
Suasana alami Boyong Resto
Ada satu kebiasaan khusus yang gue sekeluarga lakukan saat Hari Raya Idul Fitri. Selain berkunjung ke rumah satu atau dua kerabat yang ada di kota Yogyakarta, kami juga meluangkan waktu satu hari khusus untuk: rekreasi / piknik / wisata / jalan-jalan, whatever you call it. Jadi, meski kami keluarga sederhana, tapi kami nggak kurang piknik, hehehe.
Sebelumnya, di dalam blog ini juga, gue sudah menceritakan acara piknik gue sekeluarga di Candi Prambanan dan Pantai Parangtritis.
Semua pasti tahu kalau Jogja punya segudang objek wisata. Sebutlah beberapa nama kekinian seperti Kebun Buah Mangunan, Hutan Pinus Mangunan, Gunung Purba Nglanggeran, Puncak Suroloyo, atau Puncak Becici, semuanya belum pernah kami sambangi. Tapi, di sini kami pergi berombongan dengan anggota termuda yang baru masuk bangku SMP dan anggota paling sepuh, mamah tercinta, yang usianya sudah lebih dari separuh abad.

Ada ayunan dan jungkat-jungkit juga di Boyong Resto!
Dengan formasi yang sangat heterogen seperti itu, tentu gue harus memilih satu atau dua obyek wisata yang dapat dinikmati oleh semua kalangan usia. Jaraknya pun sebaiknya nggak terlalu jauh dan ekstrim karena kami pergi dengan 3 buah sepeda motor. Maklum, belum punya mobil, doakan supaya gue bisa beli mobil buat keluarga ya 😀
Maka, gue pun memilih untuk mencari satu resor atau leisure park yang ada di Jogja. Pokoknya, gue mau kami semua bisa bersantai, menikmati suasana, dan melakukan beberapa aktivitas yang ramah dalam satu tempat. Sayangnya Jogja itu nggak seperti Bandung yang punya banyak resor atau leisure park — Floating Market, Dusun Bambu, Farmhouse, de Ranch, you name it. Setelah berseluncur mencari informasi di samudera maya dan meminta rekomendasi rekan-rekan blogger Jogja, pilihan pun jatuh pada: Boyong Kalegan Resto (Boyong Resto).
Perjalanan Menuju Boyong Resto
Saat itu H+1 Idul Fitri, 7 Juli 2016. Gue sengaja meminta keluarga untuk berangkat agak pagi agar tidak kehabisan tempat di Boyong Resto. Sekitar pukul setengah sepuluh, kami berenam meluncu menuju lokasi. Perjalanan menuju Boyong Resto dari rumah kami di kawasan Kadipiro ditempuh selama kurang lebih satu jam.

My niece, Anita, took a pose above the “gethek”
Dari Jalan Palagan Tentara Pelajar (Monumen Jogja Kembali), tinggal berjalan lurus ke utara atau arah atas mengikuti jalan utama. Meski agak lama, namun perjalanan pagi itu terasa menyenangkan karena kondisi lalu lintas yang masih lengang. Kami melaju di tengah udara sejuk kabupaten Sleman dengan pemandangan hijau ala pegunungan yang mengiringi di sisi.
Tiba di perempatan yang menuju jalan alternatif menuju Magelang, kami berbelok ke kanan, masuk ke Jalan Pakem – Turi. Sekitar beberapa meter di depan, tepatnya di sebelah kiri, Boyong Resto telah menyambut kami.
Boyong Resto, Rumah Makan dengan Saung-Saung di Tengah Kolam
Tiba di Boyong Resto, gue memimpin rombongan menghadap resepsionis dan mengkonfirmasikan jumlah rombongan. Kami lalu diantar menuju sebuah saung yang masih bebas (belum dipesan). Nah, yang membuat Boyong Resto ini menarik bukan hanya lokasinya di dataran tinggi dan nuansa alami di sekelilingnya, namun resto ini dikonsep dengan saung-saung tradisional beratap daun yang berdiri di sudut-sudut kolam yang besar.

My mom enjoyed feeding fish

There are many koi fishes in Boyong Resto
Kolam air yang sangat luas itu diisi dengan ikan-ikan koi yang menggemaskan dan boleh diberi makan oleh pengunjung. Ada juga batu-batu alam berukuran besar yang ditempatkan di beberapa titik untuk menambah nuansa alami. Selain itu, tersedia dua buah gethek (rakit dari bamboo) yang dapat digunakan oleh pengunjung secara bebas. Di sudut komplek, ada ayunan dan jungkat-jungkit yang dapat menjadi hiburan alternatif untuk si kecil atau si besar-yang-merindukan-masa-kecilnya (sindir diri sendiri).

Niatnya sih mau gethekan, tapi baru gerak dikit aja udah jejeritan 😀
Setiap saung disusun dari anyaman balok-balok bambu dan anyaman bamboo khas desain tradisional Jawa. Masing-masing sudah dilengkapi dengan keran untuk mencuci tangan, airnya langsung terjun bebas ke dalam kolam.
Makanan dan Minuman di Boyong Resto
Meski tampak seperti sebua resto mahal, tapi rupanya harga paket makanan dan minuman di Boyong Resto terbilang murah! Harga paketnya mulai dari Rp 240.000,00 aja untuk 5 orang. Kami memilih paket C, berisi 5 porsi nasi putih, sup, buah, gurameh bakar, nila goreng, wader mangut, trancam (semacam gudangan atau urap), dan pilihan minuman teh manis atau lemon tea. Karena kami berenam, maka kami menambah satu porsi nasi dan memilih lemon tea untuk minuman.

Nila Goreng yang kemripik

Sup (depan) dan Wader Mangut (belakang)
Hasilnya? Nila gorengnya enak, digoreng sampai begitu kriuk dan renyah digigit. Nggak perlu takut dengan duri yang nyangut di kerongkongan karena duri-durinya pun renyah dan dapat dikunyah. Gurameh bakarnya juga enak, rasanya manis, kontras dengan trancam yang gurih dan segar. Wader mangut-nya juga enak, tapi rupanya nggak terlalu disuka dan gue nggak sanggup kalau harus menghabiskannya sendirian. Lemon tea-nya terasa sangat segar, diperas dari lemon asli. Keluarga juga memesan beberapa menu tambahan seperti sop buah, es dawet, dan kopi jahe.

Es Dawet dan Es Lemon Tea
Ternyata paket makanan untuk 5 orang aja masih bisa sisa untuk kami berenam. Jadi mungkin paket makanan ini bisa untuk kamu yang datang berombongan sampai 7 orang. Lalu, karena ketagihan memberi makan ikan, akhirnya sisa-sisa makanan kami berikan kepada ikan-ikan koi yang ada di kolam.
Pelayanan dan Kesimpulan
Pelayanannya cukup memuaskan, makanan datang nggak terlalu lama. Meski lokasi saungnya terpencar, namun kami nggak susah-susah kalau mau memanggil petugas karena ada semacam meja siaga di dekat saung kami. Meski lokasinya jauh dari pusat peradaban, tapi pembayaran bisa dilakukan dengan kartu debit. Gue udah siap-siap aja kalau ternyata harus ambil uang dulu di ATM bawah.

Akhirnya berani gethekan juga setelah omnya (gue) turun tangan
Kami puas dengan pengalaman kami di Boyong Resto, gue pun bahagia melihat keluarga sederhana gue bisa mencecap beberapa makanan yang nggak biasa kami nikmati sehari-hari. Menikmati suasana yang berbeda, bersantai di tengah alam yang sejuk, asyik memberi makan ikan koi, sampai seru-seruan mendayung gethek di kolam.
Jadi, buat kamu yang lagi liburan bareng keluarga di Jogja, Boyong Resto di Pakem, Sleman, ini bisa menjadi pilihan menarik! Selamat liburan 😀

My mom, my niece, my sister, my nephew, and my brother in law. My dad was at home.
Suasananya ngayojokarto banget deh… hahahaha…
Nyaman di hati 🙂
Wuidih sepaketan ud ada yg mangut juga. Biasa paketan gitu kan bakar atau goreng aja. Mentok mentok asam manis lah.
Iyaaa makanya ini tempatnya aku suka karena lumayan murah hehehe
Kali aja kamu mau nraktir kami di sini mbak Aqied? Kami dengan senang hati menanti hahahahah
Traktirnya nanti aja kalau aku pas di Jogja ya
Woooooogh Nasirullah sitam belom jadi nraktir lho
Saya suka banget ama resto ini juga, makanannya enak dan tempatnya juga menyenangkan yaaa!
Gak takut kecebur gi?
Nggak, bro. Sebelumnya gue udah tes kedalaman pakai tongkat. Cuma sepinggang kok hahaha
Widih, sampe segitunya pakai tes kedalaman airnya
Habis nggak bisa berenang hahaha
Ya Tuhan, pantes waktu di sungai musi takut kecebur.
Hahahahaha. Kelihatan banget ya 😀
Pas untuk keluarga! Jadinya laperrr…
Adis takdos
travel comedy blogger
http://www.whateverbackpacker.com
Waaahhh ada master berkunjung! *sungkem*
240 ribu utk 5 orang? wih lumayan terjangkau jg ya dengan suasana yg amat syahdu gitu. aku malah belum pernah ke sini e.. mas teguh ajaklah aku kalau ke jogja. makan enak ditraktir gitu lho maunya
Hanif insanwisata
Iya menurutku udah murah dan worth the price!
Lokasinya bagus, fasilitas banyak, rasanya enak, pokoknya segitu buat 6 orang aja wis wareg. Oke, mengko tak traktir Inwis, neng angkringan cedak omah 😀
Bahasa lu kok berubah sih, Mat? dari 2 postingan terakhir lu pake kata “gue”. Udah gak ada lagi ada kata “aku”.
Gue sih memang lebih suka membaca artikel lu yang menggunakan “gue” ketimbang “aku”. entah kenapa.
Akankah seterusnya menggunakan kata “gue”?
Tergantung mau bikin tulisan kayak gimana, Her. Hehehe, kalau saat itu momennya kontemplatif, tulisan “aku” lebih pas 😀
hhhmm