Sebagai sebuah kota pelajar, juga kota wisata, kota seni, kota budaya, atau kota gudeg, Jogjakarta senantiasa melakukan perubahan demi perubahan di setiap musimnya. Kamu yang sudah lama tidak berkunjung ke kota ini, akan menemukan beberapa perbedaan dari tahun-tahun sebelumnya. Pun saat gue pulang kampung bulan lalu dalam rangka merayakan hari raya Paskah, gue mendapati beberapa hal baru yang gue temukan di kota ini. Apa aja itu?
- Tunnel / terowongan di Stasiun Yogyakarta. Kata temen gue sih udah lama, tapi jujur gue baru tahu saat itu. Mungkin karena gue jarang banget ke Stasiun Tugu.
- Tiang-tiang neon box berbentuk wayang dengan motif batik yang berdiri berjajar di sepanjang Jl. RE Martadinata, Serangan — di atas Kali Winongo. Nama-nama motif batik yang digunakan tertera pada neon box sehingga dapat menjadi media pembelajaran yang kreatif dan semakin mengokohkan identitas Jogja sebagai kota budaya. Kawasan kali juga lebih bersih dan lebih indah sekarang.
- Tulisan “Benteng Vredeburg” di sisi selatan benteng, atau yang menghadap Jl. Pangeran Senopati. Sayang terhalang oleh pagar jeruji besi. Bahkan pengunjung benteng pun juga kayaknya nggak bisa menjangkau area ini, murni hanya sebagai pajangan (bukan area publik)
- Layar-layar raksasa yang bertambah jumlahnya, seperti di atas pos polisi simpang Kantor Pos Besar.
- Gapura hijau yang berdiri di depan anak-anak jalan Malioboro, seperti di Jl. Sosrowijayan dan Jl. Pajeksan.
- Patung-patung binatang yang lucu di Jl. Malioboro, seperti kuda-kudaan ini ‘nih. Hehe.
- Pengkondisian Jl. Kleringan (jalan memutar yang menghubungkan Jl. Pangeran Mangkubumi dengan Jl. Malioboro). Sekarang pengendara akan melalui dua persimpangan berlampu lalu lintas. Hati-hati ya, karena selain tikungannya yang cukup tajam, juga ada arus kendaraan dari arah utara. Gue aja nyaris keserempet mobil waktu itu *itu sih elonya aja yang ‘biayayakan’* *pfff*
- Odong-odong hias Alun-Alun Selatan yang tampak lebih bagus dan elegan. Sekarang bentuknya kayak mobil gaul kayak gini ‘nih. Setiap mobil dilengkapi dengan DVD portable, sehingga penumpang bisa memilih lagu apa yang akan diputar melalui spiker mobil. Hebring sendiri deh di mobil, hehe. Sementara yang berbentuk sepeda tandem udah jarang L
- Jajaran hotel-hotel dan cafe-cafe baru. Selain di simpang Ngampilan, gue juga menjumpai sebuah hotel baru dalam perjalanan dari Stasiun Lempuyangan menuju rumah di daerah Kadipiro.
- Sudah dibangun flyover Jombor yang diharapkan dapat memperlancar arus kendaraan dari Jogja menuju Purworejo dan sebaliknya.
Mungkin juga masih banyak perubahan-perubahan lain yang gue nggak tahu. Monggo dibagikan bagi yang memiliki informasi 😀
Katanya ke depan itu baliho-baliho besar bakal diganti sama videotron. Menurut saya, Jogja makin hari makin tambah banyak balihonya, jadi merusak pemandangan. 😦 Istilah lainnya sampah visual.
Videotron tuh yang layar gede itu ya? Mungkin menurut mereka itu mempercantik pemandangan -_____-
yup, layar gede yang gambarnya bisa ganti2 itu. Klo dipikir-pikir lumayan menguntungkan. Satu videotron bisa memuat banyak iklan dengan durasi putaran yang beraneka ragam, dibanding baliho yang statis.
Malah lebih indah videotron sih kalo menurutku. Hehe.
Iya makin kesini baliho di jogja semakin banyak aja ya mas 🙂
Iya. Semoga tidak mengganggu keindahan dan kenyamanan warga 🙂
aku pengen naik becak VW yg warna2 itu… 🙂
Wah, yg mana tuh? Gue kok malah ga tau, bang :O
Yaelah… Di slide ada kok
Oh itu namanya becak VW ya. Aku nggak tahu namanya, bang. Nyebutnya mobil-mobilan hahaha.
Aku kangen jogjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Ya main dong, mas. Ehehe.