Panduan Menerapkan Gaya Hidup Minim Sampah Makanan Buat yang Suka Jalan-Jalan

Siapa di sini yang suka kulineran?

Bertualang kuliner menjadi salah satu pengalaman yang biasanya disisipkan dalam sebuah perjalanan. Udah jauh-jauh ke situ, masak nggak cobain makanan khasnya? Minimal satu deh. Selain melengkapi cerita, juga untuk diunggah di linimasa. Namun terkadang kita lupa, bahwa makanan yang kita beli “demi sekadar icip-icip” itu harus tetap dihabiskan hingga tandas.

Kamu mungkin sudah tahu bahwa Indonesia adalah penyumbang sampah sisa makanan (food waste) terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. Kalau ditotal dalam satu tahun, sampah sisa makanan kita beratnya bisa sampai 13 juta ton! Ini berarti ada 300 kg sampah sisa makanan yang disumbangkan masing-masing orang per tahun. Padahal, menurut data dari Badan Pusat Statistik yang dilansir Tirto, sampah sisa makanan sebanyak itu mampu untuk memberi makan 28 juta orang, hampir sama dengan jumlah masyarakat miskin di Indonesia.

Lebih lanjut, DKI Jakarta sang ibukota adalah kontributor terbesar dalam kesia-siaan ini, tepatnya 3.639 ton sampah organik dalam satu hari, bandingkan dengan 3.193 ton sampah anorganik. Surabaya, yang meraih penghargaan Adipura pada 2017-2018, tetap menyumbang 905 ton sampah organik dan 761 ton sampah anorganik.


Tak Hanya Sebuah Kesia-siaan, Namun Juga Pencemaran Lingkungan

Membuang sisa makanan tak cuma perkara kemubaziran. Kita tentu tahu betapa rendahnya ketertiban orang Indonesia dan sistem pengelolaan sampah kita dalam memisahkan sampah organik dan sampah anorganik. Nah, saat dua jenis sampah itu bersatu, akan menghasilkan cairan beracun bernama “leachate” yang sangat berbahaya bagi kebersihan air dan tanah. 

Infografis Sampah Makanan di Indonesia

Menurut data Badan Pusat Statistik di tahun 2017 yang dilansir Tirto, 38 dari 82 sungai di Indonesia berada dalam status TERCEMAR BERAT! Selain Sungai Ciliwung dan Sungai Citarum yang kita udah banyak tahu, Sungai Brantas di Jawa Timur dan Sungai Musi di Sumatera Selatan juga masuk hitungan lho. Padahal gue pengen sungai-sungai kita tuh bersih kayak Sungai Han di Korea Selatan atau Sungai Cinta di Kaohsiung, Taiwan.

Belum lagi masalah emisi karbon dan gas metana, duh. Dampaknya nggak cuma “sekadar” pemanasan global, tapi juga perubahan iklim, penurunan nutrisi pada tanah, sampai kepunahan flora dan fauna kita. Sebagai tukang pamer di Instagram, nggak mau ‘kan itu terjadi?


Lalu Bagaimana? Ini Tips Bebas Sampah Makanan versi thetravelearn.com

Sampah sisa makanan ini adalah tugas setiap orang, bukan pemerintah. Pemerintah bisa membantu dengan membuat sederet peraturan, tapi tetap, eksekusinya ada di tangan kita. Maka dari itu, marilah kita bersama-sama budayakan gaya hidup minim sampah makanan.

Entah bagaimana aku menumbuhkan kebiasaan menghabiskan makanan seperti sekarang. Aku tak ingat omelan ibu tentang ini. Yang jelas, sekarang aku selalu merasa sayang tiap kali berniat membuang atau meninggalkan sisa makanan. Mungkin secara nggak sadar aku berpikir, makanan ini sudah dibuat dan lalu dibeli dengan uang. Membuang makanan berarti membuang uang.

Ini yang biasanya aku lakukan untuk menerapkan gaya hidup minim sampah makanan. Mungkin nggak semuanya cocok untukmu, tapi siapa tahu bisa jadi referensi atau inspirasi.

Tips gaya hidup minim sampah makanan oleh thetravelearn.com

Mengira-ngira apakah aku bisa menghabiskan makanan itu, baik dari segi porsi atau rasa. Kalau takut tapi penasaran (eh, kok jadi kayak mau stalking mantan), bisa dicoba mengambil sedikit dulu. Kalau cocok, baru tambah lagi. Bisa juga dengan mencicipi atau mencium aromanya dan mencari tahu tentang makanan itu dari yang memasak. Ini apa? Masaknya gimana? Bumbunya apa aja? Pedes banget nggak? Boleh minta gratis nggak?

