Halo, kaum backpacKeren dan travelista. Selamat datang di episode 2 seri “Enjoy Jakarta” 😀 #macemsinetronsaja #biarlah
Untuk malam pertama dalam kunjungan saya jalan-jalan di Jakarta ini, saya menginap di Hotel BnB yang terletak di Jl. Bukit Gading Raya, Boulevard Gading Barat, Kelapa Gading – Jakarta Utara. Jangan tanya kode posnya berapa, gue nggak tahu. Lokasinya relatif mudah ditemukan, cukup belok kiri (dari arah bunderan Kelapa Gading) di Marina Kelapa Gading. Nah, hotelnya ada di sisi kanan jalan, tampak bagai seonggok balok raksasa yang dijatuhkan dari langit. Asyiknya lagi, saya bisa menginap gratis di hotel bintang 3 ini. Bukan karena menang kontes blog kok, tapi karena… kepentingan bisnis 😉
Hotel THE BnB ini masih terbilang baru, jadi maklum kalau belum terlalu banyak orang yang tahu. Bangunannya tidak terlalu tinggi, seperti hotel bintang 3 kebanyakan, dengan desain interior bergaya modern minimalis dan warna merah – putih yang mendominasi. Tarif normalnya sekitar Rp 325.000,00 per malam. Nah, sekarang lagi ada promo sampai tanggal 30 September ini, makanya buruan book! #malahpromosi
Setelah melalui sebuah pintu masuk dari kaca berwarna merah ngejreng, saya disambut oleh sepasang petugas resepsionis yang berdiri di balik front-desk. Mereka kompak menyapa dengan ramah sambil melengkungkan seuntai senyum, menjiwai tulisan “Hello, there. Apa kabar?” yang terpampang di belakangnya. Saya lantas melakukan prosedur check-in dengan mengisi data diri dan menunjukkan kartu identitas.
Sambil menunggu kunci kamar, saya berjalan mengelilingi lantai satu hotel ini. Di depan front-desk, sepasang kursi unik berwarna merah mejeng mengapit sebuah meja. Ini dia kursi merah khas hotel The BnB, yang selalu gue lihat di website resmi mereka di sini. Bergerak ke kiri, saya menemukan lobby, ruang makan besar, dan cafe Kafein. Semuanya dalam satu ruangan besar, tanpa sekat.
Bagian lobby-nya enak banget buat leyeh-leyeh. Sofa-sofa empuknya berdiri beralaskan karpet bulu yang unik, seperti bulu ayam tapi lebih besar. Di sebelahnya, berderet meja-meja panjang dengan beberapa eksemplar surat kabar ibukota yang menunggu untuk dibaca. Ada sebuah freezer di sudut ruangan berisi minuman-minuman kemasan, tak jauh dari televisi layar datar yang siap mengusir kebosanan. Sementara di tepi kanan ruangan besar itu, cafe “Kafein” menata dirinya dengan meja-meja dan kursi-kursi kayu yang imut serta beberapa tanaman (entah asli atau sintesis) berbentuk bulat. Dua orang bartender tampak siaga di balik bar. Disediakan pula beberapa bangku di teras hotel untuk bersantai menikmati kopi.
Sang petugas resepsionis memanggil saya, memberikan sebuah kunci kamar bernomor 1019. Kuncinya unik! Alih-alih memiliki bentuk konvensional seperti yang sudah biasa kita lihat, kunci kamar ini berbentuk sebuah kartu merah. Selain berguna untuk membuka dan mengunci pintu kamar, juga berfungsi untuk menggunakan lift dan menyalakan / mematikan lampu. Canggih! Thanks to bapak room boy yang mengajarkan kecanggihan itu pada saya yang katrok ini.
