Kami sampai di stasiun MRT Harbourfront. Dari situ, kami naik ke lantai 3 Vivo City untuk menyeberang ke Pulau Sentosa. Kami memilih menggunakan moda transportasi yang murah meriah, yakni Sentosa Express. Hanya seharga 4 SGD,dan bisa dipakai pulang-pergi. Nah, nggak kayak MRT yang kemarin udah gue ceritain, Sentosa Express adalah sebuah moda transportasi berbasis monorel. Lintasannya melintang di atas selat kecil yang memisahkan dataran Singapura dengan Sentosa.
Gerbong Sentosa Express hanya 2, dicat dengan warna-warna ngejreng dan unyu-unyu (pink, misalnya). Ada beberapa perhentian yang bisa dipilih: Waterfront, Imbihan, dan Beach. Waterfront adalah perhentian yang paling sering dipilih, karena semua atraksi utama Resort World Sentosa ada di sini: Universal Studio, kasino, dan wahana-wahana lainnya. Alternatif transportasi lain menuju Sentosa adalah dengan Cable Car yang ekstrim itu (baik harga maupun sensasinya). Gue sih enggak usah ya, makasih deh.
Nggak lama setelah kami turun dari Sentosa Express, kami sudah menemukan ikon sejuta umat itu — bola dunia Universal Studio, nyahahahaha. Kami reflek foto-foto narsis di depannya, sebagai bukti otentik keberadaan kami di Sentosa. Kami berjalan lagi, melalui Sea Aquarium dan Museum yang harga tiketnya bikin kantong para backpacker langsung kempis, dan menemukan sebuah promenade. Kami bisa menikmati panorama selat dan gedung-gedung daratan Singapura dari situ.
Kuatnya rasa lapar dan haus yang mendera jiwa raga (lebay) menggiring kaki kami untuk melangkah menuju Seven Eleven — sang juruselamat kami selama di Singapura. Gue beli sebungkus roti dan sebotol Pocari Sweat, sekedar buat ganjal perut sampai malam tiba. Udah sore, mau makan siang udah males, mending langsung dibablasin sampai malem. Kami menikmati makan siang kami yang menyedihkan ini di halaman Seven Eleven, bersama sekumpulan staff yang lagi asyik kongkow-kongkow sambil ngepul.
Udah, habis itu kami langsung cabut ke Chinatown, nggak eksplor Pulau Sentosa lebih jauh. Tujuan kami ke Singapura sendiri sebenernya adalah eksplor kotanya, mempelajari bagaimana warganya, gaya hidupnya, transportasinya, kulinernya, dan sebagainya. Jadi kami pun nggak maksain diri buat bisa dapet semua objek wisata keren di sana. Mungkin ada yang bilang, “Ngapain jauh-jauh ke sana kalau nggak masuk Universal Studio? Kalau nggak nonton Songs of The Sea? Kalau nggak ke SBG?” dan seterusnya dan sebagainya. Sebenernya Songs of The Sea udah masuk itinerary gue, tapi nggak jadi, karena mendadak miskin dan nggak punya duit buat beli tiketnya seharga 10 SGD. Well, ini quote gue hehe, “I travel not for picnic or recreation, I travel for learning and observing.” J
[…] yang bisa dikunjungi dengan gratis. Singapura menawarkan seisi kotanya. Kecuali kalau kamu ke Sentosa Island atau Universal Studios Singapore (USS), itu jelas mahal. Yang paling menantang menurut gue adalah […]