
Gue sadar, perubahan iklim itu nyata. Pemanasan global itu nyata. Maka dari itu, dalam perjalanan-perjalanan gue, transportasi umum dan berjalan kaki adalah kawan. Setidaknya, itu yang bisa gue lakukan untuk menjaga lingkungan. Gue bersyukur, beberapa perusahaan besar seperti Danone Indonesia juga memiliki kesadaran yang sama. Bahkan, belum lama ini gue menghadiri acara Inagurasi Boiler Biomassa Berbahan Bakar Sekam Padi yang digelar secara hybrid.
Pernah terpikirkan bahwa sekam padi bisa menjadi alternatif bahan bakar atau sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan? Gue sih baru tahu. Selama ini tahunya ya energi angin, uap, atau surya.
Dari 1.500 ton sekam padi per tahun, bisa menghasilkan 6 ton steam sekam padi yang diperkirakan mengurangi jejak karbon hingga 32%. Diharapkan, sebanyak 8.300 ton emisi CO² mampu dikurangi dari kegiatan produksi di boiler biomassa ini. Kita patut mengapresiasi upaya ini untuk membuat bumi pertiwi tetap lestari.
Penggunaan sekam padi sebagai bahan bakar menghasilkan 2 macam residu: gas buang dan abu sekam. Gas buangnya diolah oleh ESP sehingga saat dikeluarkan sudah dalam kondisi aman, sementara abu sekam dapat digunakan sebagai pupuk oleh petani. Nah, sekam padi sendiri dipilih sebagai alternatif bahan bakar terbarukan yang ramah lingkungan agar bisa menciptakan ekonomi sirkular atau ekonomi berkelanjutan. Sekam padinya diambil dari petani, terus abu sekamnya bisa digunakan lagi oleh petani. Maka, terciptalah sirkulasi produk pertanian dan kesejahteraan petani sekitar.

Selain itu, sebuah boiler biomassa memang membutuhkan energi yang besar untuk kegiatan produksi. Beberapa bahan bakar yang sesuai di antaranya adalah solar dan CNG (Compressed Natural Gas). Kebetulan, karena berlokasi di daerah Klaten yang masih banyak persawahan, akhirnya dipilihlah sekam padi sebagai sumber energi terbarukan di PT Sarihusada Generasi Mahardika ini.
Bagaimana dengan Pemanfaatan Energi Terbarukan di Jawa Tengah?
Bapak Sujarwanto Dwiatmoko, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah, hadir dalam sesi talkshow usai prosesi inagurasi bersama 2 narasumber lainnya. Beliau dengan bangga mengungkapkan, saat ini masyarakat Jawa Tengah sudah menghasilkan 13,3 ribu megawatt listrik yang dihasilkan dari panel atap solar (tenaga surya). Itu baru dari yang terdaftar, riilnya mungkin ada atap-atap solar yang belum terdata.

Gue coba telusuri info-info pendukung dari berbagai sumber, tahun 2019 lalu Jawa Tengah mencanangkan forum Jateng Solar Province yang puji Tuhan masih terus konsisten hingga sekarang. Langkah ini lalu diikuti oleh instalasi PLTS Rooftop sebesar 2,9 megawatt pada Oktober 2020 di PT Tirta Investama Klaten yang merupakan bagian dari Danone Indonesia.
Hingga 2018 saja, sudah terbangun 575 unit PLTS Solar Home System (SHS) dengan kapasitas terpasang 33,1 kWp. Lalu hingga 2020, sudah terpasang 12.000 unit Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS) di Jawa Tengah. Mengikuti langkah baik ini, 31 unit PLTS Rooftop di 8 kabupaten/kota Jawa Tengah, di antaranya: Tegal, Sragen, Banyumas, Jepara, Wonogiri, dan Rembang.
Selain energi surya, Bapak Sujarwanto mengungkapkan bahwa Jawa Tengah juga sudah menggunakan energi gas rawa atau biogenic shallow gas. Energi ini dimanfaatkan di desa Pegundungan, desa Pejawaran, kab. Banjarnegara sejak Agustus 2021. Saat itu, BSG sudah terpasang di 25 rumah. Sebelumnya, BSG juga sudah dimanfaatkan di Grobogan dan Sragen lho. BSG bisa menjadi pengganti LPG, ternyata Jawa Tengah memiliki rawa-rawa purba yang energi gas rawanya bisa dimanfaatkan.

Jawa Tengah juga memiliki potensi panas bumi besar yang sudah mulai dikelola di Dieng. Dari berita yang gue baca di sini, energi panas bumi (geotermal) mencapai 250 mega watt untuk di permukaan saja! Rencananya, akan dilakukan pengeboran 10 sumur baru hingga 2023.
Inagurasi Boiler Biomassa Terbesar di Jawa Tengah
Inagurasi Boiler Biomassa Berbahan Bakar Sekam Padi Pertama di Jawa Tengah ini digelar pada hari Rabu (15/6) lalu di kawasan pabrik PT Sarihusada Generasi Mahardika di Prambanan, Klaten, yang merupakan bagian dari Danone Specialized Nutritions (SN) Indonesia. Gue sendiri menghadiri inagurasi ini sebagai blogger melalui tayangan Zoom, namun acara juga bisa disaksikan di siaran langsung Youtube. Untuk inisiatif ini, Danone menggandeng BECIS (Berkeley Energy Commercials Industrial Solution) yang memang sudah ahli soal teknologi energi terbarukan.




Dibawakan oleh mbak Santi Zaidan sebagai MC, acara dibuka dengan sambutan ibu Vera Galuh Sugianto sebagai Vice President General Secretary Danone Indonesia. Turut hadir dan memberi sambutan, Mr. Hannu Ikavalko selaku COO BECIS, Bapak Sumarno selaku Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah yang mewakili Bapak Ganjar Pranowo (Gubernur), dan Bapak Edi Wibowo (Direktur Bioenergi) yang bergabung melalui daring.
Btw, gue kira BECIS itu perusahaan dalam negeri, karena sekilas seperti kata “becus” atau “becik” (berarti “baik”) dalam bahasa Jawa.


PT Danone Indonesia nggak asal-asalan dalam menentukan langkah ini, nggak sekadar ikut-ikutan tren. Perusahaan ini menargetkan 100% penggunaan sumber energi terbarukan pada 2030 dan 100% karbo netral pada 2050. Dua misi besar ini merupakan implementasi dari visi besar mereka, One Planet One Health. Danone sadar, kesehatan bumi adalah kesehatan kita.
Inagurasi boiler biomassa berbahan bakar sekam padi terbesar di Jawa Tengah ini merupakan bukti komitmen Danone Specialized Nutrition Indonesia dalam memitigasi perubahan iklim. Mereka ingin terus pastikan, produk-produk Danone tak hanya bernutrisi dan aman untuk ibu, anak, dan keluarga, namun juga diproduksi dengan ramah lingkungan.

Dengan menempelkan telapak tangan pada layar biometric, maka para naratama tersebut meresmikan inagurasi boiler biomassa berbahan bakar sekam padi terbesar di Jawa Tengah ini. Kita doakan agar inisiatif ini bergulir di pabrik-pabrik Danone lainnya di Indonesia, bahkan diikuti oleh industri lainnya di Jawa Tengah dan seluruh Indonesia. Lingkungan terjaga, masyarakat juga sejahtera. Keep learning by traveling~