Merayakan 3 Tahun Pernikahan di Grand Sovia Hotel Bandung

Hotel itu selalu menarik perhatian setiap kali saya tiba di Stasiun Bandung dari luar kota. Bagaimana tidak, ia berdiri persis di seberang stasiun, menjadi yang tertinggi di antara bangunan-bangunan lain di kanan-kirinya. Setelah 10 tahun hanya bisa menatapnya, akhirnya saya menginap juga di Hotel Grand Sovia Bandung itu. Saya tidak sendiri, karena membawa serta istri dan kedua anak perempuan kembar kami. Staycation kali ini kami lakukan untuk merayakan 3 tahun pernikahan kami di bulan September 2024 lalu.

Untuk sebuah kontrak seumur hidup, 3 tahun memang masih sebentar untuk sebuah usia pernikahan. Namun, dalam 3 tahun itu kami sudah banyak melalui lika-liku rumah tangga dan semakin mengenal satu sama lain. Belakangan, ada pepatah online yang mengatakan, “Marriage is scary,” yang artinya, “Pernikahan itu menakutkan.” Pernikahan memang nggak mudah, tapi bukan berarti menakutkan. Well, mungkin memang akan menyeramkan kalau kamu menikahi orang yang nggak kamu cintai, nggak kamu sukai, jadi dijalani dengan berat dan penuh paksaan.

September 2024, kami memutuskan untuk rehat sebentar dari semua permasalahan hidup untuk melakukan perjalanan kami bersama si kembar. Hotel Grand Sovia Bandung kami pilih karena kami sengaja mengagendakan “naik kereta api” ke dalam itinerari kami, seperti yang sudah saya ceritakan di tulisan sebelumnya. Itung-itung latihan sebelum melakukan perjalanan yang lebih jauh dan lebih lama bersama Aya dan Sae.


Ulasan Kamar Grand Sovia Hotel Bandung

Saya memesan Deluxe Room Grand Sovia Hotel Bandung untuk 2 malam, 10-12 September 2024, melalui aplikasi Traveloka dengan rate Rp1 jutaan. Lalu, apakah harganya sepadan dengan fasilitas dan layanannya?

Kamarnya sendiri cukup luas dengan 1 ranjang besar dengan sofa di tepi ruangan, lantai tinggi, dan non-smoking room sesuai permintaan. Fasilitasnya standar, seperti coffee & tea maker facilities, working station, hanging corner, TV, hair dryer, shower air panas, dan dental kit. Begitu masuk kamar, Aya dan Sae langsung menghampiri jendela dan amazed dengan pemandangan kota yang mereka lihat. Kami senang ditempatkan di kamar yang benar-benar with a view, menghadap Jalan Kebon Kawung dan Stasiun Bandung.

Sayangnya, ada beberapa fasilitas yang saya sesalkan.

Yang paling krusial buat saya adalah tidak ada sandal. Saya coba menelfon resepsionis, barangkali sandal baru diberikan bila diminta karena beberapa hotel begitu, tapi ternyata memang nggak disediakan. Sandal berbayar pun nggak ada. Ini surprising banget sih. Sebagai sebuah hotel bintang 3, sandal atau slippers tuh menurut saya adalah fasilitas wajib! Apalagi, lokasinya yang berada di seberang stasiun pasti membuatnya jadi rujukan banyak traveler. Bayangkan kamu cuma transit semalam, males bongkar-bongkar koper atau backpack buat keluarin sandal (atau malah nggak bawa sama sekali), eh hotel transit kamu nggak sedia sandal. 

Beberapa kekurangan lainnya adalah: botol air mineral hanya ukuran kecil 330 ml (bukan 600 ml), sabun cuma ada sabun cair 2-in-1 (biasanya ada sabun batang sendiri), dan teko yang juga berukuran kecil. Cukup disayangkan, apalagi kamar yang saya reservasi ini juga bukan tipe termurah. Dengan harga yang lebih terjangkau, banyak hotel lain di Bandung yang menawarkan fasilitas kamar lebih lengkap dengan luas yang kurang lebih sama, misalnya Hotel Neo Dipatiukur.

Grand Sovia Hotel Bandung saya rasa terlalu bangga dengan lokasinya sampai meniadakan fasilitas yang menurut saya sangat penting. Sementara itu, fasilitas kolam renang yang malah nggak dibutuhkan sebuah hotel transit malah ada, kami aja nggak sempet cobain karena terlalu sibuk keretaan ke Padalarang. Yang cukup menghibur saya hanyalah meja dan kursi kerja yang proper.


Perayaan Ulang Tahun Ke-3 Pernikahan

Malam harinya, di pergantian hari menuju tanggal 11 September 2024, kami merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-3 dengan kue yang sudah Ara pesan dan persiapkan.

Oh, how I’m blessed to have her.

Ara is a very conscious and mindful woman. Ia mempertimbangkan setiap kata, sikap, dan tindakannya. Ia mempersiapkan setiap momen dan rencana jangka pendek maupun jangka panjang hidupnya, tidak seperti saya yang cuma let it flow tapi malah gradak-gruduk saat tenggat waktu sudah mepet. Pun dengan ulang tahun pernikahan kami ini, dia yang telaten mencari vendor pemesanan kue ulang tahun yang sesuai dengan ekspektasinya.

Selama 3 tahun ini, Ara sudah membuktikan dirinya tak hanya sebagai pasangan yang setia, namun juga sebagai seorang penolong yang hadir di setiap musim kehidupan. Dari masa saat kami bisa leluasa berjalan-jalan di tiga negara, hingga masa di mana kami harus bijak membeli bahan makanan sesuai anggaran yang ketat. Dari tinggal di sepetak kamar kontrakan, hingga bisa menyewa sebuah rumah yang empat kali lebih luas seperti saat ini.

Saya, yang adalah seorang pria dengan empati dan kepekaan yang minim, belajar banyak dari Ara yang adalah seorang empath. Empati dan kepekaannya pada orang lain—bahkan pada binatang dan tumbuhan—begitu besar. Darinya, saya belajar bagaimana bersikap dalam berbagai situasi dengan orang lain,bagaimana menunjukkan empati untuk berbagai emosi, bagaimana menjalin hubungan pertemanan dan mempertahankannya, bagaimana hidup bersosialisasi dalam masyarakat, bagaimana untuk “hidup” di dunia ini.  Proses belajar saya memang masih berproses dan belum berhasil, tapi sudah jauh lebih baik daripada bila saya tak mengenal Ara sama sekali.

Saya mungkin memang nggak sampai sebagai seorang sociopath, namun saya selama ini memang sulit untuk menjalin koneksi dan mempertahankannya, kecuali bila orang lain yang memulai. Jadinya, saya tidak punya kawan dekat yang bertahan lama, berbeda dengannya yang dikelilingi sahabat dan teman-teman dekat yang begitu mengenal dan mengasihinya. 

Dalam 3 tahun ini jugalah, Ara menunjukkan kegigihannya berjuang melawan kematian demi melahirkan kedua putri kembar kami melalui operasi caesar. Kehamilannya sangat payah, nyaris bed rest dan morning sickness sepanjang kehamilan. Saya dua kali melarikannya ke IGD karena hyperemesis gravidarum (mual & muntah berlebihan hingga kurang cairan), secepat + seaman mungkin mengendarai motor sambil memastikan dia tidak ambruk di boncengan. Berat badannya sempat turun sampai 8 kg di bulan-bulan awal kehamilan karena nyaris tak ada asupan makanan yang masuk.

Bahkan setelah melahirkan dan saya kira perjuangan sudah berakhir, Ara masih harus dilarikan ke IGD karena pre-eklampsia, kali ini malah harus dimanggilkan ambulans karena Ara sudah begitu tak berdaya, tergolek lemas nyaris tak sadarkan diri di atas pembaringan. Tekanan darahnya pun begitu tinggi sampai pandangan matanya semakin kabur. 

Perjuangan kami saat itu (dan saat ini) belum berakhir. Namun malam itu, kami bersatu di dalam doa untuk tahun-tahun pernikahan ke depan yang lebih baik. Kami naikkan harapan-harapan kami rumah tangga dan keluarga kami. Untuk pekerjaan saya sebagai sang pencari nafkah, untuk kesehatan Ara, untuk rumah impian kami, untuk anak-anak kami, dan untuk peran yang kami emban masing-masing.

Perayaan sederhana itu kami tutup dengan makan kue bersama, dengan Aya dan Sae ikut serta.


Urusan sarapan, juga tak ada yang berkesan dari Grand Sovia Hotel Bandung. Selain rasa yang tidak istimewa, variasi menunya pun terbilang kurang untuk hotel seharga Rp500 ribuan pada umumnya. Hanya ada nasi, main course dengan pilihan terbatas, dan sedikit makanan pendamping. Saya yang biasanya hobi memenuhi seisi meja makan dengan semua menu restoran (dan baru habis 2 jam kemudian) jadi hanya makan sekadarnya seperti di warung nasi.

