“Jamune, Buuu. Jamuuu,” seruan itu sontak membuat ibu saya buru-buru menghambur keluar untuk menghampiri sumber suara. Hari masih pagi
Setelah 16 tahun merantau di Bandung, Jawa Barat, ada beberapa hal dari masa kecil saya di kampung halaman Yogyakarta yang saya rindukan. Angkringan di sudut-sudut jalan kampung, jalan-jalan desanya yang tenang, dan mbok jamu yang menawarkan dagangannya tiap hari. Di Jogja, saya nggak kesulitan menemukan simbok-simbok penjual jamu gendongan. Pagi sampai sore, di sini dan di sana, sering saya jumpai mereka sedang berjalan menawarkan jamunya atau duduk berjongkok di pinggir jalan melayani pelanggan.
Di Bandung bukannya nggak ada penjual jamu gendongan. Ada, tapi nggak sebanyak di Jogja, dan nggak sama kayak di Jogja juga. Soal kuliner, Bandung juara di hati saya daripada Jogja. Namun soal jamu, buat saya belum ada yang menggantikan Jogja (dan Jawa Tengah/Timur). Kebanyakan jamu yang saya temui di Bandung ini rasanya tidak seenak atau semantap yang ada di Jogja, meski tetap bisa diterima lidah. Saya sempat mengira yang jual jamu gendongan pasti simbok-simbok jawa, ternyata nggak juga. Teteh-teteh sunda juga banyak rupanya.
Yah, setidaknya cukuplah sebagai obat rindu. Di beberapa kesempatan, jamu juga saya jumpai saat menginap di hotel, contohnya di Mercure Nexa Bandung Supratman dan Hotel Grand Tjokro Bandung. Senang rasanya, minuman tradisional Indonesia ini disajikan dalam suasana yang lebih elegan, membuat jamu terkesan tetap cocok untuk semua kalangan. Tiap ada jamu di hotel, saya PASTI ambil. Serius. Kapan lagi ada jamu di meja makan hotel?
Jamu Sebagai Warisan Indonesia
Udah tau belum? Ternyata jamu kita sudah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Indonesia ke-13 yang diakui UNESCO.
Dari segi asal-usul dan sejarah, “jamu” diyakini berasal dari kata “djampi” yang berarti mengobati penyakit dengan metode alami. Jamu sendiri memang dipahami sebagai ramuan tradisional dari tanaman herbal yang berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit. Makanya, wedang jahe atau secang pun banyak dianggap sebagai jamu, meski pengolahannya tidak serumit jamu yang umumnya kita ketahui. Bangganya lagi, ada 32.013 ramuan obat tradisional dan 2.848 spesies tumbuhan bahan baku jamu berdasarkan Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA) Kementerian Kesehatan RI.
Konon, jamu sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha, bisa dilihat dari relief yang ada di candi dan isi naskah-naskah kuno. Pelopor jamu gendong sendiri diduga dari daerah Sukoharjo.
Ngomong-ngomong, jamu gendong ternyata punya filosofi mendalam, tak hanya alasan kepraktisan. Menggendong jamu memiliki filosofi layaknya ibu menggendong anaknya. Sang anak akan digendong dengan telaten, penuh kasih, dan hati-hati.
Nggak cuma urusan gendong-menggendongnya yang punya filosofi. Delapan jamu yang biasa dijajakan pada jamu gendong pun punya filosofinya masing-masing: kunyit asam (kunir asem), beras kencur, cabe puyang, pahitan, kunci suruh, kudu laos, uyup-uyup, dan sinom. Masing-masing adalah simbolisasi kehidupan manusia dari lahir hingga kembali pada Ilahi.
Kunyit asam, misalnya, melambangkan asam-manisnya kehidupan bayi, kanak-kanak, hingga pra-remaja. Memasuki masa remaja, manusia mulai merasakan sedikit pedasnya hidup, yang diramu dalam beras kencur. Jelang usia dewasa muda, ada jamu cabe puyang, yang pahit tapi manis. Begitu seterusnya, sampai jamu pahitan yang melambangkan puncak perjuangan hidup manusia, dan diakhiri jamu sinom, perlambang kembalinya manusia secara fitrah pada Allah.
Cafe Jamu di Bandung
Sebagai sentra inovasi kuliner di Indonesia, saya senang sekali ketika mengetahui bahwa ada beberapa cafe yang menyajikan jamu di kota Bandung. Jadi, nggak cuma kedai kopi yang bertebaran, atau kedai teh yang juga mulai bermunculan. Kedai jamu juga hadir di kota ini.
Pertama, ada Mendjamu. Saya suka banget tagline-nya, “Dengan senang hati mendjamu Anda.” Racikan orisinil kopi dan jamu ada di sini. Senengnya lagi, lokasinya yang beralamat di Jalan Sukaresmi no. 5 ini sangat dekat dengan kantor lama saya. Nggak terlalu jauh dari pusat kota, tapi memang tersembunyi karena berada di kawasan residensial menengah ke atas. Kebayang kan? Kawasan rumah-rumah orang kaya (bukan komplek perumahan, ya) yang sepi dan nggak banyak tempat komersil.
Patokannya dari mal Paris van Java, naik lagi sedikit ke arah Lembang. Ketemu bunderan, ambil jalan yang agak serong ke kiri (Jl. Bungur). Ikuti terus, maka Jalan Sukaresmi akan bisa dijumpai di sebelah kiri. Buka pagi-pagi dari pukul 7:00 hingga 18:00, jadi jangan kemaleman ke sini.
Kedua, ada Mahidana, beralamat di Jalan Ranggamalela no. 8 yang berada di kawasan pusat kota Bandung, tepatnya di sekitaran Jalan Dago bawah. Yang satu ini memang khusus menyajikan jamu, paling nikmat sambil nyemilin jajanan pasar yang juga tersedia di sini. Mahidana buka dari pukul 8:00 sampai 21:00.
Ketiga, ada Koteja, yang merupakan singkatan dari “kopi, teh, dan jamu”. Kedai ini hadir di Jalan Gegerkalong Girang no. 11, tak jauh dari kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Selain 3 tempat di atas, kamu sekeluarga juga bisa menikmati jamu di Toko You, sebuah tempat makan legendaris yang beralamat di Jalan Hasanuddin no. 12 di sekitar kampus Universitas Padjadjaran (UNPAD) Dipati Ukur. Yang satu ini persis di jantung kota. Karena tempat makan legendaris dan populer, pilihan menunya lebih banyak. Yang mau makan di sini juga lebih banyak, hehe.
Jamu untuk Keluarga
Keluarga saya di Jogja memang jauh dari sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Namun, kalau ada satu hal baik dari mereka yang ingin saya teruskan pada keluarga kecil saya saat ini, adalah kebiasaan minum jamu. Mau beli dari jamu gendongan, toko, cafe, hotel, pre-order online, pokoknya minum jamu. Terbukti, sampai saat ini kedua orangtua saya masih diberikan kesehatan dan umur panjang, masih kuat melakukan berbagai aktivitas fisik.
Favorit saya adalah kunir asem dan beras kencur. Rasanya seger! Minum segelas rasanya kurang, pengen tambah lagi.
Jamu tak hanya menjaga kesehatan, daya tahan, dan — ehem — vitalitas, namun dapat membantu penyembuhan beberapa penyakit seperti gangguan pencernaan, batuk, pilek, pusing, radang, dsb. Khasiat antioksidannya juga membuat jamu menurunkan risiko penyakit-penyakit mematikan seperti kanker dan jantung.
Puji Tuhan, istri saya sependapat dengan ini, karena Ara juga suka jamu dan meng-encourage anak-anak kami nanti untuk minum jamu juga. Si kembar Aya-Sae sudah 14 bulan, sudah bisa mencicip berbagai makanan dan minuman, termasuk jamu.
Tanggal 27 Mei lalu diperingati sebagai Hari Jamu Nasional. Jadi, yuk giatkan budaya minum jamu untuk keluarga. Apalagi, jamu sudah ditetapkan sebagai warisan budaya Indonesia, jangan sampai kita lalu lengah dan melupakan budaya tradisional ini. Salut untuk mereka yang berhasil membawa jamu ke level berikutnya dalam bisnis, servis, dan inovasi lainnya. Hadirkan jamu bagi keluarga untuk masa depan sehat bangsa.
Referensi:
https://www.alodokter.com/ini-lho-manfaat-jamu-yang-sudah-teruji-klinis
https://kemenparekraf.go.id/ragam-ekonomi-kreatif/jamu-ramuan-herbal-khas-indonesia-yang-mendunia
aku setujuuuu, jamu di jogja, solo atau Jawa Timuran memang enaaaaaak 😍😍😍😍👍. Kenapalah di jkt ini susaaaaah sangat nemuin jamu enak 😞. Dulu di deket rumahku ada kawasan jamu mas, daerah mencos. Tapi dah tutup permanent😞. sedih sih, antara ga bisa bersaing atau peracik nya yg udah ga ada.
pernah bEli jamu kunyit asam di lobby hotel novotel solo, dan sumpah itu jamu kunyit asam terenak yg pernah aku coba 😍😍😍😍. Nyeseeel bgt beli 1. Ntah kapan ini ke solo lagi.
aku bbersyukur mamaku rajiin minum jamu dari sejak gadis. Dan jadilah kami disuruh juga utk minum. Awalnya aku ga doyan. Tp krn dipaksa trus, lama2 bisa nerima, trutama jamu yg msh ada manisnya. Kalo yg super pahit, blm bisa hahahahahah.
eh tapi waktu itu aku sembuh dari senggugut parah yg sampe mau bikin pingsan.. Jd dibawa ke shinse di Aceh, dia cuma pijit bagian bawah perutku, trus diksh jamu yg super duper pahit ga ketelen 😂😂😂. aku sampe muntah, yg masuk dikit doang. Tapi minum sedikit itu, sampe skr aku ga ngerasain senggugut lagi. Sembuh total. Hebaaat sih shinse nya 😍😍😍👍
Novotel Solo ini hotel recommended, ya. Selain soal jamu, aku denger banyak review positif soal hotel ini.
Mantap tuh jamu pahitnya! Kayaknya dikecap dikit aja juga udah bakal ngefek.