Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal, Garda Depan Penyelamat Lingkungan Global

Masyarakat adat, sosok-sosok di balik lestarinya hutan kita

Pernah main ke kampung adat? Atau bertemu masyarakat adat? Sebagai urban traveler, rasanya gue belum pernah melakukan keduanya. Maklum, biasanya jalan-jalannya ke ibukota atau kota besar lainnya, dalam dan luar negeri. Tapi ternyata, gue dan masyarakat adat itu punya satu misi yang sama: menjaga kelestarian lingkungan. 

Rasanya udah sering gue tulis di sini, bahwa saat gue traveling, gue membiasakan diri banyak berjalan kaki dan menggunakan transportasi umum setempat. Selain membuat gue mampu melihat lebih banyak dan membaur bersama warga lokal, 2 hal di atas adalah langkah kecil kita untuk mengurangi pencemaran lingkungan. 

Dalam kehidupan sehari-hari, gue menghindari penggunaan sedotan (dan tutup gelas plastiknya) saat gue membeli minuman instan. Ketika apa yang gue beli memungkinkan untuk masuk ke dalam saku atau tas, gue juga menolak penggunaan kantong plastik belanja. 

Namun, rupanya apa yang gue lakukan di atas masih belum ada apa-apanya dengan apa yang masyarakat adat lakukan. 


Peran Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal

Hal itu gue ketahui setelah mengikuti Online Gathering #1 Eco Blogger Squad dengan tema, “Peran Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal dalam Menjaga Bumi.” Kak Rukka Sombolinggi, Sekretaris Jenderal dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).

Siapa aja sih yang disebut masyarakat adat? Khususnya di nusantara ini?

Kak Rukka Sombolinggi, menjelaskan tentang masyarakat adat kepada peserta Eco Blogger Squad

Menurut kak Rukka, masyarakat adat adalah sekelompok orang yang terikat secara geneologis dan/atau territorial menyejarah, turun temurun lintas generasi. Mereka punya ikatan budaya yang sama dan ikatan batin yang kuat atas suatu ruang geografis tertentu sebagai rumah mereka. Rumah itu mereka jaga, kelola, dan kuasai dari generasi ke generasi sebagai wilayah kehidupan dari leluhurnya.

Masyarakat adat tidak hanya merasa saling terikat dengan sesama manusia, namun juga dengan makhluk hidup lainnya dan bahkan𑁋ehem𑁋dengan entitas lain yang tak kasat mata. Kuatnya ikatan batiniah ini sampai membentuk sebuah kosmologi. Akhirnya, masyarakat adat menjadi penjaga bumi dan pelindung hutan yang sudah teruji. Kak Rukka sampai bercerita, di tanah asalnya di Toraja, hewan dan tumbuhan dianggap setara dengan manusia, tiga bersaudara yang menjaga lingkungan bersama.

Udara segar yang kita hirup, air bersih yang kita minum, semua tak luput dari kontribusi masyarakat adat Indonesia yang menjaga hutan nusantara.

Di masa lalu, kehidupan masyarakat adat mulai “terusik” sejak masuknya konsep negara/kerajaan/kesultanan, agama-agama baru, hingga akhirnya kolonialisme. Timbullah perlawanan masyarakat adat yang bersifat lokal, seperti Orang Badui, Sedulur Sikep, dan Orang Tengger.

Di masa penjajahan Belanda, VOC menguasai perdagangan komoditas ekspor (1602-1609). Lalu bersama dengan bangsawan kerajaan, mereka mengeksploitasi sumber daya alam hingga 1796. UU Agraria yang digulirkan pemerintah kolonial Belanda pada 1870 memberlakukan konsep tanah negara, sehingga merampas secara hukum hak masyarakat adat atas tanah mereka. Maraknya kegiatan misionaris dan ulama juga menggusur sistem kepercayaan lokal mereka.

Aksi perlawanan masyarakat adat timbul di berbagai daerah. Salah satu contoh yang banyak dikenal adalah perlawanan di Tanah Batak, dipimpin Sisingamangaraja XII, untuk mempertahankan keaslian adat Batak dari pengaruh penyebaran agama baru.

Maka dari itu, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) hadir sebagai organisasi kemasyarakatan independen dengan visi untuk mewujudkan kehidupan yang adil dan sejahtera bagi semua masyarakat adat di Indonesia.


Sahkan RUU Masyarakat Adat

Dengan begitu besarnya jasa masyarakat Indonesia untuk pelestarian alam di nusantara, maka sudah selayaknya pemerintah mendukung dan membela hak-hak masyarakat adat dengan segera #SahkanRUUMasyarakatAdat. RUU Masyarakat Adat sebenarnya sudah mulai dibahas sejak Prolegnas DPR RI 2009-2014. Namun sampai sekarang tak kunjung ada kabarnya.

Hak-hak masyarakat adat berada di ujung tanduk. Tidak ada perlindungan dari segi hukum terhadap pihak swasta membuat masyarakat adat semakin terpuruk. Dua contoh di antaranya adalah kasus Masyarakat Adat Sabuai (Maluku) yang harus puas dengan vonis hukuman pelaku penebangan liar di tanah adatnya yang hanya 2 tahun. Lalu ada Masyarakat Adat Kinipan (Lamandau) yang hutan adatnya dirusak perusahaan sawit. Ketika mereka melancarkan aksi protes untuk membela haknya, eh malah dibungkus aparat. Emang lemper apa.

RUU Masyarakat Adat semakin genting karena telah disahkannya UU Cipta Kerja yang memudahkan perusahaan berinvestasi di berbagai wilayah Indonesia. Mengesahkan RUU Masyarakat Adat berarti menyelamatkan Indonesia dari berbagai hal yang merugikan, seperti perusakan lingkungan. Sudah lebih dari satu dekade RUU ini mengendap di DPR, perlu segera ditindaklanjuti agar setiap warga negara Indonesia memperoleh haknya secara utuh.


Inisiatif Dana Nusantara

Sebagai bentuk dukungan untuk Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal (MAKL) di Indonesia, AMAN bersama dengan WALHI dan KPA menginisiasi program Dana Nusantara. Mereka akan mengelola secara transparan dan akuntabel agar sesuai dengan standar nasional dan internasional. 

Sudah terbukti, bahwa sebanyak 80% keanekaragaman hayati di dunia dilindungi oleh MAKL. Di mana MAKL diberikan hak yang pantas untuk mengelola wilayahnya, laju deforestasi berkurang. Mereka benar-benar menjadi garda depan dalam upaya kita mengurangi emisi di bumi, kontributor terbesar bagi kelestarian hutan dan lingkungan.


Vitalnya peran masyarakat adat dan komunitas lokal Indonesia untuk menjaga alam nusantara perlu didukung segera oleh berbagai pihak. Apa yang mereka lakukan jauh lebih besar daripada apa yang kita-kita lakukan di kota. Mendukung mereka berarti juga turut menjaga alam Indonesia, bahkan dunia. Mari kita dukung MAKL dengan memastikan bahwa dana yang ada di Dana Nusantara benar-benar digunakan dan dikelola untuk dalam melindungi dan mengelola lingkungan kita.

Mari jaga lingkungan dengan segenap usaha yang kita bisa

Terima kasih untuk #EcoBloggerSquad yang sudah menggelar program ini, gue jadi terbuka banget matanya seputar peran masyarakat adat untuk menjaga lingkungan di Indonesia. Nggak sabar ikutan Online Gathering berikutnya di EBS 2023 ini.Rujukan tambahan:
https://www.greenpeace.org/indonesia/aksi/sahkan-ruu-masyarakat-adat/

Iklan

Like atau komentar dulu, kak. Baca tanpa komentar itu kayak ngasih harapan semu :D

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Lonely Traveler

Jalan-jalan, Makan dan Foto Sendirian

Guru Kelana

Perjalanan sang guru di berbagai belahan dunia

dyahpamelablog

Writing Traveling Addict

Daily Bible Devotion

Ps.Cahya adi Candra Blog

bardiq

Travel to see the world through my own eyes.

Mollyta Mochtar

Travel and Lifestyle Blogger Medan

Jalancerita

Tiap Perjalanan Punya Cerita

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

D Sukmana Adi

Ordinary people who want to share experiences

PAPANPELANGI.ID

Berjalan, Bercerita; semoga kita terbiasa belajar dari perjalanan

Guratan Kaki

Travel Blog

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

Efenerr

mari berjalan, kawan

BARTZAP.COM

Travel Journals and Soliloquies

Bukanrastaman

Not lost just undiscovered

Males Mandi

wherever you go, take a bath only when necessary

Eviindrawanto.Com

Cerita Perjalanan Wisata dan Budaya

Plus Ultra

Stories and photographs from places “further beyond”.

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

Musafir Kehidupan

Live in this world as a wayfarer

Cerita Riyanti

... semua kejadian itu bukanlah suatu kebetulan...

Ceritaeka

Travel Blogger Indonesia

What an Amazing World!

Seeing, feeling and exploring places and cultures of the world

Winny Marlina

Winny Marlina - Whatever you or dream can do, do it! lets travel

Olive's Journey

What I See, Eat, & Read

tindak tanduk arsitek

Indri Juwono's thinking words. Architecture is not just building, it's about rural, urban, and herself. Universe.

dananwahyu.com

Menyatukan Jarak dan Waktu

%d blogger menyukai ini: