Another culinary story 😀
Sore kemarin gue ada acara buka bersama bareng temen-temen sekantor. Tempatnya di Rumah Makan Legoh, Jl. Sultan Agung, yang belum pernah sama sekali gue datengin. Berbekalkan teknologi Google Maps di Anrdroid gue yang sebenernya juga nggak bagus-bagus banget, gue akhirnya tahu gue harus ke situ naik apa. Seenggaknya udah dapet bayangan deh lokasinya. Pokoknya dari tempat gue di Jl. Siliwangi naik angkot Cicaheum-Ciroyom sampai Simpang Dago, terus lanjut dengan angkot St. Hall – Dago. Setelah melewati flyover, akan ada sebuah anak jalan di sebelah kiri. Dengan modal “ngira-ngira”, gue memutuskan berhenti setelah melewati dua anak jalan. Takutnya kelewatan hihi. Gue cek Google Maps lagi, dan ternyata gue berhenti terlalu cepat.
Gue masih harus lanjut jalan lagi, sampai gue menemukan sebuah pertigaan dengan sebuah taman kecil di tengahnya. Gue lihat nama jalannya, JREEENGGG!!! Yes, it’s “Jalan Sultan Agung”. Akhirnya, ku menemukanmu #nyanyialanaff
Gue berjalan menyusuri Jalan Sultan Agung yang ternyata merupakan perpanjangan dari Jl. Trunojoyo. Ada beberapa distro yang berjejer di situ dengan mobil-mobil gaul khas mahasiswa yang dionggokkan di sepanjang tepi jalan. Melewati Sultan Agung 09 yang rame (yang entah tempat apa itu), gue sampai di penghujung jalan.
“Mana Rumah Makan Legoh-nyaaa?”
Kebetulan ada akang-akang yang lagi berdiri di pinggir jalan di situ. Gue tanya deh, “Punteng, Ak. Rumah Makan Legoh di mana ya?”
Dia menjawab, “Oh itu, Ak. Sultan Agung 09, yang banyak tanemannya.”
OALAAAAAAHHH, ITUUU? Hadeeuuhh, ternyata ya. Gue berjalan menghampiri tempat itu, dan sempet bingung masuknya dari mana sebelum akhirnya gue menemukan jalan masuk dari samping. Celingak-celinguk nyari temen gue yang katanya udah di situ (dia yang punya hajat, buka bareng buat ngerayain ulang tahunnya), tapi nggak ketemu. Gue lapor ke waiter-nya, nanyain meja atas nama Rea Handayani di mana. Nggak lama kemudian, ketemu juga temen gue itu yang udah sama anak-anak kantor lainnya.
Oke, cerita perjalanannya kelar, sekarang kita bahas kulinernya.
Dengan menu yang memiliki rentang harga yang start from belasan ribu akhir, gue tertarik dengan Nasi Goreng Hitam. Akhirnya itulah yang gue pesen, dengan Es Gunung Cokelat sebagai minumannya. Iye, gue demen banget sama cokelat. Dan sambil nunggu pesenan gue dateng dianter waiter-nya yang ganteng-ganteng pake baju kotak-kotak, gue curi-curi waktu buat jeprat-jepret situasi rumah makan.
Rumah Makan Legoh ini jadi satu dengan sebuah distro. Nggak tahu deh mereka satu manajemen apa enggak. Yang jelas, gue nggak melihat tulisan “Rumah Makan Legoh” di situ, kecuali tulisan yang ada di balik baju para waiter-nya (apa mata gue yang jereng?). Jadi, habis makan-makan enak, lo bisa lanjut belanja-belanji gitu hehehehe.
Setelah beberapa menit gue ngobrol sama temen KKN gue yang juga pas sama-sama lagi di situ sama temennya, pesenan Es Gunung Cokelat gue udah dateng. Seperti namanya, ada gundukan kecil dari bubuk cokelat yang menggunung di puncak gelas. Rasanya? Cokelat banget! Gue suka deh.
Nggak lama kemudian, makanan-makanan pun berdatangan, termasuk pesenan gue: Nasi Goreng Hitam. Nggak kayak nasi goreng pada umumnya, nasi goreng ini berwarna item beneran lho. Nggak banyak toping, selain sebuah telor ceplok dan potongan-potongan kecil cumi. Gue sengaja pesen pake pedes, biar rasanya makin nampol, yang akhirnya agak gue sesali karena ternyata pedes banget. Tapi nggak apa-apa deh, daripada nggak ada rasa pedesnya sama sekali, malah nggak nikmat makannya.
Coba tebak daripada warna hitam itu berasal! Apakah dimasak pake arang? Apa dicampur cat lukis warna item? Usut punya usut, ternyata nasi goreng hitam ini dimasak pake tinta cumi. Oh, pantesan banget ya. Rasanya enak bangeeeeeeeeettt. Ada citarasa seafood di nasi goreng ini, tapi nggak terlalu kuat (kalo terlalu kuat malah amis entar, nggak enak). Gue nggak salah pilih nih. Porsinya juga lumayan kok, meski nggak sebanyak nasi goreng Pedro Jatinangor #yaiyaaaaaa
Gue juga nyobain Iga Bakar Madu dan Iga Bakar Rawit pesenan temen gue. Iga Bakar Madu-nya manis banget, nggak berasa makan iga, tapi lebih kayak makan kue. Sementara Iga Bakar Rawitnya juga agak manis, tapi nggak se-strong Iga Bakar Madunya. Rekomendasi lainnya adalah Nasi Goreng Bebek. Terus, di instagram, temen gue kasih tahu kalo Babi Cuka Rumah Makan Legoh enak banget. Yah, tadi gue nggak inget lihat ada menu babi. Next time kali yaaa
Rumah Makan Legoh di Jl. Sultan Agung ini cocok buat jadi tempat makan anak-anak muda kayak kita yang nggak punya budget banyak, tapi pengen tetep makan enak dan kenyang gyahahahaha. Ada beberapa menu unik seperti Nasi Goreng Hitam atau Bebek Cuka yang susah lo dapet di tempat lain. Menu-menu lainnya adalah aneka menu ayam, bebek, ikan, dan lain-lain. Selain di Sultan Agung, Rumah Makan Legoh juga ada di lokasi lain di kota Bandung. Selamat mencoba 🙂
P.S. Twitter Rumah Makan Legoh: @rmlegoh
waw kayaknya mantap nih
harus dicoba
btw, temannya cicifera ya mas
Recommended tuh, mas. Iya temannya. Cifer. Mas kenal Cifer juga?
dulu teman di kantor.
seringnya ngomongin blog sih klo sama dia 😀
Nah sekarang aku yang sekantor sama dia, bang. Haha.
[…] setelah kunjungan pertama gue ke @rmlegoh pada bulan puasa lalu dengan mencicipi kelezatan Nasi Goreng Hitam-nya, bulan September lalu gue bisa ke sana lagi. Seneng banget bisa kembali ke tempat makan favorit. […]