Oh ya, ada sebuah ruangan dengan beberapa set komputer untuk mengakses internet di seberang lift, di samping meja resepsionis. Sangat memahami segmentasinya yang adalah kalangan urban-explorer yang muda, enerjik, dinamis, dan memiliki mobilitas yang tinggi. Username dan password diberikan bersamaan dengan pemberian kunci kamar 🙂
Kamar saya ada di lantai 1. Ternyata lantai paling bawah tadi dinamakan lantai L, lalu di atasnya ada lantai M yang berisi ruang-ruang pertemuan, baru akhirnya lantai 1 dan 2 (sampai 3 nggak sih? lupa) yang berisi kamar-kamar pengunjung. Untuk ruang-ruang pertemuan di lantai M, bakal gue jelasin nanti 🙂
Tiba di lantai 1, pintu lift terbuka. Kami dihadapkan dengan sebuah lorong temaram dengan kamar-kamar yang mengapit di kedua sisinya. Sampai di kamar 1019, bapak room boy menempelkan kartu pada papan biometri kecil di bagian yang biasanya menjadi engsel pintu. Terdengar bunyi beep, lalu pintu terbuka. Beliau memasukkan kartu ke dalam sebuah slot di samping pintu bagian dalam. Seketika lampu kamar menyala. Wuogh! Keren pake “Z”! Saya lalu ditinggalkan seorang diri di dalam kamar.
Udara sejuk AC menyergapku, perlahan melenyapkan rasa gerah yang menyelimuti raga. Di balik pintu kamar ini, ada sebuah wastafel lengkap dengan cermin dan sabun cuci tangan. Sebuah rak kayu berisi sandal, odol, sikat gigi, dan dua botol air mineral bertengger di sisinya.
Kamar mandi terletak di sisi yang lain, dengan kaca buram yang menjadi sekatnya. WC dan shower dipisahkan. WC-nya tidak memiliki selang, gue harus memaksakan diri pakai tisu untuk membersihkan kotoran saat pup -____-. Tidak ada tong sampah, hanya menyediakan sebuah kantung plastik putih untuk membuang tisu-tisu kotor. Di bagian atas WC, tiga buah handuk diletakkan dengan rapih di atas sebuah partisi. Sementara itu, selembar kain putih kasar untuk keset (yang tadinya gue kira handuk juga) diletakkan di atas kloset. Sebuah sabun cair yang juga bisa digunakan sebagai shampoo disediakan di kamar mandi. Jadi nih ya, kalau misal mentok-mentoknya kurang persiapan banget dan lupa bawa sabun, odol, sikat gigi, sendal, dan handuk, masih tetep aman. Semuanya ada di hotel!
Sebuah televisi layar datar mejeng di atas meja kayu, menyuguhkan saluran-saluran televisi nasional dan lokal yang tangkapan sinyalnya kurang jernih. Sebuah colokan standar dan colokan kaki tiga ada di dekat meja. Jadi kalau mau liburan sambil tetep ngerjain deadline, bisa banget kok! Apalagi kursinya itu nyaman banget. Empuk, bisa berputar, ditambah sebuah bantal bertuliskan “Hello, Gorgeous!” yang asyik kalau dipeluk.
Dua buah ranjang empuk berjejer di sudut ruangan, dilapisi dengan sprei berwarna putih. Ada satu buah colokan lagi di dekat tempat tidur. Jadi, digabungkan dengan colokan di dekat rak, ada total 3 colokan standar dan 1 colokan kaki tiga di kamar ini. Sudah lebih dari cukup kalau buat gue. Kalau masih kurang, bawa terminal sekalian roll-cable aja, dan kamar siap difungsikan sebagai kantor dadakan.
Yang menarik buat saya adalah lampu tidurnya ini nih, berbentuk trapesium lonjong yang terkesan modern, unik, dan simpel 🙂
Setelah beberapa menit menghabiskan waktu dengan menyaksikan Channel News Asia, saya memutuskan untuk mandi. Sempet agak kebingungan bagaimana menyalakan shower-nya. Saya tekan tuasnya berkali-kali, malah air keran mengucur. Saya putar-putar tombol di atasnya juga nggak guna. Ternyata, selain tuas yang harus ditekan, tombolnya juga harus ditarik. Baru air shower-nya ngocor. Payah banget gueee!
