
Bandung dingin pagi itu. Dengan agak tercengang, saya melajukan sepeda motor saya melalui jalanan Bandung timur yang tak terlalu riuh. Tak biasanya saya menikmati perjalanan menuju “Bekasi”-nya Bandung itu. Rancaekek, di ujung timur sana, adalah tujuan saya berkendara sepanjang 20-an kilometer pagi itu.
Meski jauh, namun Rancaekek bukan daerah yang asing bagi saya. Kira-kira 15 tahun lalu, saya menempuh pendidikan strata 1 saya di sebuah kecamatan yang persis bersebelahan dengan Rancaekek: Jatinangor. Bisa tebak sendiri lah ya apa kampusnya. Bedanya, kalau Rancaekek masih menjadi bagian kabupaten Bandung, Jatinangor secara administratif sudah masuk kabupaten Sumedang 😌
Rancaekek (dan Jatinangor) sudah banyak berubah. Persimpangan Tol Cileunyi sekarang sudah menjadi “kolong jembatan” karena sebuah jalan tol layang kini melayang di atasnya. Melewati Pasar Dangdeur dan Rancaekek Trade Center (RTC), saya teruskan berkendara menuju rumah praktek Bidan Lia Kamila yang berada di Jl. Rancahikiang, Bojongloa, kec. Rancaekek.
Edukasi Bidan Kental Manis #1
Sambutan Keramahan yang Luar Biasa


Berada di Jl. Rancahikiang membuat saya seperti dilemparkan ke kampung halaman saya di Yogyakarta sana. Kapan lagi saya bisa melihat sawah di Bandung seperti iniiii?
Ketika saya dan Ara tiba, terlihat beberapa orang sudah sibuk beraktivitas di halaman rumah praktek Bidan Lia Kamila. Sebagian menjadi penerima tamu, sebagian lagi adalah aa-aa karang taruna, dan sebagian lagi adalah ibu-ibu yang menjadi peserta kegiatan pagi itu. Ya, inilah tujuan kedatangan kami pagi itu. Saya tidak sedang akan memeriksakan kandungan Ara, karena saat ini kedua bayi kami sudah lahir dan berusia 5 bulan. Kami datang untuk meliput kegiatan edukasi bidan terkait kental manis.
Saya merasakan atmosfer keramahan di dalam kegiatan ini, seperti menghadiri silaturahmi keluarga alih-alih kegiatan seminar resmi. Selain bingkisan berisi makanan kecil untuk para peserta, Bidan Lia juga menyiapkan coffee & tea break, kue-kue basah untuk tamu, dan air purifier. Setelah memperkenalkan diri, kami dipersilakan duduk dan menikmati kopi/teh panas. Kami yang biasa tinggal di kota tak biasa mendapatkan sambutan hangat seperti ini.

Sebelum memulai acara inti, sejumlah perangkat desa yang hadir memberikan sambutannya, tak terkecuali Camat Rancaekek saat ini, Ir. H. Diar Hadi Gusdinar, M. Si.
Gizi Seimbang untuk Generasi Emas 2045
Bidan Lia Kamila menggunakan pendekatan gizi seimbang untuk menyampaikan materi peruntukan kental manis. Selengkapnya, ia membawakan materi bertajuk, “Bidan Perangi Gizi Buruk: Edukasi Pangan Rendah Gula, Garam, Lemak dan Peruntukan Kental Manis untuk Ciptakan Generasi Emas 2045”.


Gizi seimbang adalah keseimbangan antara zat-zat penting dalam makanan/minuman yang dikonsumsi sehari-hari sesuai kebutuhan tubuh. Penyusunan gizi seimbang sendiri ditentukan oleh usia, berat badan, aktivitas, kondisi kesehatan, kebiasaan makan, ekonomi (terjangkau oleh kemampuan keluarga), sosial budaya (tidak bertentangan dengan norma/keyakinan yang dianut), dan ketersediaan pangan setempat. Gizi seimbang harus memenuhi prinsip triguna, yaitu sebagai zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
Gizi seimbang memiliki manfaatnya sendiri dari usia bayi hingga dewasa, terlebih pada masa kehamilan. Pemenuhan gizi seimbang pada masa kehamilan akan menciptakan janin yang sehat, tidak cacat, dan tidak mudah sakit. Sebagai orangtua baru, kami sudah sering mendengar tentang “1.000 Hari Pertama”. Nah, inilah masa-masa krusial untuk pemenuhan gizi seimbang anak. Meski sekarang banyak yang mengritisi karena dianggap tak lagi sesuai kondisi terkini, namun “4 sehat 5 sempurna” masih layak dijadikan pedoman pola makan seimbang karena ia mudah dipahami oleh semua kalangan.
Sayangnya, rendahnya literasi masyarakat Indonesia menjadi tantangan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Dari 61 negara, Indonesia ada di peringkat 60 😅 Tentu ini bukan sebuah prestasi yang layak dibanggakan. Hal ini membuat masyarakat juga jadi rendah literasi akan gizi anak, yang membuat maraknya konsumsi kental manis sebagai susu untuk anak.
Padahal, kental manis bukanlah susu.


Sebagian dari kita mungkin masih ingat dengan polemik kental manis yang terjadi tahun 2018 silam. Persepsi yang salah ini sebagian besar diperoleh dari media massa (73%), seperti TV dan radio. Mirisnya, ada 13% suara yang mengaku mendapatkan informasi itu dari petugas puskesmas! Meski polemik ini terjadi, survey pada tahun 2019 mendapatkan data bahwa 37% ibu masih menganggap kental manis sebagai susu yang menyehatkan anak. Tak kurang dari 26.7% ibu masih memberikan kental manis untuk anaknya setiap hari.
Dalam pernyataan persnya, BPOM sudah menegaskan bahwa kental manis bukanlah susu. Kental manis hanya tinggi gula, namun rendah gizi. Kandungan protein cuma 1 gram, kalsium pun hanya 0,012 gram, eh gulanya malah 19 gram sendiri.
Bukannya tumbuh sehat, anak yang rutin mengonsumsi kental manis justru mengalami kurang gizi, karies gigi, pertumbuhan terhambat, dan malah risiko penyakit degeneratif seperti diabetes. Sebanyak 14,5% anak dengan gizi buruk mengonsumsi kental manis lebih dari 1 gelas/hari. Hal yang sama dialami 29,1% anak yang mengalami kurang gizi. Sebaliknya, 56,4% anak dengan gizi cukup justru tidak mengonsumsi kental manis.
Jika dibandingkan dengan negara-negara maju di Eropa sana, budaya susu kita memang kalah telak. Finlandia, sebagai contoh, negara paling bahagia di dunia sekaligus negara dengan pendidikan terbaik. Konsumsi susunya mencapai 431 kg per kapita dong! Bandingkan dengan konsumsi susu kita yang hanya 15 kg per kapita.


Jadi, untuk kebutuhan susu anak dan kita semua, konsumsilah Air Susu Ibu (ASI), susu bubuk, susu ultra high temperature (UHT), atau susu sapi segar! Tinggi kandungan kalsium, protein, karbohidrat, dan nutrisi bermanfaat lainnya. Susu memang berwarna putih, namun tak semua yang putih itu susu.
Memasuki sesi tanya jawab, saya melihat ibu-ibu dan teteh-teteh yang antusias untuk belajar. Ada yang bertanya terkait pola makan gizi seimbang, soal kental manis, dan beberapa topik lainnya. Peserta yang bertanya mendapatkan hadiah tambahan dari Bidan Lia.


Selain bingkisan berupa snack yang diberikan di awal acara, kami pulang membawa kotak makan siang yang disiapkan panitia. Wah saya merasakan semangat Bidan Lia dalam menggelar edukasi di rumah prakteknya. Sekilas, topiknya terkesan klise buat kalangan kita, tapi ternyata masih banyak warga di sekitar rumahnya yang belum paham. Edukasi dan informasi seperti ini perlu terus digaungkan untuk mewujudkan Generasi Emas yang penuh harapan.
Oke, kegiatan pertama sudah selesai, sekarang saatnya saya berpindah ke lokasi berikutnya di Margahayu Tengah.
Edukasi Bidan Kental Manis #2
Disambut dengan Antrean Warga yang Datang Berbondong-Bondong
Ketika mendengar nama “Margahayu Tengah”, saya langsung berpikir bahwa lokasinya ada di sekitaran Metro Trade Center. “Ah, nggak terlalu jauh lah dari Rancaekek dan rumah. Masih sama-sama Bandung timur,” batin saya. Ternyata, saya salah dan sok tahu. Margahayu Tengah terletak nun jauh di sana, masuk dari Jalan Raya Kopo. Untuk menuju Kantor Kepala Desa Margahayu Tengah yang beralamat di Jl. Sadang no. 90 RT 02 RW 08 Margahayu Tengah, kec. Margahayu, saya melalui Miko Mall hahaha.


Di Margahayu Tengah, giliran saya meliput edukasi kental manis yang kali ini disampaikan oleh Bidan Yanyan Mulyani. Kali ini, kegiatan berlangsung di dalam GOR (Gelanggang Olahraga) yang masih menjadi bagian dari Kantor Desa Margahayu Tengah. Ketika saya tiba, akses pintu masuk GOR sudah dipadati oleh ibu-ibu dan remaja putri yang ingin mengikuti kegiatan edukasi. Saya sampai harus memecah antrean agar bisa masuk ke dalam GOR. Ternyata GOR-nya luas dan tinggi, sangat cukup untuk mengakomodasi jumlah peserta sebanyak itu.
Tak ada waktu lagi untuk bersantai dan menyeruput kopi karena sesaat lagi acara akan dimulai. Setelah berkenalan singkat dengan ibu bidan, saya pun segera beraksi.
Edukasi Unik dengan Demo Masak Ibu Bidan
Untuk menyampaikan materi peruntukan kental manis, Bidan Yanyan menggunakan pendekatan stunting dan membagikan resep makanan bergizi. Edukasi yang ia berikan diberi judul, “Mengenal dan Mencegah Stunting dengan Gemar Ikan dan Puding Daun Kelor Serta Peruntukan Kental Manis.”


Sebagai alumnus salah satu program digital academy sebuah produsen susu bubuk, saya sudah sering mendengar tentang stunting. Stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan tinggi badan seseorang terhambat akibat kekurangan gizi kronis. Selain tubuh pendek di bawah rata-rata, tanda-tanda lainnya adalah berat badan stagnan bahkan turun, pertumbuhan gigi terlambat, dan kemampuan belajar menurun. Stunting perlu diawasi, karena dalam jangka panjang mampu menyebabkan penurunan kemampuan kognitif otak, penurunan kekebalan tubuh, dan risiko penyakit metabolik seperti jantung.
Stunting disebabkan karena kurangnya nutrisi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Maka dari itu, konsumsi GGL (gula, garam, lemak) anak perlu diatur ketat. Anjuran dari Kementerian Kesehatan RI adalah 50 gram gula, 5 gram garam, dan 67 gram lemak.


Bidan Yanyan membagikan fakta betapa bergizinya daun kelor sebagai alternatif untuk asupan makanan bergizi anak! Daun kelor mengandung 3 kali potasium pisang, 4 kali vitamin A wortel, 3 kali zat besi bayam, 7 kali vitamin C jeruk, bahkan 4 kali kalsium susu. Saya sendiri baru tahu fakta mindblowing ini, ternyata daun kelor sebergizi itu!
Tak sekadar membagikan informasi melalui lisan, Bidan Yanyan membagikan resep puding daun kelor melalui demo masak singkatnya. Bahan-bahannya mudah didapat, resepnya mudah dibuat. Untuk mempersingkat waktu, ia sudah menyiapkan puding daun kelor yang sudah jadi untuk diicipi secara gratis oleh beberapa peserta beruntung. Ia menambahkan, kental manis bisa ditambahkan sebagai topping atau tambahan, bukan sebagai bahan utama.
Ia menegaskan, kental manis adalah salah satu dari 10 makanan dengan kandungan gula tinggi yang sering dikonsumsi anak-anak. Selain kental manis, masih ada sirup, permen, cokelat, gula pasir, madu, jelly, selai, pemanis buatan, bahkan gula merah. Susu memang dibutuhkan anak-anak sebagai asupan protein hewani yang bergizi, namun sayangnya kental manis bukanlah susu. Pilihlah ASI, susu sapi segar, susu bubuk, atau susu UHT.



Bukannya memberikan nutrisi, kental manis justru membuat kurang gizi karena kandungan gula yang terlalu tinggi. Beberapa contoh kasus kental manis pada balita adalah bayi Arisandi (10 bulan, Kendari, 2018), bayi Vania (10 bulan, Batam, 2018), bayi Adam Saputra (7 bulan, Konawe, 2018), dan bayi Kenzie (16 bulan, Bekasi, 2023).
Meski suasana selama penyampaian materi agak riuh, namun tidak menyurutkan semangat peserta untuk tetap belajar dan mengajukan pertanyaan. Salut lho, ibu-ibu masih tetep antusias menyimak materi sambil mengurus si kecil atau menahan nyeri pinggang kehamilan.
Sebelum berpamitan, Bidan Yanyan menyampaikan pada saya bahwa puding daun kelor merupakan hasil penelitiannya dan bahkan sudah dipatenkan. Terima kasih untuk kerja keras dan cerdasnya, Ibu Bidan. Semoga dapat terus melahirkan inovasi-inovasi yang bermanfaat untuk peningkatan gizi masyarakat.

Dua program edukasi bidan di atas hanyalah sebagian kecil dari program yang diinisiasi oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) yang bekerjasama dengan PD IBI (Ikatan Bidan Indonesia) Jawa Barat. Lomba edukasi Bidan Sahabat Ibu dan Anak se-Bandung Raya ini merupakan pilot project yang nantinya akan diikuti oleh kota-kota lain di Indonesia. Lomba ini merupakan wujud apresiasi untuk para bidan di Jawa Barat khususnya Bandung Raya, meliputi wilayah kota Bandung, kabupaten Bandung, kabupaten Bandung Barat, kabupaten Sumedang, dan kota Cimahi.
Pengumuman dan awarding night akan dilangsungkan nanti pada tanggal 2 Oktober 2023. Klik di sini untuk info selengkapnya ya.
Berdiri sejak 28 Juli 2017, YAICI adalah sebuah lembaga mandiri yang memiliki visi Generasi Indonesia Emas 2045 dengan menumbuhkan anak-anak dan perempuan Indonesia yang cerdas nan berbudi luhur. Fokus YAICI adalah kesehatan, pendidikan, dan lingkungan untuk mengentaskan kemiskinan melalui pembelajaran. Dalam menjalankan misinya, YAICI bekerjasama dengan lembaga pemerintah dan korporasi swasta yang memiliki program tanggung jawab sosial pada masyarakat.


Selasa sore, 22 Agustus 2023, saya pulang ke rumah dengan melambungkan harap agar edukasi yang diberikan dari inisiatif YAICI tadi tertanam dan bertumbuh di dalam hidup setiap ibu dan anak-anak Indonesia. Saya bersyukur ada program seperti ini yang terus menggaungkan edukasi terkait gizi sedari dini, khususnya terkait kental manis yang hingga saat ini masih banyak disalahartikan. Berawal dari mengajar satu perempuan, berakhir dengan satu bangsa yang terdidik. Keep learning by traveling~














Parah yaaa brainwash zaman orba segitu marasuknya sampe SKM dianggab susu 😅. Untungnya mamaku dr dulu memang ga suka SKM mas, Krn kemanisan ituuu. Jadi kami ga pernah Diksh SKM even untuk topping puding mama ga suka juga.
Jadinya aku terbiasa utk ga konsumsi itu.
Tapi masiiih inget banget iklannya dulu, anak sekolah buru2 berangkat, tapi ibunya udh nyiapin susu 😄. Aku akuin segala macam iklan dan tagline zaman orba, kebanyakan berbekas di kepala.
4 sehat 5 sempurna buktinya, walo udh ga sesuai, tp aku ya masih ingetnya kesitu 😄
Aku (dan mamakku) adalah salah satu korban susu kental manis juga hahaha. Bahkan aku masih konsumsi SKM sampai SMP atau SMA kali ya, baru stop saat merantau ke Bandung untuk kuliah.
Tapi dulu syukurnya tetep konsumsi Dancow juga. Cuma dia kan cepet abis yak, per porsi 3 sendok gitu wkwk. Jadi SKM buat selingan.