To be fair, kalau kamu masih punya waktu dan energi untuk sedikit berkendara menuju hotel lain dari Stasiun Bandung, lebih baik pilih hotel lain. Grand Sovia Hotel Bandung ini benar-benar hanya kalau kamu udah mager ke mana-mana, waktu terbatas, dan mau sedikit kompromi dengan harga. Tapi, tetap berterima kasih kepada hotel ini, yang sudah jadi saksi perayaan ulang tahun pernikahan kami yang ke-3. Terima kasih sudah membaca, keep learning by traveling~

2 komentar

  1. avatar fajarwalker

    Agak disayangkan sih, untuk sebuah hotel dengan rate semahal itu, eh fasilitasnya malah dikurang-kurangin. Mana yang dikuranginnya tuh yang justru ‘penting’ pulak. Macem sendal, at least kalo gak mau sediain yang tipis gitu, sediain lah sendal swallow yang cuma buat pemakaian di hotel aja. Dan sabun 2-in-1 jujur aku paling benci sih. Soalnya kalo pengalaman pake, itu jadinya bikin rambut jadi kering & kesat. Males banget kalo nemu resto yang begitu, hahaha

    Btw, selamat yaa atas anniversarynya mas. betul, marriage itu gak scary kok, cuma capek ajah. Apalagi kalo udah ada anak toddler.. dan kembar pulak. walah, satu aja aku udah berasa capek mas. Semangat terus yaaa…

    Semoga yang terbaik akan datang di hari-hari kalian berdua ya.

  2. avatar Fanny Nila

    Aku tuh paling benciiii kalo menginap di hotel yg ga ada slippers. Seriuuuus ga sukaaa. Krn aku terbiasa pakai slippers even di rumah sendiri, dari kecil. Makanya kalo telapak kaki nyentuh lantai langsung berasa ga enak. 

    Aneh aja nih hotel, dengan harga segitu malah ga ada slippers. Padahal slippers yg tipis ajapun ga masalah, yg penting ada. 

    Kemarin tuh aku stay di hotel Bogor, bintang 4, masa ga nyediain slippers juga. Kan terpaksa aku pake sendal Raka, tp JD kuatir lantai kotor, biar gimana itu sendal utk dipake di luar. 

    Aku sukaaaaa lihat kalian di siniii. Ara glowing bangetttt 👍👍👍👍. Memang wanita strong sih dia mas ☺️. Kalian saling melengkapi, tapi memang Ara adalah alpha nya. Langgeng2, sampai nanti bisa mencecah usia pernikahan emas atau bahkan lebih tinggi lagi ❤️

Like atau komentar dulu, kak. Baca tanpa komentar itu kayak ngasih harapan semu :D

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Matius Teguh Nugroho

keep learning by traveling

Duo Kembara

Cerita Si Kembar dan Mommy Ara menghadirkan kebaikan

Lonely Traveler

Jalan-jalan, Makan dan Foto Sendirian

Guru Kelana

Perjalanan sang guru di berbagai belahan dunia

dyahpamelablog

Writing Traveling Addict

Daily Bible Devotion

Ps.Cahya adi Candra Blog

bardiq

Travel to see the world through my own eyes.

Teppy & Her Other Sides

Stories, thoughts, places...

Mollyta Mochtar

Travel and Lifestyle Blogger Medan

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

D Sukmana Adi

Ordinary people who want to share experiences

papanpelangi.id

sebuah blog perjalanan

Guratan Kaki

Travel Blog

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

BARTZAP.COM

Travel Journals and Soliloquies

Bukanrastaman

Not lost just undiscovered

Males Mandi

wherever you go, take a bath only when necessary

Eviindrawanto.Com

Cerita Perjalanan Wisata dan Budaya

Plus Ultra

Stories and photographs from places “further beyond”.

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

Musafir Kehidupan

Live in this world as a wayfarer

Cerita Riyanti

... semua kejadian itu bukanlah suatu kebetulan...

Ceritaeka

Travel Blogger Indonesia

What an Amazing World!

Seeing, feeling, and exploring places and cultures of the world

Winny Marlina

Winny Marlina - Whatever you or dream can do, do it! lets travel

Olive's Journey

What I See, Eat, & Read

tindak tanduk arsitek

Indri Juwono's thinking words. Architecture is not just building, it's about rural, urban, and herself. Universe.

dananwahyu.com

Menyatukan Jarak dan Waktu