilang, bro,” jawab gue, mengikhlaskan kehilangan meski pedih. Begonya, gue juga nggak bawa jaket cadangan untuk trip ini.
Dari pintu gerbang, kami naik sembarang bus dari halte di dekatnya sampai tiba di persimpangan di bawah flyover — eh, ini Yangon apa Pasteur Bandung sih? Hahaha. Dari situ, kami sempat bingung menentukan arah karena kondisi lingkungan yang nggak familiar. Beberapa menit kemudian, gue akhirnya sadar bahwa kami melalui jalan layang saat berangkat, sementara saat itu kami berada di bawahnya.
Kami menghampiri seorang pemuda lokal untuk menanyakan di mana lokasi untuk naik bus no. 36. Sempat terjadi kesalahpahaman karena dia mengira kami menanyakan petunjuk menuju Jalan 36. Maklum, di Yangon ini memang banyak nama jalan yang menggunakan nomor, kayak di Kamboja. Kami berhasil kembali di Space Boutique Hostel dengan selamat. Usai sedikit beristirahat, kami lalu berkemas meninggalkan hostel menuju Yangon International Airport.

kuil emas dan gedung-gedung kusam berpadu di yangon, myanmar
Seluruh cerita perjalanan gue di Myanmar dapat dibaca di SINI.
Kesimpulannya, Chauk Htat Gyi Pagoda adalah salah satu obyek wisata menarik yang ada di Yangon, Myanmar. Percayalah, suasananya berbeda dengan patung-patung Buddha Tidur / Berbaring serupa yang bertebaran di Thailand. Kalau masih ada waktu, mampirlah ke Nga Htat Gyi Pagoda di dekatnya yang dapat dicapai dengan berjalan kaki. Selamat berpetualang di Yangon, travelearners! 😀
Malamnya, gue tidur kedinginan beralaskan kerasnya bangku Kuala Lumpur International Airport. Demfak!
Wah, kirain bakal di woro woro gitu.
Enak bener bisa masuk “lewat belakang” hahaha.
Kalo di Borobudur sama Prambanan kan dipinjemin kain batik, di situ ada fasilitas seperti itu nggak, Mas Nug? Atau aturan lainnya misal cewek mens ngga boleh masuk gitu ada?
Hahaha backstreet boy nih namanya.
Aturannya cuma lepas alas kaki sama berpakaian yang pantas kok. Kalo di sini gak ada peminjaman sarung, adanya di Shwedagon.
Ikhlasin sweeter nya mas, hhee
Iya, dengan berat hati 😦
duhh selalu suka deh dengan kuil seperti ini. selalu menarik untuk dikunjungi.
btw, semoga dapat ganti sweater yang baru ya mas. 🙂
Iya menarik banget, mbak. Amin amin doanya 🙂
Di Indonesia ada juga sih kejadian gitu barang orang ilang, bukannya dititip ke bagian informasi/keamanan malah di embat. Etdah. Bukan rezekinya kali ya. Telapak kaki budhanya unik ada simbol-simbol apa ya itu? penasaran artinya
Iya, mbak. Di Indonesia pasti juga ada kejadian seperti itu.
Sama aku juga penasaran, sayang ndak paham 😦
Di bagian kakinya ada ukiran-ukirannya gitu ya?
Dibanding Thailand, which one is more interesting, Yangon or Thai?
Both are interesting. Coba lebih spesifik apa yang lebih disuka, apa yang lebih dimau.
Nanti suatu saat aku pasti kesitu,dan semoga jaketku ga hilang hehehe. Salam kenal Matius.
amin amin, hahaha
Yaudah ikhlasin aja jaket yang tertinggalnya,, yang penting hatinye jangan ketinggalan ya 😀 ..
-Traveler Paruh Waktu
kalo hati nggak apa-apa, bang. kali aja jodoh aye ada di myanmar, hahaha.
Sakral banget tapi masih boleh foto2 ya. Oh ya ini jadi tempat sembahyang juga ga?
iya jadi tempat sembahyang, mbak. kuil-kuil buddha memang membebaskan siapapun yang ingin berkunjung meski hanya wisatawan.
besok besok ajak aku yah kalo mo traveling lagi
hahaha siap.
Aku dong udah 3 kali kehilangan jaket. Pertama di Bangkok, kedua di kereta dari Cirebon, yang ketiga entah di mana. Hahaha.
Aku suka wat atau kuil juga sih, tapi kadang mabok juga kalau banyak banget hihi
aku juga beberapa kali ketinggalan, di bangkok juga pernah, tapi pas balik lagi biasanya masih ada xD
Wah ajib juga ya ke Myanmar. Ajak-ajak dong kak. 😁
boleh boleh hehe
Tempatnya keren.
Btw, semoga dapat ganti jaket yang lebih keren ya mas.
hehe iya mas. amin amin.
duh jadi pengen ke Yangon, terakhir liat paatung budha tidur yang ada di bangkok
Ayo jalanjalan lagi kang 😀
66 m?? Berarti lebih panjang dari yg di Wat Pho yg katanya terbesar itu dong ya.. wooow.. aku pikir emg udah yg paling gede tuh yg di Wat Pho…
iya mas. sekilas juga udah terlihat patung Buddha yang ini lebih panjang. mungkin Wat Pho itu terpanjang di Thailand?
Bisa jadi..
Pelajaran kak supaya lebih hati2 menjaga barang, ga cuma di negara sendiri, negara orang lain apalagi.
betul banget, koh
Memang ada tangan jahil yang sembrono usil ke Patung Buddha Tidur itu ya kak?
enggak tau mas. kenapa gitu?
Wah seregep juga orang Myanmar membereskan kain yang jatuh ya. Cepet banget hilangnya. Semoga dapat ganti yang lebih bagus Dan jalan-jalannya makin seru dan makin jauh, Mas Nugie
amin amin. makasih doanya, mbak 😀
Gede banget ya panjang 66 meter dan tinggi 16 meter. Awalnya lihat foto uda tau kalau gede sih, ta[i nggak nyangka juga kalau ternyata sepanjanga dan setinggi itu..
iya gede banget, hahaha. nggak rugi deh ke sini.
Satu-satunya patung Budha Tertidur yang pernah gue liat adalah yang di Bangkok. Kalau yang di Myanmar wajahnya agak berbeda ya. Bagus juga sih. Soal sweater yang hilang, coba check di IG, kali aja dipost fotonya sama yang ambil. #yakali
yang di myanmar Buddha-nya cantik 🙂
Gede banget patungnya yaa.. coba bisa difoto dari jauh, biar bisa kelihatan megahnya patung Budhanya.
ah iya, i’m bad at taking pictures in long distance haha
Itu ngapain si gede gede banget. Wkwkwk.. 66 meter 16 meter… 😅😅😅
Halah yakin kalo di Indonesia bakal aman juga Mas? Keknya sebelas dua belas si… Ahahahaha… Tp kalo sejenis switer jaket mungkin ga ada yang ngelirik ya. Tp kl kamera ato dompet ya udah ludes…
Eh ini kejadiannya juga sama kayak pas kemalingan sendal gak sih? Yang ke mana itu. Aku lupa….
di Indonesia aman keknya, wkwkwk. sukak-sukak yang bikin dong mau berapa meter, hahaha.
[…] Some interesting places to visit in Yangon is the iconic Sule Pagoda, the great Shwedagon Pagoda, Chauk Htat Gyi Pagoda, Nga Htat Gyi Pagoda, Kandawgyi Lake / Park, and Inla Lake (don’t be confused with Inle Lake). It […]
[…] hape, turtle neck sweater yang baru gue beli dan perdana dipakai pun hilang dong di kuil Chauk Htat Gyi Yangon! Gara-garanya, sweater-nya gue lepas karena mau difoto terus gue taroh gitu aja di pagar pembatas […]
[…] paginya, kunjungi Chauk Htat Gyi Pagoda, Nga Htat Gyi Pagoda, dan kalo masih sempet juga belanja oleh-oleh di Aung San Bogyoke […]