Enak! Air yang hangat, bahkan terkesan agak panas, sukses merilekskan tubuh yang sudah capek dan kedinginan. Saya tidak menemukan remote AC di dalam kamar untuk menaikkan suhunya 😦
Hotel THE BnB ini dekat dengan kawasan kuliner di Boulevard Kelapa Gading, Mal Kelapa Gading 1-2-3, La Piazza, dan Mall of Indonesia. Saya dan teman kamar saya memutuskan untuk makan malam di Sop Iga Jakarta – Kafe Phoenam (dua tempat jadi satu) di Boulevard Kelapa Gading. Detil cerita tentang makan malam ini akan saya pisahkan di postingan berikutnya 🙂
Waktu sarapan di Hotel THE BnB adalah pukul 6 – 10 pagi. Untuk hari Sabtu, 14 September 2013 ini, menunya adalah fuyunghai, chicken black pepper, dan dua macam sayuran semacam cap cay, lengkap dengan roti tawar, buah-buahan, dan kopi atau teh sebagai pilihan minuman. Saya cukup mengambil fuyunghai dan chicken black pepper saja 😀
Sejatinya, peraturan makan di Hotel THE BnB ini adalah “self clearing service”. Jadi, setelah pengunjung mendaftarkan dirinya dan mengambil makanan, piring dan gelas kotornya dikembalikan sendiri di spot yang sudah ditentukan. Sayangnya peraturan yang mengajarkan kemandirian ini tidak banyak diterapkan oleh para pengunjungnya. Yang tertib cuma bule-bule asing dan anak-anak muda. Sayangnya lagi, staff juga tidak menegur atau mengingatkan pengunjung yang tidak membereskan piring kotornya sendiri. Takut disemprot kali yaaa, hihihi.
Sebelum check-out pukul 12.00 (bisa juga late check-out jam 12.30), saya keliling-keliling hotel dulu, terutama ke lantai M untuk ambil beberapa gambar dan mencari informasi. Lantai M ini diisi dengan ruang-ruang pertemuan. Ada berbagai tipe tempat duduk yang disediakan: lesehan, seminar / satu arah, saling berhadapan, atau melingkar. Tinggal pilih sesuai dengan jenis forum yang akan diselenggarakan. Sebuah ruangan terbentang luas di depan ruang-ruang itu, mungkin bisa difungsikan sebagai lobby atau ruang prasmanan kali ya.
Sekitar jam 11.30 saya sudah check-out pergi meninggalkan hotel. Sedih rasanya harus meninggalkan hotel yang nyaman dan gratisan ini. Entah di mana saya harus tidur malam ini, karena teman saya yang rencananya akan menjadi travel-guide dan tempat nginep gratis sedang terkena musibah. Nggak enak juga kalau maksa-maksa.
Cheers! 🙂
Hai Mas Matius Teguh Nugroho! Salam kenal..
Tulisan mengenari review hotel ini sangat bagus. Kalau tidak keberatan tertarik jadi kontributor majalah kantorku gak mas? Lebih lanjutnya bisa hubungi saya via email : fauziah@divusi.com ya. Ditunggu konfirmasinya as soon as possible. Trims 🙂
Regards,
Fauziah
Hai, salam kenal. Boleh, saya coba email ya 🙂
Banyak temen di jakarta jadi belom pernah nginep di hotel dah, tapi lumayan juga deh ni hotel buat direkomendasiin 🙂
[…] The BnB Kelapa Gading (puji Tuhan sekarang hotelnya masih bertahan) adalah hotel pertama yang gue ulas di blog ini. Saat itu, tahun 2013, gue menginap gratis di The BnB Kelapa Gading. Sama sekali bukan sebagai blogger atau influencer, namun urusan pekerjaan lepas. Nah, coba deh kalian tengok tulisannya. Meski alat dokumentasi gue masih seadanya (saat itu memakai handycam, hadiah dari juara 1 lomba blog VoucherHotel) dan cara mengambil fotonya juga masih sangat amatir, tapi foto-foto yang gue ambil udah detil. Dari reception area, restoran, kamar dan fasilitasnya, sampai fasilitas hotel, semua terabadikan. […]