Kemegahan Candi Prambanan

Terakhir kali gue ke Candi Prambanan adalah saat gue masih imut unyu unyu kecil banget. Lupa umur berapa, lupa ngapain aja di sana, lupa berapa harga tiket masuknya, lupa segalanya. Karena itulah, gue excited banget ketika hari ini gue bareng beberapa anggota keluarga bisa jalan-jalan ke sana. Akhirnya usaha persuasif gue tadi malem berhasil hehe. Bujukan gue semakin kuat dengan pernyataan kakak gue yang bilang kalau dia belum pernah sama sekali ke Candi Prambanan + belum pernah sama sekali naik Trans Jogja. Hadeuh, wong Jogja kok durung tau numpak Transjogja. Kedua ponakan gue juga belum pernah ke sana. Sementara itu, ibu malah menceritakan kenangan beliau ke Candi Prambanan bersepeda bersama Bapak. So sweet. Terbayang kemesraan mereka berdua berboncengan sepeda sambil sesekali bercengkerama genit, membelah jalanan Jogja yang masih tenang dan romantis

Wan Wan Emoticons 19

Perjalanan kami ke Candi Prambanan dimulai dari sekitar pukul 9 pagi. Saat itu cuaca masih cukup nyaman, cerah namun tidak terlalu terik. Kami berenam harus berjalan sekitar satu kilometer menuju shelter Trans Jogja terdekat di Wirobrajan, depan SMAN 1 Yogyakarta. Di menit-menit pertama, perjalanan berlangsung dengan nyaman sentosa jaya abadi. Ketidaknyamanan mulai sedikit terasa saat kami sampai di Jl. Urip Sumohardjo, ketika keponakan perempuan gue mengeluh dia sudah bosan. Bosan yang akhirnya berujung pada kepala pusing dan perut mual dan akhirnya muntah #pffft. Dia mabuk! Suasana juga tidak mendukung karena kondisi Jalan Solo padaaaaaattt, bus berjalan tersendat-sendat.

Masjid di depan pintu masuk

Masjid di depan pintu masuk

Kami sampai di shelter Prambanan sekitar pukul setengah sebelas lebih. Jadi, total lama perjalanan adalah hampir satu setengah jam. Setengah jamnya adalah total menunggu armada bus Trans Jogja yang agak lama. Dari shelter Prambanan, kami masih harus menyeberang jalan dan berjalan beberapa ratus meter karena luasnya komplek Candi Prambanan. Pintu masuk berada beberapa meter setelah gapura besar Kabupaten Klaten. Biaya masuknya ada Rp 30.000,00 untuk dewasa dan Rp 12.500,00 untuk anak-anak, beroperasi hingga pukul 17.00. Dari tempat pembelian tiket hingga sampai ke Candi Prambanan-nya ada banyak penjual jasa payung dengan tarif Rp 5.000,00 buat kamu-kamu yang paling nggak tahan sama panas, atau takut item, atau takut make-up luntur #jiaaahhh.

Sebelum benar-benar menghampiri Candi, kami leyeh-leyeh dulu di bawah naungan sebuah pondok. Capek cyin jalan dari rumah ke shelter, terus dari shelter ke Candi. Komplek Candi Prambanan memiliki sebuah taman berumput yang luas, asyik buat gelar tiker sambil ngemil-ngemil cantik atau minum es sampai bosen. Beberapa pohon tumbuh dengan tinggi menjulang, seakan ingin sedikit membantu menyejukkan komplek Candi Prambanan yang panas.

Candi Prambanan dari kejauhan

Candi Prambanan dari kejauhan

Untuk masuk ke area Candi, pengunjung diwajibkan mengenakan sebuah jarik untuk dipakai di pinggang. Kurang tahu apa alasannya, tapi gue duga ini berkaitan dengan mitos Candi Prambanan.

Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan tercantik di dunia (seenggaknya, itulah yang gue tahu). Candi ini dibangun pada abad ke-10, pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Titik tertingginya hingga 47 meter, yang ternyata 5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur. Kemegahan Candi Prambanan benar-benar simbol kejayaan peradaban Hindu pada saat itu.

Menurut legenda, Candi Prambanan adalah candi yang diciptakan oleh Bandung Bondowoso dengan bantuan makhluk-makhluk gaib. Dia sedang dalam usahanya membangun candi dengan 1.000 arca dalam semalam untuk memenuhi permintaan Roro Jonggrang, wanita yang dicintainya. Sayangnya Roro Jonggrang tidak balas mencintainya, dan malah berusaha menggagalkan perjuangan Bandung Bondowoso. Dia memerintahkan seluruh warga kampung menumbuk padi dan menyalakan api besar sehingga menciptakan suasana pagi hari. Akhirnya kecurangan Roro Jonggrang diketahui oleh Bandung Bondowoso. Karena merasa dicurangi, Bandung Bondowoso lalu mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca ke-1.000.

Candi Prambanan

Candi Prambanan

Candi Prambanan memiliki 3 candi utama yang merupakan simbolisasi trimurti agama Hindu: Candi Siwa, Brahma, dan Wisnu, yang semuanya menghadap ke timur. Masing-masing memiliki satu candi pendamping, yakni Nandini untuk Siwa, Garuda untuk Wisnu, dan Angsa untuk Brahma, yang menghadap ke barat. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut.

Candi tertinggi adalah Candi Siwa. Mungkin ini merupakan cerminan bahwa unsur pengrusakan dan penghancuran merupakan unsur terbesar di semesta ini. Rusaknya moral manusia, rusaknya kasih antar sesama, rusaknya lingkungan, dan rusak-rusak yang lain #soktahu. Untuk masuk ke dalam Candi Siwa, pengunjung harus mengantri untuk kemudian diberikan helm (sekali lagi, gue nggak tahu ini buat apa). Setiap pengunjung hanya diberikan waktu maksimal 15 menit untuk menikmati keindahan Candi Siwa. Sayangnya kami nggak masuk ke Candi ini. Antriannya itu lho, sepanjang kereta Lodaya digandengin sama kereta Argowilis dan Sriwedari! #lebay. Ditambah dengan cuaca yang panas terik yang bikin semakin males buat ngantri.

Ada 4 ruang di dalam Candi Siwa, yakni ruang yang berisi arca Siwa itu sendiri, arca Durga (isteri Siwa), arca Agastya (guru Siwa), dan arca Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yand dipercaya sebagai arca Roro Jonggrang. Sementara itu, Candi Wisnu dan Candi Brahma masing-masing hanya memiliki 1 ruang, berisi arca Wisnu dan arca Brahma.

Arca Brahma

Arca Brahma

Arca Wisnu

Arca Wisnu

Candi Siwa, candi tertinggi

Candi Siwa, candi tertinggi

Puas dan capek muter-muter Candi, kami bergerak menuju pintu keluar. Ternyata, tak jauh dari Candi ada Kampoeng Dolanan Nusantara yang dijadikan sebagai sarana pelengkap Candi Prambanan.  Selengkapnya soal Kampoeng Dolanan ini bakal gue ceritakan di post selanjutnya. Bakal ada banyak foto soalnya, dan yang ini udah kepanjangan. Cerita ini gue tutup dengan foto ganteng gue yang satu ini. Cheers! 😀

Ganteng yak gue

Ganteng yak gue

Iklan

5 komentar

  1. kayakny yg nulis lebih gokil dr pada kisah candiny….hehehe
    pernah kesana sih…. untuk pertama dan terakhir *mungkin 😀 (lmpung – tangerang -jogja)
    singkat tp manis….
    teringat seseorang berjalan pelan” dr pintu keluar sblah utara nunguin q yg akhirny kita ngobrol dan dapetlah gelang yg q pke hari ini… made in prambana (gx pengen q lepas kcuali copot sndri hihihi)
    tp smuany sudah berahir…. 😦 😦

    1. Hahaha. Nggak, saya waras2 aja kok 😀

      Duh jangan bilang yg terakhir gitu. Banyak lho yg datang lagi dan lagi ke Jogja hehe.
      Sedih bgt, kenapa semuanya harus berakhir? 😦

  2. […] barat kotamadya Yogyakarta. Tujuan kami adalah Candi Ratu Boko, yang posisinya tidak jauh dari Candi Prambanan. Menurut mbak Nana, rute melalui Jalan Wonosari lebih cepat dan lebih leluasa. Namun karena kami […]

  3. […] memang memiliki objek-objek wisata budaya, sejarah, kuliner, seni, dan sosial di dalam kotanya, Yogyakarta juga sudah memiliki moda transportasi yang […]

  4. […] di dalam blog ini juga, gue sudah menceritakan acara piknik gue sekeluarga di Candi Prambanan dan Pantai […]

Like atau komentar dulu, kak. Baca tanpa komentar itu kayak ngasih harapan semu :D

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Lonely Traveler

Jalan-jalan, Makan dan Foto Sendirian

Guru Kelana

Perjalanan sang guru di berbagai belahan dunia

dyahpamelablog

Writing Traveling Addict

Daily Bible Devotion

Ps.Cahya adi Candra Blog

bardiq

Travel to see the world through my own eyes.

Mollyta Mochtar

Travel and Lifestyle Blogger Medan

Jalancerita

Tiap Perjalanan Punya Cerita

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

D Sukmana Adi

Ordinary people who want to share experiences

PAPANPELANGI.ID

Berjalan, Bercerita; semoga kita terbiasa belajar dari perjalanan

Guratan Kaki

Travel Blog

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

Efenerr

mari berjalan, kawan

BARTZAP.COM

Travel Journals and Soliloquies

Bukanrastaman

Not lost just undiscovered

Males Mandi

wherever you go, take a bath only when necessary

Eviindrawanto.Com

Cerita Perjalanan Wisata dan Budaya

Plus Ultra

Stories and photographs from places “further beyond”.

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

Musafir Kehidupan

Live in this world as a wayfarer

Cerita Riyanti

... semua kejadian itu bukanlah suatu kebetulan...

Ceritaeka

Travel Blogger Indonesia

What an Amazing World!

Seeing, feeling and exploring places and cultures of the world

Winny Marlina

Winny Marlina - Whatever you or dream can do, do it! lets travel

Olive's Journey

What I See, Eat, & Read

tindak tanduk arsitek

Indri Juwono's thinking words. Architecture is not just building, it's about rural, urban, and herself. Universe.

dananwahyu.com

Menyatukan Jarak dan Waktu

%d blogger menyukai ini: