Tiket Jakarta-Manila dengan maskapai Cebu Pacific sudah di tangan. Februari 2020, harusnya saya sudah terbang ke Filipina dan menginjakkan kaki di Negeri Jose Rizal itu. Sayangnya, COVID-19 membuyarkan perjalanan yang sudah dinanti-nantikan. Meski pandemi belum meluas, namun kekhawatiran mulai merasuki isi pikiran orang-orang termasuk pacar dan calon mertua saya saat itu (sekarang sudah jadi istri dan mertua beneran, ehem). Jadi, demi menenangkan hati para kesayangan, rencana ke Manila terpaksa dibatalkan.
Saya hanya bisa menatap nanar surat elektronik berisi check-in reminder yang dikirimkan oleh pihak maskapai. “Sorry, Manila. Not this time,” batin saya sedih saat itu.
Kegagalan itu tak lantas membuat impian saya ke Filipina, khususnya Manila, kandas. Di antara mimpi-mimpi besar saya untuk menjelajah 5 benua di muka bumi ini, ada harapan untuk bisa menuntaskan kunjungan ke sepuluh negara ASEAN. Filipina, bersama dengan Laos dan Brunei Darussalam, adalah salah satu negara ASEAN yang belum disambangi.
Maka melalui tulisan ini, izinkan saya untuk membagikan rencana perjalanan saya di Manila, Filipina, yang belum sempat diwujudkan. Entah kapan, namun pasti wacana ini akan berubah menjadi sebuah cerita perjalanan yang nyata.
Ngomong-ngomong, tulisan ini berhasil menjadi Juara 1 Kompetisi Menulis yang diselenggarakan Philippines Department of Tourism Indonesia, @pdot_id
Hari 1: Mabuhay, Manila!
Saya adalah seorang rail enthusiast, khususnya kereta api urban seperti MRT, LRT, monorel, trem, kereta api komuter, dsb. Manila (dan Hanoi) adalah kota dengan rail transit system di Asia Tenggara yang belum berhasil saya kunjungi. Padahal kota-kota lain sekelasnya𑁋Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, dan Jakarta𑁋sudah saya ulas habis macam-macam transportasi umumnya di blog.
LRT-1 di Manila, sistem angkutan perkotaan berbasis rel pertama di Asia Tenggara
Jadi, setibanya di Ninoy Aquino International Airport (NINA), saya mau naik taksi sebentar saja sampai Stasiun Baclaran (LRT-1) atau Stasiun Taft Avenue (MRT-3) untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke hostel. Ada 3 penginapan yang sudah saya incar karena harganya oke, tampilannya kece, dan dekat stasiun LRT/MRT. Ketiganya adalah Crossroads Hostel, Sulit Dormitel Santa Mesa, dan Yuj Inn Pasay. Akomodasi murah tapi instagram-worthy di Manila memang belum se-booming di Bangkok, Jakarta, atau Ho Chi Minh City.
Harga termurah untuk penerbangan Jakarta-Manila saat ini berada di kisaran Rp1,250 juta dengan maskapai Cebu Pacific. Salah satunya ada di hari Kamis, 8 November 2023, untuk keberangkatan pukul 00:30, tiba di Manila pukul 5:55. Kalau nggak salah, ini juga penerbangan yang seharusnya saya naiki ke Manila 😦 Penerbangan langsung tanpa transit lho! Kalau mau, reservasi sekarang di Kiwi.com
Hari pertama akan saya manfaatkan untuk beristirahat, mendokumentasikan hostel, dan berjalan-jalan random di sekitar penginapan. Menikmati bersantap di rumah makan sekitar, mengamati keseharian warga lokal, dan menikmati lalu lintas kota cukuplah jadi cara saya berkenalan dengan Manila. Bila masih ada waktu (dan energi), saya mungkin akan mampir di salah satu mal di Makati untuk melihat sisi modern Manila, misalnya ke SM Makati atau Glorieta Malls yang jumlah mall-nya mengalahkan Mal Kelapa Gading.
Hari 2: Story for History
Sejarah akan menjadi fokus di hari ke-2 ini, saya akan ngubek-ubek Intramuros seharian! Turun di Stasiun United Nations, saya akan memulai dengan Rizal Park. Dari situ, saya akan berjalan ke utara untuk mampir ke San Agustin Church, Manila Cathedral, Fort Santiago, hingga tiba di Binondo𑁋pecinan tertua di dunia! Sorenya, saya akan kembali ke arah Rizal Park untuk menikmati sore di Manila Baywalk.
Sebagian obyek wisata Intramuros memiliki tiket masuk. Jadi biar praktis, beli saja Intramuros Pass di Klook. Diskon 5% dengan kode NUGISUKE.
Kebetulan saya bukan tipe traveler yang menentukan secara spesifik tempat makan mana aja yang mau dikunjungi. Saya simpel aja sih, makan sedapetnya di kawasan yang sedang saya jelajahi. Yang penting makanannya sebisa mungkin makanan khas negara itu, meski nggak nolak juga sesekali makan di jaringan fast food internasional kalau cuma ada itu. Saya juga seorang Nasrani, jadi leluasa mengeksplor gastronomi suatu negeri tanpa terkendala pantangan atau tradisi.
Tapi khusus Binondo, karena banyak yang bilang ia adalah surga kuliner Manila, jadi saya akan menentukan beberapa alternatif tempat saya bersantap siang di sana. Pengennya sih ke Ying Ying Tea House. Selain karena menunya beragam, tea house adalah tempat makan khas Tiongkok, seperti yang pernah saya kunjungi di Haikou, Hainan. Alternatifnya, saya mau ke Sincerity Cafe & Restaurant atau Chuan Kee. Konon, ehem, pork chop di Chuan Kee besar dan enak!
Hari kedua ini juga akan menjadi kesempatan saya menikmati LRT-1, rapid transit tertua di Asia Tenggara yang sudah mulai beroperasi di awal 1980-an sebelum ada jalur pertama MRT Singapura.
Hari 3: Bonifacio Global City
Selain pecandu transportasi umum, saya juga pengagum infrastruktur publik lainnya. Maka dari itu, Bonifacio Global City di Taguig pun tak luput saya sisipkan dalam agenda perjalanan saya di Manila. Bukan, bukan mau naik gondola di Venice Grand Canal Mall, saya malah nggak berminat dengan tempat seperti itu. Taman, trotoar, jalan raya, dan gedung-gedung tingginya adalah hal-hal yang ingin saya amati di sana.
Saya mungkin akan menghabiskan banyak waktu di Bonifacio High Street. Mampir di salah satu kedai kopi yang nggak terlalu ramai, mengamati lalu-lalang warga, meresapi atmosfer Manila sebagai kota yang sedang berkembang cukup pesat. Saya lalu mampir ke salah satu tamannya, mungkin Burgos Park atau BGC Greenway Park, lalu ingin ke The Mind Museum dan Market! Market! bila masih ada waktu dan energi. Tiket The Mind Museum seharga Rp90 ribuan juga bisa dibeli online di Klook
Sore harinya saya akan pulang dulu ke hostel, karena mau mandi dan nongkrong ganteng di Makati lagi. Mau mejeng di salah satu mal hits-nya yang belum kesampaian di hari pertama kemarin.
Hari 4: Makati dan Museum
Sebelum menikmati Makati lebih jauh, saya mau ke Stasiun Guadalupe dulu untuk naik layanan kapal ferry, menyusuri Sungai Pasig yang kini bersih. Angkutan sungai ini juga saya ketahui gara-gara nonton salah satu videonya Youtuber Mergim Vlogs. Ini keren banget! Kapalnya bagus, terintegrasi MRT, bersih, dan bahkan saat itu masih gratis. Sayang malah belum banyak diberdayakan oleh warga lokalnya sendiri.
Pasig River Ferry ini sebetulnya sudah lama ada, namun layanannya sempat terhenti di 2011. Delapan tahun kemudian di tahun 2019, ia beroperasi kembali. Dari Guadalupe, kapal melanjutkan perjalanan hingga dermaga Escolta di dekat Intramuros. Nah, dari situ saya akan kembali lagi ke Guadalupe dan menjelajah Makati.
Kali ini, saya ingin menikmati Makati di siang hari. Mau ke Ayala Triangle Gardens, The Ayala Museum, dan beberapa museum kontemporer atau galeri seni seperti Silverlens, The Drawing Room, dan Finale Art File. Ketiga tempat itu juga terletak berdekatan dan berada di sekitar Stasiun EDSA atau Stasiun Magallanes.
Sebelum gelap, saya ingin menutup petualangan saya di Manila dengan menjajal satu lagi moda transportasinya: kereta api commuter Philippines National Railway (PNR). Saya akan naik dari Stasiun EDSA hingga Stasiun Alabang, lalu kembali ke Metro Manila dengan kereta api terakhir pukul 20:00. Saya tertarik banget cobain kereta api PNR karena mereka menggunakan kereta api buatan INKA. Malamnya saya akan beristirahat untuk mempersiapkan kepulangan esok hari.
Dengan ini, berakhir sudah petualangan saya di Manila. Setelahnya, saya akan melanjutkan perjalanan ke Cebu, atau ke negara tetangga seperti Taiwan karena memang banyak tiket pesawat murah ke Taipei dari Manila.
Dari perjalanan ini, saya berharap akan banyak mengabadikan momen keseharian lokal warga Manila seperti foto-foto street scene, transportasi umum, infrastruktur publik, atau gedung-gedung perkantorannya. Jangan harapkan banyak foto OOTD di spot-spot instagram-worthy dari saya, karena memang misi perjalanan saya adalah live like a local. Tulisan atau video seperti, “Memahami Transportasi Publik di Manila,” atau, “10 Tempat Makan Merakyat Enak di Manila” adalah beberapa output yang saya inginkan dari perjalanan saya. Keep learning by traveling~
Semoga some day bakal kesampaian ke Manila. Hebat juga ya Manila bisa punya transportasi publik sebelum Singapore. Saya malah gak tau. Dulu ke Manila untuk biztrip doang, jadi kliteran sekitar Makati dan Intramuros doang…
Eh kamu udh ke Timor Leste ya mas? Aku tadinya udh khatam semua negara asean. Tau2 Timor Leste masuk 🤣🤣. Jadi ga khatam. Semoga bisa THN depan sih.
Phillipines mungkin memang cocok untuk traveler kayak mas. Kalo aku jujurnya cukup sekali, dan ga mau lagi 🤣🤣🤣.
Hotelku yg tadinya utk honeymoon mendadak dicancel, jadinya nginep di hotel biasa. Airasia reschedule 2 hari tanpa KSH tau apa2 dan aku terpaksa book tiket baru di hari yg sama. Kecopetan di MRT nya 🤣🤣. Kena macet pas pulang dari villa Escudero ke Manila 2 jam ga bergerak itu bus 😄. LBH parah dr macetnya JKT.
Di tambah makanan mereka ga cocok buatku. Yg ga halal katanya enak, tapi mana bisa aku coba 🤣. Makanya kubilang ini LBH cocok utk traveler kayak mas.
Tapi aku suka keramahan orang2nya. Baik banget. Dan aku slalu dianggab pinoy Krn muka kita mah memang LBH mirip pinoy dibanding Melayu Malaysia 😄.
BELOOOMMM. Timor Leste udah masuk ASEAN ya sekarang? Oke, nambah 1 lagi negara ASEAN yang belum dikunjungi.
Sebenernya aku juga nggak minat-minat banget sama Filipina. Tapi ya, traveler macam aku kayaknya akan lebih bisa survive dan nrimo dengan segala drama di sana. Selama ada LRT MRT, aku akan senang hahaha.
Gapapa…. ttp harus dikunjungi semua memang untuk Asean 😄. Mau bagus atau ga. Seandainya phillipines belum, aku pun ttp aja bakal datangi segaenak apapun itu 😄.
Timles udh masuk Asean Skr 🤣. Tapi yg aku baca sih kotanya bagus kalo ini. 👍ga heran sih, dari dulu juga Dili udh bagus kan, sampe dibikinin lagu 🤣. Makanannya aku yakin juga ga jauh ama Indonesia, cuma males dolar USD nya itu aja 🤣.
Iya mbak, Dili cakep dan tenang gitu. Di twitter bisa kepoin akunnya @zqhr yang beberapa waktu lalu kerja di sana.
samaa, tiket Filipina aku juga aku hanguskan, tapi waktu itu bukan karena covid hahaha.
Next time nih kudu ke Filipinan, di planning dulu aja
Kalau diliat liat, Filipina terutama dari wajah nya juga nggak beda jauh sama orang Indo.
Pengen blusukan ke kota tuanya yang khas sama bangunan tua khas Eropa gitu