Mengambil dengan porsi secukupnya. Hampir sama dengan poin sebelumnya, tapi di sini kondisinya aku sudah tahu bahwa aku menyukai makanan itu. Betul, buat makanan favorit pun, jangan buru-buru lapar mata dengan mengambil banyak sekaligus. Nanti tahu-tahu kekenyangan terus eneg, gimana hayo? Porsi makanku sendiri berbeda dengan cowok-cowok kebanyakan. Aku biasa minta nasi setengah porsi di warteg atau rumah makan padang, dan tetep agak kebanyakan buatku.

Makan secara bertahap. Ini kulakukan saat sedang menginap di hotel. Sebagai seorang pengulas hotel atau hotel influencer, rasanya pengen cobain sebanyak mungkin menunya saat sarapan. Yang biasanya aku skip adalah makanan-makanan yang nggak dimasak, seperti roti tawar dan sereal. Jadi aku ambil hampir semua makanan yang tersaji, tata di meja, lalu kemudian disantap bertahap. Biasanya aku selingi dengan foto-foto, chatting, dan menjelajah media sosial. Rata-rata aku menghabiskan waktu 2 jam dari pertama datang ke ruang makan hingga meninggalkan ruangan.

Temen-temen traveler penting banget buat melakukan gaya hidup minim sampah makanan, karena dari yang kubaca di Media Indonesia, hotel dan restoran adalah penyumbang sampah sisa makanan terbesar!

Sarapanku di Best Western Premier La Grande Bandung, semuanya habis!

Hindari tempat-tempat makan yang porsinya terlalu banyak dan nggak ada opsi untuk dikurangi. Makanya aku juga lebih suka makan di cafe daripada restoran karena porsinya pas untukku. Kalau misalnya pengen banget makan di tempat yang porsinya banyak itu, maka…

Cari teman yang bisa kamu andalkan untuk menghabiskan makanan kalian. Nggak cuma soal bisa menampung makanan dalam jumlah banyak, tapi juga nggak keberatan menghabiskan makanan sisamu. Ada ‘kan orang-orang tertentu yang nggak mau menyentuh makanan sisa orang lain seberapa lapar dan pengennya dia.

Sebisa mungkin kurangi ketidaksukaan kamu dengan makanan-makanan tertentu, apalagi kalau daftarnya udah banyak dan udah sampai di tahap yang merepotkan kamu atau orang-orang di sekitarmu. Aku dulu juga nggak suka makan sayuran kok. Lalu kulatih dengan makan sayuran bersama daging. Lama-lama aku jadi bisa makan sayuran sendiri tanpa lauk, dengan berbagai olahan (rebus, tumis, dsb). Sejauh ini sih nggak ada sayuran yang nggak mau kumakan. Sayur daun pepaya yang pahit itu, terong yang mblenyek-mblenyek itu, aku tetep bisa makan.

Tips ini tetap kumasukkan di daftar ini karena ada kondisi tertentu di mana kita nggak bisa mengontrol apa yang akan kita makan, misalnya saat dikasih nasi kotak. Oh ya, kalau kamu nggak bisa mengonsumsi makanan-makanan tertentu karena faktor kesehatan, seperti alergi atau punya penyakit tertentu, itu lain cerita ya.

Mirisnya, masih dari Media Indonesia, sampah sayur dan buah adalah sampah sisa makanan terbesar, Gengs! Masing-masing adalah sebesar 7,3 kg dan 5 kg. Coba mulai ingat-ingat betapa bermanfaatnya sayuran dan buah buat tubuh dan masa depan kamu sebelum kamu membuangnya. 

Sekarang Nugi sudah bisa makan sayuran dan nggak membuang-buangnya lagi

Minta untuk nggak menambahkan komponen tertentu yang nggak disuka saat membeli makan di luar. Contohnya: acar, mentimun, lalapan, sambal, dsb. Kalau kamu udah tahu komponen-komponen tadi nggak akan kamu makan, jangan lupa bilang kepada petugas atau penjualnya.

Terakhir, nggak usah malu buat bungkus sisa makanan, termasuk saat habis kondangan nikahan. Daripada terbuang? Bisa kamu simpan di kulkas buat dimakan nanti. Asal kamu tahu, banyak hotel dan restoran yang punya kebijakan buat nggak mengambil sisa makanan tamu. Jadi kalau ada sisa, ya dibuang. Pegawainya nggak akan makan atau bungkus bawa pulang meskipun mereka ingin.


Biar Nggak Berjuang Sendirian, Gabung dengan Komunitas Yuk!

Aku tahu, sendiri itu berat. Kamu mungkin sudah susah payah mencoba melakukan tips-tips di atas, tapi gagal, atau tak optimal. Syukurlah, banyak anak-anak muda Indonesia di luar sana yang nggak mageran kayak kita dan sadar bahwa negeri ini butuh gerakan nyata. Melalui media sosial dan TV, aku mendengar dan membaca tentang sederet organisasi nirlaba atau komunitas yang fokus menyelesaikan isu sampah makanan di Indonesia.

Salah satunya adalah Bandung Food Smart City.

Sebagai pemuda Jogja yang sudah merantau di Bandung selama lebih dari 12 tahun, bangga akutu! Bandung Food Smart City nggak cuma punya program Food Sharing di mana kita bisa menyumbangkan sisa makanan pribadi atau industri kita kepada mereka yang membutuhkan, tapi juga ada Food Racing yang khusus menyasar anak-anak sekolah dengan pendekatan interaktif. Bahkan ada program Urban Farming juga dong.

Gerakan kayak gini memang penting banget buat kota wisata dan kuliner sekelas Bandung yang industri cafe dan hotelnya menjamur! Menurut Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, ada 930 ton sampah organik per hari di kota Bandung, sekitar 63% dari total sampah.


Aku lalu teringat dengan sebuah cerita yang pernah kubaca, entah di blog atau Quora. Kalau nggak salah terjadi di Jerman. Saat itu, seorang anak muda baru saja beranjak dari meja makannya dengan meninggalkan sisa makanan. Sepasang pengunjung lain yang berusia paruh baya atau lansia lalu menegurnya.

Kata anak muda, “Oh nggak apa-apa, akan tetap saya bayar kok.”

“Lho, ini bukan masalah kamu bayar atau enggak,” sahut tante itu, “Bahan makanan itu bukan punya kamu, itu milik kita semua di bumi.”

Aku lupa bagaimana jawaban persisnya, namun kurang lebih seperti itu. Bukan masalah kita bayar atau tidak, tapi bagaimana kita menghargai makanan itu sebagai sumber daya seisi bumi.

Yuk habiskan makananmu

Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang ditampilkan oleh Tempo, sampah makanan (food waste) adalah komponen sampah terbesar Indonesia, hingga 44%. Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh sampah plastik (15%) dan sampah kertas (13%), yang kalau dipikir-pikir juga berkaitan dengan sampah sisa makanan.

Mulai sekarang kalau mau buang-buang sisa makanan, jangan bayangkan Dewi Sri menangis, atau berasnya meronta-ronta. Ingat saja bahwa di luar sana ada saudara-saudara kita yang ingin menyantap yang kamu makan, tapi nggak bisa, dan hanya bisa merintih menahan lapar. Yuk, bareng-bareng wujudkan Indonesia bebas sampah makanan. Tidak ada yang tidak bisa selama kita mau berusaha. Jaga bumi tetap lestari, semangat!

Iklan

8 komentar

  1. ainunisnaeni · · Balas

    aku kalau ketahuan orang rumah nggak ngabisin makanan pasti dimarahi
    tau porsi diri sendiri, itu yang biasanya aku lakuin kalau pas makan, misal kayak nginep di hotel, rasanya pengen semua makanan dicoba, tapi kenyataannya ga bakalan muat diperutku dan nggak semua juga aku ambil, meskipun untuk porsi nasinya aku ambil duikit banget
    karena ya itu tadi, takut ga habis, karena masih pengen cobain ini itu

    1. Yup betul, tau kapasitas diri sendiri adalah kunci.

  2. Kalau aku tipe makan seadanya. Apalagi pas ramadan begini, gak perku pesan banyak pada akhirnya berlebihan. Cukup pilah-pilah yang pengen dibeli aja hehehehhe

  3. Aku termasuk orang yang kalau makan selalu tandas dan bersih piringnya. Soalnya dari kecil dikasih awareness bahwa gak setiap orang bisa makan dengan enak atau cukup seperti kita, ada orang-orang di luar sana yang untuk makan biasa aja susah. Ya kecuali untuk kasus tertentu kaya misalnya seruas lengkuas yang bentuknya menipu seperti daging rendang ya Gi hahahaha.

    Paling kesel tuh kalau misalnya di hotel, pas sarapan prasmanan, aku lihat ada orang yang ngambilnya kalap banget, banyak, udah gitu gak dihabisin. Ditambah misalnya ada satu menu yang aku incer (biasanya sih kudapan), tapi aku kehabisan gara-gara diambil dia, eh cuma digigit dikit abis itu gak diabisin. Duh kesel.

    Dan benar juga tuh Gi, bukan karena dia bayar ya dia berhak seperti itu. Tapi karena bahan makanan itu ‘milik kita bersama’.

    O iya, di suatu artikel aku pernah baca kalau Ratu Elizabeth II dan keluarganya itu termasuk yang anti dalam membuang makanan. Kalau ada menu yang tak habis, biasanya akan disimpan di lemari es untuk dimakan lagi nanti, atau ‘didaur-ulang’ menjadi menu baru nantinya. Pendorongnya sih karena beliau pernah merasakan sulitnya hidup di masa perang dulu, jadi sikap hormat terhadap makanannya tumbuh dari situ. Coba nanti diverifikasi lagi ya kisah ini. Lumayan buat penambah inspirasi.

    1. Kesel banget ya mas inceran kita jatuh ke dalam mulut orang yang salah.

      Wah, menarik info dari kamu soal Ratu Elizabeth II. Kalau bener, semakin memperkukuh anggapanku bahwa budaya menghabiskan makanan bukan masalah kaya atau miskin.

  4. […] yang kuambil berhasil kuhabiskan. Aku selalu membiasakan diri untuk #AmbilMakanHabiskan, biar bebas sampah makanan. Makanya kumakan dengan perlahan dan harus pagi-pagi ke […]

  5. Kalau liat influencer/food reviewer/hotelier makan gitu aku suka bergidik, dalam satu meja isinya banyak dan melimpah. Gak masalah kalau dihabiskan, tapi kalau nggak, alangkah mubazirnya. Dan, untuk orang yang pernah semeja bareng makan, kamu tahu banget kan ya aku tim anti buang makanan hehe. Sampe pas kamu gak habis aja aku suruh bungkus buat makan lagi nanti.

    1. Haha bener mas. Aku nggak bakat jadi food influencer, makan nasi padang aja nggak habis 😂

Like atau komentar dulu, kak. Baca tanpa komentar itu kayak ngasih harapan semu :D

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Lonely Traveler

Jalan-jalan, Makan dan Foto Sendirian

Guru Kelana

Perjalanan sang guru di berbagai belahan dunia

dyahpamelablog

Writing Traveling Addict

Daily Bible Devotion

Ps.Cahya adi Candra Blog

bardiq

Travel to see the world through my own eyes.

Mollyta Mochtar

Travel and Lifestyle Blogger Medan

Jalancerita

Tiap Perjalanan Punya Cerita

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

D Sukmana Adi

Ordinary people who want to share experiences

PAPANPELANGI.ID

Berjalan, Bercerita; semoga kita terbiasa belajar dari perjalanan

Guratan Kaki

Travel Blog

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

Efenerr

mari berjalan, kawan

BARTZAP.COM

Travel Journals and Soliloquies

Bukanrastaman

Not lost just undiscovered

Males Mandi

wherever you go, take a bath only when necessary

Eviindrawanto.Com

Cerita Perjalanan Wisata dan Budaya

Plus Ultra

Stories and photographs from places “further beyond”.

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

Musafir Kehidupan

Live in this world as a wayfarer

Cerita Riyanti

... semua kejadian itu bukanlah suatu kebetulan...

Ceritaeka

Travel Blogger Indonesia

What an Amazing World!

Seeing, feeling and exploring places and cultures of the world

Winny Marlina

Winny Marlina - Whatever you or dream can do, do it! lets travel

Olive's Journey

What I See, Eat, & Read

tindak tanduk arsitek

Indri Juwono's thinking words. Architecture is not just building, it's about rural, urban, and herself. Universe.

dananwahyu.com

Menyatukan Jarak dan Waktu

%d blogger menyukai ini: