Halo, para TraveLearn. Duh, maap maap kate ye udah lama banget nggak update blog. Maklum, hidup baru gue sebagai Management Trainee di sebuah perusahaan retail cukup menyita waktu dan tenaga gue. Belum laptop gue yang makin rewel, suka tiba-tiba nggak mau konek ke listrik (sementara baterenya udah soak, mati aja dah).
…
Errr, kok malah jadi curcol ya..
Oke, kembali ke zaman purba cerita traveling gue. Nggak traveling yang jauh-jauh sih, cuma ke Gereja Katedral aja yang lokasinya hanya sepelemparan beha dari apartemen gue #cieeee
Saat itu malam natal, tanggal 24 Desember 2013. Gue memutuskan untuk mengikuti misa di Gereja Katedral bareng dua orang temen sekamar. Lebih tepatnya temen satu barak sih, karena satu kamar isinya DUA BELAS ORANG!!! #ngap-ngapan
Padahal gue bukan Katolik, gue Kristen Protestan. Keputusan ini gue ambil karena..
- Gue pengen banget menikmati misa dengan nuansa Natal yang tradisional dengan lagu-lagu klasiknya
- Gue pengen banget ke Gereja Katedral
- Gue nggak tau jadwal ibadah Natal yang deket sama apartemen gue di Kemayoran #plak
Ehem, meski alasan nomor 1 sudah mutlak gagal dipenuhi (karena ternyata lebih banyak lagu-lagu khas Katolik, ya iyalaaaahhh), seenggaknya gue bisa menikmati keanggunan dan keagungan Gereja Katedral Jakarta yang tersohor itu.
Kami menuju Katedral menggunakan taksi, yang hanya membutuhkan tebusan sebesar Rp 16.000 sekali jalan. Deket banget sumpah! Padahal kalau naik busway muternya udah kayak mau ke Semarang lewat Ciamis. Baru aja menikmati empuknya kursi Taksi Express nih (eh sebut merek) (yawis), tau-tau udah nyampe aja. Gue kaget karena jemaatnya membludak sampai keluar keluar. Meski misa jam 22.00 masih beberapa menit lagi, tapi kami langsung saja masuk ke dalam area Katedral, berjalan tersaruk-saruk menembus kerumunan jemaat yang berdesakan. Ya jemaat misa sebelumnya yang belum kelar, ya jemaat misa berikutnya yang mau masuk.
Selama beberapa saat kami para calon jemaat haji kloter 3 menunggu di depan pintu Katedral, hingga pintu akhirnya dibuka dan kami berhasil mendapat tempat duduk di dalam. Yah, meskipun, harus diakui, posisinya agak kurang bagus. Agak ke pinggir sih, jadi nggak bisa menikmati altar Katedral yang mega klasik itu *ini sebenernya mau ibadah apa mau piknik sik?*
Gereja Katedral ini bernama asli Gereja Santa Maria Pelindung Diangkat ke Surga dan pertama dibangun pada 1901. Arsitekturnya bergaya neo-gotik, terlihat sangat memukau dari luar. Tapi ternyata, begitu masuk ke dalem, nggak seperti yang gue kira. Sangkanya dalemnya gede banget dan megah banget, tapi ternyata ukurannya biasa aja. Megah sih iya, tapi nggak yang megah luar biasa seperti sangkaan gue. Agak over-expected sih emang. Tidak ada fresco atau mozaik di dalamnya.
Katedral dibiarkan tanpa sentuhan teknologi, kecuali beberapa buah kipas angin yang ditempatkan di beberapa titik di bawah langit-langit. Jadi, ya… agak “hangat” di dalam. Instrumen musik yang digunakan juga nggak banyak, hanya keyboard atau piano sepertinya, bukan instrumen full-band lengkap seperti gereja-gereja kharismatik langganan gue.
Jujur, gue susah payah nahan kantuk selama misa *lanjut curcol*
Misa pun selesai. Banyak jemaat yang menyempatkan waktu untuk mengambil dokumentasi gambar di dalam Katedral. Kayaknya sih, ini juga banyak jemaat “musiman”. Yang hanya dateng pas Natalan, atau lagi main ke Jakarta selagi libur, dan akhirnya menjadikan momen ini sebagai ajang untuk beribadah sekaligus berekreasi murah meriah. Jemaat yang Kristen Protestan kayak gue juga ada beberapa, kentara banget karena mereka tidak ikut mengambil hosti, atau tidak mengatupkan tangan di atas dahi.
Sejarah Gereja Katedral yang lebih lengkap, atau foto Katedral dari depan, bisa googling sendiri ya. Udah banyak foto-foto yang bagus. Merry Christmas and a Happy New Year, anyway 🙂
Merry Christmas Teguh..
Merry christmas juga, mbak :))