Stasiun KCIC Tegalluar: Panduan, Cerita, dan Harapan

Aku memacu sepeda motorku dengan kencang menyusuri Jalan Sor GBLA yang lengang, sementara bangunan putih dengan atap lengkungnya itu sudah menyapa di sisi kananku. Ah, Tegalluar, akhirnya kita bertemu. Sedikit lagi, dan aku akan menjejakmu. Aku melakukan U-turn, lalu naik ke atas Jalan Jembatan Cibiru Baru—sebuah overpass anyar yang menghubungkan Stadion GBLA dengan Stasiun KCIC Tegalluar. Tak lama kemudian, jalanan menurun, mengantarkanku tepat di depan bangunan Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung itu.

Kubelokkan sepeda motorku ke kanan memasuki area parkir yang luas tersedia. Setelah menempatkan tunggangan dengan mantap, perhatianku langsung tertuju pada peron memanjang dan lintasan kereta api cepat yang bersisian dengan area parkir. Dari balik pagar, aku mengintip peron Stasiun Tegalluar yang ditopang oleh rangka-rangka baja berwarna putih itu. Ah, itu dia, pas sekali ada satu rangkaian Kereta Cepat “Whoosh” yang tengah bersiap untuk berlepas. Pikirku dalam hati, “Berangkat jam berapa dia, ya?”

Tak berlama-lama di situ, aku beralih ke akses masuk terbuka yang menghadap area parkir. Dari seorang petugas keamanan yang sedang berjaga di titik itu, aku mendapatkan informasi bahwa kereta akan berangkat pukul 12:35. Aku mengintip penunjuk waktu melalui layar ponsel. Karena masih ada waktu beberapa menit, aku memutuskan untuk melakukan eksplor singkat ke dalam sebelum kembali ke sini.


Stasiun Tegalluar, Megah di Tepi Sawah

Aku melangkah masuk ke dalam mengikuti papan petunjuk bertuliskan “Keberangkatan / Departures” itu. Obyek pertama yang menarik perhatianku adalah toilet di sisi kanan. Selain toilet pria dan wanita, juga ada toilet untuk kaum disabilitas dan ruang menyusui. Aku masuk ke dalam toilet pria. Seperti yang diharapkan, toiletnya bersih, rapi, dan wangi. Wastafelnya dibalut marmer putih yang elegan, selaras dengan lighting yang menyinarinya. WC dilengkapi dengan bidet.

Selesai inspeksi toilet singkat, aku melanjutkan langkah menyusuri lorong lebar itu. Lorong terbagi menjadi dua lajur, dipisahkan secara maya oleh sebuah seating area, jajaran booth, dan eskalator di bagian tengah. Booth-booth itu kosong, pun dengan ruangan berdinding kaca di sisi kiriku. Mungkin, saat sudah semakin ramai, tenant-tenant kuliner akan mengisi kekosongan itu.

Aku lalu tiba di sebuah aula yang lalu kusadari sebagai aula keberangkatan (departure hall) utama, dengan pintu masuk yang lebih besar di sisi kiriku. Aku melangkah keluar, dan ya—inilah akses utama Stasiun Tegalluar, menghadap lahan persawahan yang terhampar luas. Dari arah kedatanganku dengan sepeda motor tadi, pintu utama ini dicapai dengan terus berkendara lurus, bukannya berbelok ke kanan. Inilah drop-off dan pick-up point Stasiun Tegalluar.

Facade Stasiun Tegalluar ini megah dan modern dengan pilar-pilar besar yang berdiri tinggi menopang atap beton. Ada area pedestrian yang lapang, mesin tiket, bentang pegunungan di sisi kiri (arah kedatangan kendaraan). Aula utamanya pun luas, tinggi, dengan limpahan cahaya dan udara alami, suka sekali! Di bagian depan stasiun ini juga sudah ada sepasang eskalator terbuka untuk mengakses paid area. Jadi, calon penumpang kereta cepat bisa langsung naik melalui eskalator untuk melalui screening gate, tap tiket, lalu turun ke peron. Kalau begitu, area lantai bawah yang tadi aku eksplor berarti “hanya” concourse area untuk area komersil.

Aku lalu naik ke atas menggunakan eskalator yang ada dekat akses masuk samping tadi. Biar apa? Biar kemegahan aula di lantai 2 menjadi kejutan di akhir, bukan yang langsung ketahuan di awal, hehe.


Jatuh Cinta dengan Stasiun Tegalluar

Begitu tiba di ujung eskalator, aku disambut dengan pemandangan indah yang memadukan pegunungan, jalan layang, dan rel kereta api. Wah, ini sih viewing deck gratisan untuk siapapun yang mampir ke Stasiun Tegalluar. Tak ada penghalang, hanya pagar pengaman secukupnya. Bagian sisi lantai 2 stasiun ini dirancang terbuka lepas. Aku tertahan sejenak, menikmati momen sambil bercerita pada diri sendiri.

Setelah merasa cukup, barulah aku kembali pada agendaku. Sama seperti di lantai dasar, di lantai atas ini juga ada toilet yang sama-sama berada di sisi kanan. Jelang tiba di aula utama, akhirnya menemukan satu vendor komersil—Indomaret Point—di mana aku membeli makan siang berupa nasi dan ayam crispy. Di depan Indomaret, ada seating area yang lebih nyaman dan lebih apik daripada yang ada di lorong lantai dasar.

Tibalah aku di aula lantai 2 Stasiun Tegalluar. Sesuai dugaan, bagian ini membuatku jatuh cinta dengan vibe dan arsitekturnya. Sebagian dari atapnya didesain dengan atap transparan, mempersilakan cahaya alami menghujani aula dengan optimal. Di hadapan sepasang eskalator yang terhubung dengan halaman stasiun, ada titik pemeriksaan penumpang. Langkahku berarti sampai di sini saja, tak bisa lagi menembus titik itu tanpa tiket di tangan. Ah, tapi ini pun sudah cukup untuk saat ini, ketika aku bisa menyapa dan mengintip Stasiun Tegalluar. Aku sudah pernah ke Stasiun KCIC Padalarang sebelumnya, namun—meski lebih sepi dan mnim akses—aku lebih suka Stasiun Tegalluar. Lebih tenang, lebih elegan, serasa betul-betul ada di kota lapis tiga Tiongkok, seperti Sanya di Hainan.

Dari situ, aku turun menggunakan eskalator menuju bagian depan stasiun untuk melambaikan tangan pada Sang Komodo Merah yang akan berlepas menuju Halim.


Trainspotting di Stasiun Tegalluar

Ternyata, aku salah, mengira bahwa spot untuk melihat Whoosh bertolak adalah di sisi yang menghadap area parkir. Pantes aku udah buru-buru kembali ke titik itu, kereta Whoosh udah lenyap tak berbekas, padahal aku udah tepat waktu. Karena rupanya, arah keberangkatan menuju Halim adalah ke arah sebaliknya, atau arah kiri dari pintu masuk utama. Maka berjalanlah aku ke sisi kiri, melalui smoking room area, lalu berbelok ke kiri—sejajar dengan rel dan kereta yang sedang bersiap. Aku terus berjalan melalui bangunan yang sepertinya adalah apartemen khusus pegawai KCIC, hingga tiba di ujung komplek yang berbatasan dengan sawah.

Di situ, aku menunggu dengan sabar. Masih ada beberapa menit sebelum Whoosh berangkat sesuai waktu yang sudah dijadwalkan. Aku mengambil foto, video, hingga kemudian… peeeeppp. Lalu, “Ngiiiingggg.”

Perlahan, Whoosh mulai merayap. Semakin lama semakin cepat, hingga seluruh badan panjangnya yang berwarna merah itu melaluiku. Aku bertahan di titik itu, mengucapkan selamat tinggal, hingga ia hilang dari pandangan.

Misiku tercapai, melihat Whoosh dari dekat, lalu berangkat. Di Padalarang, hal ini susah terwujud karena lintasan kereta cepat ada di jalur layang (elevated). Dari peron Stasiun KAI Padalarang saat itu, aku hanya bisa melihat punggungnya karena ia tak berhenti lama.


Akses Transportasi Umum Stasiun Tegalluar

Meskipun sekilas berada di tengah antah berantah, Stasiun KCIC Tegalluar sebenarnya memiliki lokasi yang menarik. Ia berada dekat dengan Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Masjid Raya Al-Jabbar, Stasiun Cimekar, dan kawasan Summarecon Bandung—singkatnya, ikon-ikon baru Bandung. Ah, andai LRT Bandung jadi dibangun, aku membayangkan Stasiun Tegalluar akan terhubung nyaman dengan Stadion GBLA, Masjid Raya Al-Jabbar / Stasiun Cimekar, Stasiun Gedebage (yang lalu ada akses pedestrian lane yang nyaman ke Summarecon), hingga mencapai titik akhir di Stasiun Kiaracondong. Dari situ, penumpang bisa bisa berganti moda ke kereta api jarak jauh dan Commuter Line Bandung Raya.

Nah, ternyata titik-titik yang aku sebutkan di atas saat ini dilayani oleh DAMRI yang bisa kalian temukan di halaman depan Stasiun Tegalluar. Malah, kabar terbaru juga menyebutkan bahwa sekarang sudah ada layanan DAMRI dari Tegalluar ke Trans Studio Mall Bandung. Yang punya pengalaman langsung terkait ini, boleh konfirmasi informasi ini di kolom komentar, ya.

Selain itu, juga ada shuttle ke Summarecon Mall Bandung yang disediakan oleh pihak Summarecon. Kayaknya sih gratis, ya. Sayang di Summarecon belum ada hotel, padahal kawasannya asyik banget buat eksplor karena bisa kulineran, jogging, ngantor, sepedaan, dsb. Kawasannya rapi, bersih, dan ada banyak area hijau bahkan danau. Kalau nggak salah, hotel terdekat dari situ (yang proper) adalah Shakti Hotel Bandung yang juga sudah di-review di blog ini.

Kayaknya sih nggak ada taksi-taksi nodong seperti di stasiun konvensional, ya. Tapi penumpang transportasi online atau ride-hailing app naik dari titik yang sudah disediakan di halaman depan stasiun.


Sebelumnya, aku sudah membuat tulisan berisi panduan transportasi umum dari Bandung menuju Bandara Soekarno-Hatta dengan naik Kereta Cepat Whoosh, dilanjutkan LRT Jabodebek dan KA Basoetta. Sekarang, sudah membuat tulisan panduan Stasiun KCIC Tegalluar meskipun belum sebagai penumpang. Semoga, berikutnya bisa membuat cerita perjalanan sendiri tentang naik KA Cepat dengan destinasi manapun, bahkan sedekat Tegalluar – Padalarang sekalipun (rute terpendek, 15 menit perjalanan, Rp75 ribu)

Kunjungan ke Stasiun KCIC Tegalluar ini sungguh sebuah agenda impulsif. Sudah lama ingin ke sana, apalagi setiap hari melewati papan petunjuk yang mengarahkan ke Tegalluar sejak mulai ngantor lagi sejak Mei 2025. Lalu suatu hari jelang makan siang, aku berpikir, “Eh, daripada ribet nyari waktu yang malah ngorbanin weekend atau after office hours, kenapa nggak manfaatin jam istirahat makan siang aja? Udah deket ini.” Maka, jadilah petualangan singkat ini. Nanti kalau mau, ingin ajak Ara dan si kembar ke sini juga, bisa makan dan jajan di Indomaret Point, duduk-duduknya di seating area lantai dua yang menurutku sudah cukup nyaman.

Semoga kelak, Stasiun KCIC Tegalluar semakin ramai diisi vendor-vendor komersil, terutama ATM dan restoran. Untuk saat ini, selain Indomaret Point, opsinya adalah warung-warung nasi di seberang stasiun yang berada di kawasan pemukiman. Tempatnya nggak nyaman, apalagi estetik, tapi cukuplah untuk membuat perut kenyang dengan nasi dan lauk-pauk. Terima kasih sudah membaca, keep learning by traveling~

29 komentar

  1. avatar Maria G Soemitro

    Kok stasiun Tegalluar jadi bagus di tulisan ini, hehehe

    Saya pernah ke sini waktu nyobain Whoosh, tapi kok rasanya surem aja

    Yang bikin saya penasaran GBLA, karena setiap PP ke Bandung pasti ngelewatin dan cuma bisa berharap suatu saat bisa ke sana

    Nugie pernah nulis tentang GBLA?

    1. avatar Yuni Bint Saniro

      Kirain aku, merasa stasiun ini bagus di cerita ini karena aku belum pernah ke sini. Jadi pingin berkunjung ke stasiun KCIC Tegalluar akutu, Ambu. Hehehe….

  2. avatar Dian Restu Agustina

    Keren Kak

    stasiun KCIC Tegalluar yang istimewa jadi makin luar biasa saat dikisahkan di artikel ini. Berasa bernyawa ceritanya. Terima kasih ya…saya yang belum berkesempatan ke sana jadi bisa membayangkan. Dan jika nanti ke sana sendiri bisa baca lagi tulisan ini.

    btw, waktu istirahat siang yang sungguh bermanfaat!

  3. avatar Nanik Nara

    Saya selama ini tahunya Summarecon tuh di Bekasi, ternyata di Bandung juga ada. Hihi…. kudet ya

    Keren banget ya Stasiun KCIC Tegalluar ini, megah banget bangunannya, walau lokasinya di “antah berantah” asal terjangkau sama angkutan online sih nggak masalah ya.

  4. avatar annienugraha
    annienugraha · · Balas

    Ya ampun seneng banget lihat ruang-ruang yang bersih itu. Terlihat terawat dan well-managed. Kalau aku sih pasti bela-belain menyediakan waktu lebih buat memotret kesana kemari sepuas mungkin sebelum mencoba naik Whoosh. Nongkrong menikmati pemandangan apa adanya. Self quality time.

    Makasih sudah menuliskannya Nugi. Hope to be here someday, somehow.

  5. avatar Suci

    paduan pegunungan, jalan layang, dan rel kereta api. Membaca aja aku ikut jatuh cinta, apalagi bisa kesana, ya.

    Sejujurnya aku iri sama warga Jawa. Banyak bangeet moda transportasi antar kota utamanya KA.

    Di Medan kalo ngga naik bus ya kendaraan pribadi. Padahal kalo ada KA kek di Jawa enak bangeet bisa main ke Padang Riau bahkan Lampung dengan biaya mungkin lebih terjangkau dibanding pesawat yang ngga tiap hari ada, harus transit dan ongkosnya mahal bangeeet.

  6. avatar Wahid Priyono
    Wahid Priyono · · Balas

    Mantap sekali mas viewnya, hehe deket sawah, terlihat rapih dan enak dipandang. Spot yang bagus juga untuk berfoto hehe.. btw, saya yang di luar Jawa pengen banget lho ngerasain naek Whosh yang super cepat itu. hehe..

  7. avatar Siti Nurjanah

    Suka deh liat saat ini fasilitas umum semakin banyak perbaikan. Yg aku liat dari artikel ini stasiun KCIC tegalluar selain didukung fasilitas memadai juga memiliki desain ikonik, modern, dan luas. Di sekitarnya pun tampak asri

  8. avatar lendyagassi

    Bisa diagendakan nih.. naik transportasi shuttle bus ke KCIC Tegalluar. Karena yaa, itu yang jadi PR besar Kota Bandung tuuh.. transportasi massalnya belum ada euuii~

    Rasanya pingiin banget kayak Jekarda yang kemana-mana bisa dijangkau dengan LRT, MRT, Jaklingko, atau TJ.

    Bandung minimal ada TJ gituuu.. kan enak yaa..

    Spot foto kita sama, ka..Hehhe.. KCIC Tegalluar memang nyamaann bangeett..

    Masih syeppii dan syahdu.Ramenya kalo mau jam keberangkatan aja, yang bedanya tiap 30 menit.

    Gapapa gak banyak vendor.Entar jadi jajan terooss.. hahaha..

  9. avatar Yuni Bint Saniro

    Rasanya, aku begitu menikmati membaca cerita soal stasiun KCIC Tegalluar ini. Meski, aku belum pernah sampai sana, aku kayak bisa merasakan vibesnya gitu. Keren.

  10. avatar ameliatanti

    Komplitmas Nugi! Saya jadi lebih paham soal bagaimana stasiun ini bisa menjadi poros penting transportasi massal dan harapan yang menyertainya untuk integrasi transportasi di Jawa Barat.

    Saya suka bagaimana tulisan ini nggak hanya menjelaskan fasilitas dan letak geografis, tapi juga mengangkat cerita di balik pembangunan dan visi ke depannya. Sangat membantu untuk orang lain yang mungkin belum pernah ke sana atau sedang merencanakan perjalanan.

    Semoga penulis terus diberikan semangat untuk menulis artikel semenarik ini. Semoga ke depannya banyak lagi cerita perjalanan lain yang dibagikan—penuh perspektif, insight, dan tentunya penuh ketulusan. Sukses selalu dan terima kasih telah berbagi!

  11. avatar nurul rahma

    pas tahun lalu main ke BDG, aku dan kluarga sempat berkunjung ke masjid al-Jabbar.

    padahal rumah adek iparku di GegerKalong. ya ampuunn jauuuhh bangrtt ternyataaa

    lalu kami iseng main ke st.Tegalluar ini. tadinya mau improptu aja pesen tiket whoosh lalu ke jkt…tapi baru inget klo ada ibu mertua 😅 ga bs diajakin flash trip 😷

  12. avatar Fanny Nila

    waaaah ini mah lebih baguuuuuus stasiunnya daripada yg di Halim mas, juga yg di Karawang. Aku baru sampe Karawang doang nih. Blm sampe ke bandung. Waktu itu pengeeen pas lebaran kan. Tp mikirnya di bandung pas lebaran pasti ruameeeee. Makanya cancel dulu, jadi ke Karawang.

    Aku sukaaaa deh bentuk bangunannya, dengan atap transparan, memang cahaya jadi terang dan pasti hemat energi yaaa 👍👍👍. Semoga nanti secepatnya mas Nugie dengan ara dan si kembar bisa bener2 ngerasain whoosh ke JKT ☺️. Pasti reviewmu ttg kereta ini bakal lebih detiiiil kan 😄👍

  13. avatar rahmahchemist
    rahmahchemist · · Balas

    Jadi ada panduan nih kalau misal suatu saat ke stasiun KCIC

    Apalagi kalau bawa keluarga atau cuma jalan sendiri. Setidaknya sangat memberikan gambaran buat aku yang kadang ketakutannya datang saat mbolang sendiri

  14. avatar fajarwalker

    Definisi dari ‘waktu libur itu bukan ditunggu, tapi diciptakan’, hehehe. Setuju banget mas, kadang untuk mencapai apa yang kita mau, ndak mesti 100% sesuai. Sekedar mampir melipir saja pun, sudah cukup yaa jadi bahan untuk bercerita.

    Dan aku salah satu yang paling seneng sih, liat perkembangan kereta di Indo khususnya KCIC. Terlebih, makin kesini stasiun2 pun makin bersih, modern dan nyaman.

    Moga aja nanti bakal ada LRT tembus dari Bekasi sampe bandung ya. hahahaha

  15. avatar dindapranata17
    dindapranata17 · · Balas

    Aku lihat stasiunnya kok keren banget ya. Berasa kayak di stasiun Jepang. Rapi dan bersih banget.

    Sepertinya pemerintah kita sedang merenovasi besar-besaran stasiun dan terminal di banyak kota. Selain biar lebih bagus dilihat, juga biar makin banyak yang merasa nyaman dengan transportasi umum juga.

    Semoga renovasi besar-besar ini juga diimbangi sama kesadaran masyarakatnya untuk menjaga fasilitas bersama ini. 😦

  16. avatar Ria

    Hooo, tahun lalu pas naik Whoosh, aku transit untuk turun di stasiun Bandung. Karena masih ragu untuk turun di stasiun Tegalluar bareng ibu yang mobilitasnya terbatas. Ya itu karena baca katanya susah cari kendaraan pas sudah keluar dari stasiun. Pan kapan, kepingin turun di sini ah, dan semoga fasilitas sama tempat makannya juga udah tambah banyak ^_^

  17. avatar Lala

    Saya bantu aminkan terkait Stasiun KCIC Tegalluar terisi sama banyak vendor penjual makanan dan hal-hal lain yang menarik. Sehingga saat memasuki stasiun ketika lapar, haus dan ingin nongkrong sambil nunggu keberangkatan jadinya banyak opsi menarik juga ya.

    Sebagai orang yang sering bepergian dan suka pakai kereta tentu saya berharap bisa sering naik KCIC juga hehehe, soalnya sangat nyaman sekali dan cepat. Bikin perjalanan sat-set. Apalagi kalau stasiunnya berlokasi strategis memudahkan buat lanjutkan perjalanan tentunya.

  18. avatar niksukacita

    Penuturan tentang stasiun tegalluar ini detail sekali, sampai toilet yang wangi dan bagunan yang ada. Seperti benar-benar diajak keliling.

    Kapan nanti turun disini ah dan mencoba shuttle ke Summarecon Mall Bandung.

  19. avatar fennibungsu.com

    daku bbaru rencana aja mau ke sana, tapi belum kesampean hehe. Semoga nanti ada rejeki waktu dan sehat walafiat bisa menyempatkan diri ke sana. Karena takjub juga dengan perkembangan kereta tanah air yang banyak perubahan ke arah positif ya. Kan jadi demen menggunakan transum, salah satunya yaitu kereta

  20. avatar Cerita Mbun
    Cerita Mbun · · Balas

    Wah megah banget ya stasiun whoosh-nya sama kayak di Karawang yang tengah sawah dan bagian utamanya menghadap sawah. Percis banget pas aku liat youtube-nya.

    Posisi Indomaret point-nya juga sama ada area seat jadi kita bisa duduk-duduk santai. Memang ke lantai dua itu bagian akhir aja ya jadi keliatan deh megahnya kalau dari atas. Aku juga takjub sih sama fasilitasnya, bener-bener di desain modern ya.

  21. avatar Bayu Fitri
    Bayu Fitri · · Balas

    Mewah juga ya desain stasiun Tegal Luar padhal aku denger nama Tegal Luar baru ini aja sejak ada Whoosh hehehe

  22. avatar Tukang Jalan Jajan

    Penasaran banget sama Stasiun Tegalluar ini, apalagi deskripsinya yang bikin kebayang kemegahannya. Jadi pengen cepet-cepet nyobain naik Whoosh dari sana. Doakan saya punya rejeki dan waktu yah. Semoga juga makin banyak tenant biar makin nyaman nunggunya, ya!

  23. avatar Bambang Irwanto
    Bambang Irwanto · · Balas

    bagus dan megah sekali stasiun KCIC Tegalluar ini ya Mas. Semoga semakin banyak vendor-vendor yang masuk agar semakin ramai.

    Saya belum pernah ke sana. Kalau ke padalarang sudah. Pengin nih diagendakan. Apalagi banyak tempat menarik di dekat stasiun ini termasuk masjid Al-jabbar. Bonus lainnya adalah view sawah yang memikat

  24. avatar April Hamsa

    Sekarang tu kyknya desain2 stasiun dibuat banyak kaca gitu ya jadi ada banyak cahaya yang masuk.

    Wah aku gak tahu kalau dekat Tegalluar ada masjid Al Jabbar itu dan beberapa spot lain yang bisa dikunjungi. Tahu gitu pas naik Whoosh dulu sempetin turun sana hehe.

    Mantul banget ya ada Damri, bahkan bisa sampai Trans studio ya kabarnya. Bisa nih nanti andai ke sana lagi dimanfaatkan. Tapi damrinya enaknya beli go show tiketnya atau sebaiknya direncanakan dengan memesan online dulu ya mas?

  25. avatar heni

    Megah banget yaa stasiun tegalluar ini. Sebagai stasiun akhir pemberhentian Whoosh. Saya sampai sekarang belum kesampaian deeh naik whoosh ini, pengen deh jalan2 ke stasiunnya yang bagus dan megah ini. PP aja naik whoosh gitu yaaa Bandung Jakarta…seru banget deh

  26. avatar mariatanjungmenulis

    Stasiunnya bagus banget dan sudah dilengkapi dengan teknologi mesin cetak tiket yang cukup banyak. Pengen bisa naik Whoosh deh, kapan hari ke Bandung tapi ga kesampaian naik Whoosh karena jenguk bude yang sedang sakit

  27. avatar Mila

    Lho, mas Nugie niat amat ke Tegalluar hanya untuk pepotoan hehe… mantap deh. Aku naik Whoosh Jakarta-Bandung tuh agak merasa rugi, karena cuma 15-20 menit tok. Baru juga duduk, selfie2, liat pemandangan bentar, eh tau2 udah sampe. Hadeuuh. Cocoknya buat pebisnis yg memburu waktu sih sepertinya angkutan ini.

    Btw stasiunnya memang megah dan keren kayak di bandara ya. Cuma agak capek jalan kaki naik turun eskalator saking gedenya. Ini buat orang tua atau disabilitas agak merepotkan.

  28. avatar Tidak diketahui

    […] Baca juga tulisan ini: Stasiun KCIC Tegalluar: Panduan, Cerita, dan Harapan […]

Tinggalkan Balasan ke April Hamsa Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Matius Teguh Nugroho

keep learning by traveling

Duo Kembara

Cerita Si Kembar dan Mommy Ara menghadirkan kebaikan

Lonely Traveler

Jalan-jalan, Makan dan Foto Sendirian

Guru Kelana

Perjalanan sang guru di berbagai belahan dunia

dyahpamelablog

Writing Traveling Addict

Daily Bible Devotion

Ps.Cahya adi Candra Blog

bardiq

Travel to see the world through my own eyes.

Teppy & Her Other Sides

Stories, thoughts, places...

Mollyta Mochtar

Travel and Lifestyle Blogger Medan

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

D Sukmana Adi

Ordinary people who want to share experiences

papanpelangi.id

sebuah blog perjalanan

Guratan Kaki

Travel Blog

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

BARTZAP.COM

Travel Journals and Soliloquies

Bukanrastaman

Not lost just undiscovered

Males Mandi

wherever you go, take a bath only when necessary

Eviindrawanto.Com

Cerita Perjalanan Wisata dan Budaya

Plus Ultra

Stories and photographs from places “further beyond”.

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

Musafir Kehidupan

Live in this world as a wayfarer

Cerita Riyanti

... semua kejadian itu bukanlah suatu kebetulan...

Ceritaeka

Travel Blogger Indonesia

What an Amazing World!

Seeing, feeling, and exploring places and cultures of the world

Winny Marlina

Winny Marlina - Whatever you or dream can do, do it! lets travel

Olive's Journey

What I See, Eat, & Read

tindak tanduk arsitek

Indri Juwono's thinking words. Architecture is not just building, it's about rural, urban, and herself. Universe.

dananwahyu.com

Menyatukan Jarak dan Waktu