
Belakangan ini, saya sedang senang menggunakan Twitter untuk berjejaring, khususnya membicarakan hal-hal seputar transportasi umum. Yah, meski kadang nyamber tweet-tweet viral atau akun-akun base untuk menarik impression, hehe. Di Twitter, saya antusias karena menemukan orang-orang yang satu frekuensi dan satu minat dengan saya! Beberapa akun yang jadi rujukan saya adalah @adriansyahyasin, @rezaprabowo, @jalur5_, dan @TfJakarta. Saya bahkan sampai bergabung dengan komunitas Jalur5 di Discord.
Hal ini membuat saya menyesal, kenapa perjalanan Singapura-Vietnam-Malaysia bulan Juli 2022 nggak saya buat live thread aja di Twitter? Akan ramai dibaca orang dan juga bisa dicari kemudian, daripada bila saya hanya upload di IG Story.
Nah, di tulisan kali ini pun, saya mau mengajak pembaca-pembaca saya di sini (cailah) untuk ikut nimbrung bersama saya ngobrolin transportasi umum di Jakarta dengan kota-kota sekelasnya di Asia Tenggara. Saya semakin bangga dengan Jakarta, karena setelah sekian tahun “tertidur” akhirnya ia kini sejajar dengan Bangkok, Kuala Lumpur, dan Singapura.
Baca juga: Review dan Panduan Perjalanan MRT Jakarta
Jakarta Bersaing dengan Bangkok
Beberapa hari lalu, saya iseng menghitung panjang total seluruh lintasan rail transit system atau urban railway system di Jakarta𑁋MRT, LRT, KA komuter, dan KA bandara. Dari hasil yang saya dapatkan di Wikipedia, ternyata Jakarta sedang kejar-kejaran dengan Bangkok di kisaran 200an kilometer! Kuala Lumpur ternyata sudah di angka 500an km. Tapi memang iya, sistem transportasi massal di KL dan Bangkok sudah didominasi MRT atau LRT, sementara Jakarta baru punya masing-masing 1 lin.

Saat ini, Jakarta dilayani oleh 5 lin KA komuter, 1 lin KA bandara, 1 lin MRT sepanjang 16 km, dan 1 lin LRT super pendek dengan panjang lintasan yang tak sampai 6 km. Sementara itu, Kuala Lumpur punya 2 lin LRT, 1 lin monorel, 1 lin KA bandara, 2 lin KA komuter, dan 2 lin MRT.
Jakarta dan KL juga memiliki beberapa kesamaan kondisi. Sama-sama warganya malas naik angkutan umum, sama-sama murah harga BBM-nya, dan sama-sama murah harga kendaraan bermotornya. Bedanya, pemerintah Malaysia berusaha menarik minat warganya dengan menghadirkan angkutan pengumpan (feeder bus) di beberapa stasiun MRT ke kawasan-kawasan residensial, contohnya di Damansara. Nah, LRT Jabodebek (yang kelak akan beroperasi tahun 2023 ini) juga sebaiknya begini. Sama dengan MRT Kajang Line dan MRT Putrajaya Line, LRT Jabodebek kita juga menjangkau kawasan residensial di suburban area yang kehadiran transportasi umumnya belum memadai.
MRT di Malaysia dibangun dengan sangat masif! MRT Kajang Line, dengan panjang total 47 km dan 9,5 km di antaranya underground, beroperasi penuh pada Juli 2017 sejak memulai konstruksi di tahun 2012. Hanya 5 tahunan coy! MRT Putrajaya Line lalu menyusul dengan total panjang lintasan 57,7 km dan 13,5 km di antaranya underground. Sejak mulai dibangun pada tahun 2016 silam, fase 1 MRT Putrajaya Line dari Kwasa Damansara ke Kampung Batu akhirnya dibuka pada Juni 2022 lalu. Fase keduanya beroperasi pada 16 Maret 2023 lalu. Cuma 7 tahun coy! Nggak cuma panjang, stasiun-stasiunnya juga besar dan megah, utamanya stasiun-stasiun bawah tanah. Rolling stock-nya nggak kaleng-kaleng, dua-duanya kereta api driverless tanpa masinis.
Sementara itu, dengan durasi yang sama, Jakarta baru bisa membangun setengahnya.
Baca juga: MemahaMemahami Sistem Transportasi Publik di Kuala Lumpur, Malaysiami Transportasi Umum di Kuala Lumpur
KA Komuter di Asia Tenggara
Berbeda dengan kota-kota sekelasnya, jalur kereta api perkotaan di Jakarta didominasi oleh kereta api komuter. Mungkin karena kita pernah dijajah Jepang? Bangkok hanya punya 1 layanan, SRT Red Line (yang dibedakan menjadi SRT Light Red Line dan SRT Dark Red Line). Manila dan Yangon saat ini memiliki masing-masing 1 lin KA komuter. Namun, sama seperti Jakarta, Manila sedang mengerjakan beberapa proyek ambisius, dan salah satunya adalah jalur baru KA komuter. Mari kita lihat hasilnya dalam beberapa tahun ke depan.

