
Bulan Juli 2021, beberapa hari sebelum keberangkatanku ke Palembang untuk melamar Ara, aku mengajak ibu beristirahat sejenak dari rutinitas. Omah Njonja Bed & Brasserie, sebuah penginapan cilik namun apik di utara kota Yogyakarta, menjadi pilihanku saat itu. Kira-kira, gimana pengalaman pertama ibu staycation di hotel sejak terakhir kuajak di 2016?
Pemesanan untuk 2 malam kulakukan melalui aplikasi Pegipegi, kebetulan saat itu lagi ada promo yang lumayan. Aku memilih kamar Triple Room, untuk jaga-jaga kalau ada anggota keluarga lainnya yang mau turut serta. Entah bapak, mbak, atau salah satu ponakan. At the end, it’s just the two of us 😁
Omah Njonja Bed & Brasserie beralamat di Jalan Sawitsari, beberapa meter ke arah utara dari Persimpangan Kentungan. Aku sempat tersasar karena belok lebih cepat, tapi akhirnya ketemu juga. Penginapannya terletak di kawasan yang tenang di dalam area perkampungan, tapi masih dekat ke pusat kota.
Suasana penginapan sangat sepi saat kami checkin di hari Jumat siang itu. Reception area-nya juga sederhana, berkonsep terbuka di antara akses pintu masuk dan aula kecil yang diapit oleh ruang-ruang lainnya. Di samping lobi ada sebuah kedai kecil yang sayangnya saat itu sedang tutup karena pandemi, namun tetap bisa difungsikan sebagai seating area.


Kedai kecil itu sebenarnya menyenangkan untuk tempat menyesap kopi O. Ruangannya diisi dengan meja dan kursi kayu, sentuhan peranakan didukung dengan ornamen lampu yang digunakan. Dengan halaman depan, ia disekat oleh pintu-pintu berkacapatri.
Fasilitas Kamar Family Room Omah Njonja Bed & Brasserie
Kamar kami rupanya terletak tepat di sisi aula kecil sebelah lobi. Di dalamnya sudah siap 1 buah queen size double bed yang didampingi sebuah single bed di sisinya. Aku membiarkan ibu tidur di double bed.


Seperti yang diharapkan, kamar diguyur dengan nuansa peranakan ala rumah babah dan nyonya. Dari wall art, cangkir, lantai, hingga meja dan nakas kayunya. Yang paling istimewa adalah botol minumnya karena terbuat dari kaca, seperti botol limun jaman dulu. Aku suka karena kamarnya kaya elemen kayu, jadi terasa hangat dan menenteramkan.
I’m happy to report that the bathroom is instagram-worthy! Desain tile pada dinding, ornamen kayunya, dan typography-nya mengingatkanku pada Sandalwood Boutique Hotel di Lembang, Bandung. Cuma sayang, toiletries dan shower-nya biasa aja, meski unik juga karena label pada toiletries menggunakan bahasa Jawa, seperti Ngudi Rikma untuk shampoo.


Ada 2 hal yang kusayangkan dari kamar ini. Pertama, jendelanya mengarah ke… gudang kecil 😅 Nggak ada pemandangan atau akses cahaya yang bisa kami nikmati dengan membuka jendela. Kedua, dan ini krusial buatku, nggak ada working station. Ternyata di tipe-tipe kamar lainnya pun begini (akan aku tunjukkan di bawah). Jadi kayaknya kita nggak dibolehin banyak kerja selagi menginap di sini, murni liburan tanpa pekerjaan berarti. Padahal, workation itu adalah sebuah kenikmatan bagiku huhu.
Menjelajah Ruang-Ruang Omah Njonja Bed & Brasserie
Sebagian waktu di luar waktu makan, mandi, dan malam hari kugunakan untuk berkeliling penginapan.
Tepat di sisi aula kecil, ada sebuah taman kecil dengan kursi-kursi rotan dan meja kayu, dikelilingi spot-spot berfoto seperti vespa dan becak. Lantainya dari batu alam. Tulisan “Kampung Ketandan” pun menguatkan suasana pecinan yang ingin dibangun. Saat hari terang, area ini dihujani cahaya alami dari atas berkat atapnya yang transparan.


Dari aula kecil, ada akses tangga menuju lantai dua. Sebelum pandemi, lantai 2 itu digunakan untuk sarapan dengan sistem buffet breakfast. Sekarang terbengkalai, aku menggunakannya untuk melihat aula kecil dari atas dan menikmati keindahan kaca patri yang berwarna-warni.
Dari taman kecil, aku berjalan melalui lorong cantik yang mengantarkanku menuju taman terbuka yang lebih luas. Di taman yang dikelilingi kamar-kamar tamu itu, ada kolam renang dan kursi ayun.


Seperti desain kamar, nuansa peranakan dan tempo dulu tak luput dari setiap sudut Omah Njonja Bed & Brasserie. Dinding-dinding koridornya berhias mural dengan sentuhan tradisional. Ornamen-ornamen lawas terpajang seperti wadah-wadah kerupuk dan sepeda onthel bekas. Di aula kecil, koleksi benda-benda antik dipamerkan pada etalase kayu.
Aku lebih suka suasana saat senja hingga malam, ketika penginapan terasa teduh dengan cahaya temaram. Suasana juga tenang, cocok untuk menyepi atau malam keakraban bersama lingkaran kecilmu. Konon, Omah Njonja Bed & Brasserie ini adalah rumah pemiliknya yang disulap jadi penginapan.


Harus Puas dengan Sarapan A La Carte
Karena pandemi, buffet breakfast ditiadakan dan sarapan diantarkan langsung ke kamar sesuai waktu yang diinginkan.

Selama dua pagi berturut-turut, sarapan yang kami santap adalah nasi kuning dan nasi gudeg. Masing-masing disajikan dengan teh manis hangat. Pagi pertama aku menikmati sarapan di taman kecil, sementara nasi gudeg aku santap sambil berenang ala floating breakfast. Ternyata keranjangnya itu berat bangeeettt 😰
Semoga ketika nanti kamu menginap di sini, sarapannya udah prasmanan lagi.
Karena nggak ada tim dan review hotel secara swadaya swalayan, perjuangan banget saat harus mengambil foto dan video di kolam renang cuma dengan modal tripod dan timer 😭 Berkali-kali nyebur dan mentas, semua foto fail, dan video pun nggak bagus-bagus amat. Mana pas lagi ada bapak sama anak yang juga di kolam renang.


Rupanya, tamu-tamu mulai berdatangan keesokan harinya sejak hari Sabtu siang. Yang kulihat ada satu pasangan paruh baya, keluarga kecil di kolam renang, dan sekelompok mbak-mbak. Nyesel nggak langsung foto-foto di kolam sejak pagi pertama.
Macam-Macam Kamar di Omah Njonja Bed & Brasserie
Hari Sabtu siang, aku minta ditemani oleh staf hotel untuk melihat-lihat kamar. Disclaimer, pengalaman menginap kali ini nggak bekerjasama dengan pihak akomodasi. Aku ingin room tour karena murni inisiatifku, dan puji Tuhan dibolehkan.

Dari kamar untuk berdua, kamar untuk keluarga, sampai kamar bertipe dormitory ada semua di Omah Njonja Bed & Brasserie. Kamar keluarganya unik banget dengan fitur mezzanine. Sementara kamar tipe dormitory cocok untuk keluarga besar atau sama temen-temen kamu. Pastikan nggak akan timbul kecemburuan sosial karena tipe kasurnya beda-beda hehe.
Last time I checked, tipe kamar di Pegipegi lebih lengkap dari OTA sebelah. Oke, tanpa banyak kata, ini dia beberapa di antaranya.


Seharusnya, tiap kamar dihiasi dengan mural dan tema unik yang berbeda-beda. Sayangnya karena lagi-lagi koped-19, pengerjaan terhenti dan sementara dibiarkan apa adanya. Hm, konsep ini mengingatkanku dengan Triple Seven Bed & Breakfast di Bandung.
Kata ibu, Omah Njonja Bed & Brasserie enak dan menyenangkan. Ibu tak banyak menjelajah selain saat kuajak untuk foto-foto, lebih sering menghabiskan waktu di kamar dan menonton sinetron-sinetron favoritnya. AC-nya adem, aku dan ibu sampai beberapa kali kedinginan dan bolak-balik menghidupmatikan AC.
Terlepas dari sedikit kekurangannya, aku sangat merekomendasikan Omah Njonja Bed & Brasserie. Harganya pun bersahabat di angka Rp300 ribuan untuk Triple Room kami, sudah termasuk sarapan. Karena pandemi, restoran dan room service sementara tutup sehingga kami harus mencari makan siang dan makan malam di luar. Untunglah di dekat sana ada pujasera, beberapa warung makan juga terjangkau dengan jalan kaki. Padahal, di lantai 2 itu sebenarnya ada cafe untuk umum, bisa diakses dari tangga di depan bangunan.

Mudah-mudahan ulasan Omah Njonja Bed & Brasserie ini bermanfaat buat kamu yang sedang merencanakan liburan singkat di Jogja. Sampai ketemu di ulasan dan tulisan perjalanan berikutnya, keep learning by traveling..
pilihan kata ganti orang pertama “aku”, membuat tulisannya asyik dibaca
Hahaha iya nih, lagi mood dengan “aku”
Makasih kak Oliiivvv
Itu ada kamar yg atapnya miring, berarti di area atas loteng yaaa mas??? Uwaaaah baguuuus. Dari dulu selalu pengen punya kamar di loteng yg atapnya miring gitu. Kayak cerita2 zaman dulu :D.
Ini kereeeen sih konsepnya. Apalagi aku selalu suka dengan yg berbau peranakan. Biasanya kaya mural, dan makanan mereka juga LBH enak Krn perpaduan Melayu dan China.
Semoga aja bisnis semakin membaik, jadi pembangunan yg tertundanya bisa diterusin ya mas. Kalo aku ke sana nanti, pengen nginep di sini deh. Apalagi ada kolam renang. Anak2 mah udh puas banget itu
Iyaaa lantai atasnya di loteng gitu. Lucuk ya.
Soal makanan, aku belum bisa banyak komentar karena restoran tutup dan sarapan hanya per porsi. Tapi kayaknya sih soal makanan nggak terlalu peranakan.
Cobain pankapan mbak, recommended!
Jadi kangen Jogja, dulu tiap tahun mesti kesana… Sejak musuh datang dari negara api… semua jadi terpengaruh,,,jadinya pos buat jalan2 kepangkas abis… kalo ada info begini jadi semangat pingin ke jogja lagi… Tengkiu infonya bang,,,sangat detail…
Saat kondisi sudah membaik, mari ke Jogja lagi. Makasih udah mampir ya, bang
Lucu banget, jadi pengen ke Jogja lagi
Ya ampuun gemes banget hotelnya! Fix next time ke Jogja aku harus nginap di sini. Hotelnya ‘aku banget’ hehhehe
Waaa senangnya bisa berbagi rekomendasi mbak
duh kangen banget sama Jogja T_T dari dulu udah ngincer pengen ke sini sih, sebelum corona dia full terus ga bisa book kalo dadakan
Ternyata hits banget ya hotelnya kak. Ayo ke Jogja lagi.
Dari semua yang diulas Nugi, saya paling naksir sama kursi di taman kecil. So classic yet so pretty! Gemes! Saya juga suka ornamen jendela nempel dinding di lorong penghubung, cara asyik untuk reuse/recycle jendela yang sudah lawas dan gak dipakai. Btw hotelnya sungguh rame ya, banyak ornamen, banyak motif. Sungguh maksimalis. Btw salam buat Ibu ya Nug, sehat sehat selalu.
Kursi di taman kecil itu memang nostalgic banget.
Haha iya, no corner left unadorned, selalu ada dekorasi di tiap sisi.
Makasih doanya, Justin. Sehat-sehat juga buat orangtua kalian ya.
Ealah aku baru balik dari Jogja dan malahan baru tau soal penginapan ini. Cakep tempatnya, banyak spot foto juga! Tapi kali traveling sendirian, sering bingung gimana fotonya. Hahaha. Antara minta tolong petugas hotel atau pakai tripod dan timer yaa hehehe
Tripod dan timer adalah penyelamat 😂
Yah sesekali bisalah mintol petugas
yaampunn ini keceh bener, buat poto poto cakep juga
tiap sudutnya aesthetic. note dulu ahh
Agendakaaannn
makasih referensinya buat alternatif ke Jogja. Jujur aja kalau ke jogja suka puyeng cari alternatif penginapan karena selalu penuh.