Meski hanya 1 layanan dengan 2 lin, namun SRT Red Line di Bangkok pada prakteknya sudah seperti layaknya sebuah MRT. Armadanya modern, stasiunnya nyaman, dan memiliki jalur eksklusif𑁋tidak shared atau overlapped seperti KAI Commuter Line Jabodetabek. Yang membedakan SRT Red Line dengan MRT di Bangkok paling cuma headway-nya yang lebih lama, ketiadaan platform screen doors (pintu peron), dan jarak antarstasiun yang tak serapat MRT.
Berkat SRT Red Line, sekarang Don Mueang International Airport terhubung dengan sistem perkeretaapian di Bangkok. Tinggal turun di Stasiun Krung Thep Aphiwat (sebelumnya dikenal dengan nama Bang Sue Grand Station) lalu transfer ke lin MRT Blue Line.
Baca juga: Memahami Transportasi Umum di Bangkok
Armada paling keren tentu saja dimiliki KTM Komuter di Malaysia. Beberapa rolling stock-nya bahkan tampak seperti kereta api semicepat! Kecuali beberapa stasiun besar seperti KL Sentral dan Bandar Tasek Selatan, stasiun-stasiun KTM Komuter pada umumnya sederhana seperti stasiun-stasiun KAI Commuter Line Jabodetabek. Sayangnya, akhir-akhir ini saya melihat banyak kritik seputar KTM Komuter di media sosial terkait maintenance-nya yang buruk, terasa seperti dianaktirikan.

Namun meski saat ini unggul, Jakarta tak boleh lengah, KAI Commuter Line harus terus berbenah. Biar jangan hanya menang angka saja, namun juga kualitas. Manila dan Bangkok sedang membangun sistem KA komuter yang proper, bahkan Yangon Circular Railway pun rencananya akan dimodernisasi. Beberapa isu utama dalam sistem KAI Commuter Line kita adalah keamanan celah peron (platform gap), arus penumpang di dalam stasiun, dan wayfinding/signage (papan petunjuk arah). Sebagian dari kalian mungkin tahu dengan betapa kacaunya Stasiun Manggarai akhir-akhir ini, padahal ia baru saja (dan masih sedang) direnovasi.
Menanti LRT Jabodebek dan LRT Jakarta Fase 2
Membandingkan panjang lintasan sistem kereta api Jakarta saat ini dengan Bangkok, KL, apalagi Singapura memang rasanya nggak apple to apple. Rail transit system di Jakarta didominasi KAI Commuter Line yang hampir seluruh lintasannya adalah at-grade level. Hanya sebagian kecil saja, seperti section dari Jayakarta hingga Cikini di Lin Bogor yang melayang (elevated). Itu pun hasil dari pembangunan jaman penjajahan Belanda atau Jepang, cmiiw.

Sementara itu, rail transit system di Bangkok, Kuala Lumpur, Singapura, bahkan Manila didominasi oleh MRT dan LRT yang jalurnya melayang atau di bawah tanah (underground). Sistemnya menggunakan lintasan yang dibangun secara khusus, bukan peninggalan era kolonial.
Makanya, saya nggak sabar menunggu LRT Jabodebek beroperasi tahun ini!
LRT Jabodebek langsung dibangun sepanjang lebih dari 40 km dengan 3 lin. Stasiun-stasiunnya pun terintegrasi dengan moda transportasi publik lainnya di Jakarta, dari MRT, KAi Commuter Line, BRT TransJakarta, bahkan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Kehadirannya akan membuat total panjang lintasan MRT & LRT menjadi hampir 70 km.


Selain itu, extension LRT Jakarta dari Velodrome ke Manggarai telah disetujui. MRT Jakarta North-South Line Fase 1B hingga Jakarta Kota juga sedang dibangun. Wah, bener-bener nggak sabar melihat perkembangan Jakarta dalam 10 tahun ke depan, meski tak lagi menjadi ibukota.
Hanoi, Pesaing Kompetitif Jakarta
Beberapa waktu lalu, Hanoi akhirnya meluncurkan Line 2A dari Hanoi Metro, sistem angkutan massal yang kelak akan menjadi tumpuan ibukota Vietnam ini. Walau seluruh lintasannya melayang dan lebih pendek dari MRT Jakarta Fase 1A, namun Hanoi tak boleh diremehkan. Jalur keduanya, Line 3, sudah menjalani test run dan mungkin bisa beroperasi tahun ini. Sementara di sisi selatan, Ho Chi Minh City pun sedang membangun MRT-nya dengan jalur elevated dan underground.
Vietnam is an emerging Southeast Asian country. Meski pembangunan metro-nya juga lama dan beberapa kali tersendat, namun pertumbuhan ekonominya melesat. Siapa tahu, begitu mencapai titik kestabilan, pembangunan infrastrukturnya dikebut!
Vientiane dan Bandar Seri Begawan masih adem ayem, namun sangat dimaklumi melihat tenangnya lalu lintas kotanya. Phnom Penh seharusnya sudah serius merencanakan infrastruktur angkutan massal berbasis rel karena jalan-jalannya sudah macet, gedung pencakar langit tumbuh di sana-sini.
Ah, tak sabar rasanya kembali mengudara dan melintas di atas rel, melalui negara yang satu dan negara lainnya. Berjalan, mengamati, memelajari, mengalami, lalu merangkainya dalam uraian cerita.
Sukses untuk pembangunan LRT Jabodebek, MRT Jakarta, LRT Jakarta, dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Antusias sekali rasanya menanti Jakarta dan seluruh Indonesia semakin maju! Berharap MRT dan LRT juga dibangun di kota-kota besar lainnya seperti Surabaya, Bandung, dan Semarang. Kabarnya LRT Bali, Batam, dan Medan akan dibangun. Cheers, keep learning by traveling.