“Hah? SuperTrip? Apaan tuh? Adiknya Superman? atau plesetan program acara tv swasta?”
Bukan keduanya, sayang. Meskipun gue juga baru sadar kalau nama SuperTrip ini mirip dengan nama acara salah satu program televisi swasta yang kerjaannya ngejahilin orang. Kemiripan nama adalah hal yang tidak disengaja. SuperTrip adalah rubrik yang gue bikin di blog gue ini untuk menandai tulisan tentang perjalanan panjang (mengunjungi banyak tempat sekaligus) dalam satu rentang waktu. Setiap SuperTrip pun akan memiliki namanya sendiri-sendiri, tergantung dari tempat mana aja yang gue kunjungi dalam SuperTrip itu.
Dan, SuperTrip pertama ini akan gue beri nama “Sikunang” — akronim dari Singapore – Kuala Lumpur – Penang. Nanti ada kuis kecil-kecilan juga di twitter buat #SuperTrip ini 😀
Jadwal sudah ditentukan. Tiket sudah dikeluarkan. 4-10 Juni 2014, gue akan melakukan sebuah perjalanan panjang pertama gue dengan rute Kuala Lumpur – Singapore – Penang – Kuala Lumpur. Harga tiket JOG-KUL PP yang bertarif sekitar Rp 400.000,00-an berhasil didapatkan dari BIG Points salah satu temen gue. Rencananya, perjalanan ini akan gue lakukan bersama 3 orang lainnya.
Mei 2014, berbagai persiapan gue lakukan untuk perjalanan ini. Gue menjadi semacam tour leader secara tersirat dan aklamasi #pffft. Berbagai persiapan dari membuat itinerary, merancang anggaran biaya, hingga memesan hotel, gue menjalankannya dengan senang hati. Mungkin karena gue adalah orang yang paling berpengalaman untuk urusan traveling di antara peserta yang lain.
Untuk membuat itinerary, gue kembali melakukan blogwalking untuk mengingat kembali objek-objek mana yang akan kami kunjungi, kapan waktu terbaik ke sana, bagaimana rutenya, dan berapa biaya yang dikeluarkan. Karena gue udah ke Singapore tahun lalu (sementara temen gue belum pernah), gue pun memilih destinasi-destinasi baru yang belum sempet gue jamah tahun lalu, dengan menyelipkan beberapa destinasi utama seperti Marina Bay dan Singapore River untuk temen gue.
Anggaran biaya gue buat dengan serinci mungkin, termasuk menghitung ongkos MRT Singapura dan MRT Kuala Lumpur. Untungnya kedua pengelola perusahaan transportasi itu menyediakan fitur fare calculator di website-nya. Silakan buka web SMRT dan MyRapid 🙂
Beberapa web penyedia jasa reservasi hotel seperti Agoda, Hostelworld, dan Hostelbookers menjadi rujukan utama gue dalam memesan hotel untuk perjalanan ini. Gue sempet bingung karena di antara kami berempat tidak ada yang memiliki kartu kredit, sementara provider-provider Indonesia (RajaKamar, KlikHotel, Book Panorama) belum menyediakan hostel-hostel kelas backpacker dalam website-nya.
Gue lalu mendapatkan saran dari seorang temen gue yang udah berpengalaman traveling ke luar negeri untuk memesan hotel di Booking(dot)com. Kartu kredit hanya digunakan sebagai jaminan, bukan alat pembayaran, dan dia bersedia meminjamkan kartu kreditnya untuk pemesanan ini. Masalah sempat timbul saat gue sedang melakukan proses pemesanan dan dibutuhkan kode CVC dari kartu kredit yang digunakan. Temen gue itu nggak mau ngasih tahu kode CVC-nya. Duh..
Secercah harapan tiba-tiba datang saat gue menemukan sebuah keterangan bertuliskan “reservation possible without a credit card” untuk sebuah hotel murah di Penang yang gue cari via Booking(dot)com tersebut. Senengnya lagi, hostel bernama Couzi Couji Venture itu hanya bertarif Rp 70.000,00-an per malam — termurah kedua dalam hasil pencarian itu! Gue lalu mencoba untuk hostel di Kuala Lumpur, dan ternyata juga ada. Yak! Serenity Hostel pun sudah ter-book untuk akomodasi kami di Kuala Lumpur, dengan tarif hanya di kisaran Rp 90.000,00 per malam.
Untuk Singapore, gue tidak menemukan hostel yang bisa dipesan tanpa kartu kredit di Booking(dot)com. Akhirnya, khusus akomodasi di Singapore ini gue pesan via Hostelworld menggunakan kartu kredit temen gue. Segala informasi data diri gue berikan, lalu selanjutnya dia yang melakukan pemesanan.
Oke, itinerary sudah dibuat, budget sudah dirancang, hostel sudah dipesan. Hari Rabu, 4 Juni 2014 pukul 9 pagi, gue meluncur menuju Bandara Internasional Adi Sutjipto dari kediaman gue di kawasan Kadipiro. Sebelum pukul 10.00 gue sudah tiba di bandara. Seenggaknya masih ada waktu sekitar satu jam untuk “kebingungan” sebelum gate penerbangan AK347 tersebut dibuka pada pukul 11.05. Maklum, ini pertama kalinya gue datang ke bandara seorang diri, dan masih belum sepenuhnya paham dengan prosedur yang harus dijalani.
Ternyata benar kata orang-orang, Bandara Adi Sutjipto ini emang kecil banget hehe. Banyak calon penumpang yang duduk beralaskan lantai bandara. Gue baru saja menempatkan diri di belakang antrian counter Air Asia ketika salah seorang petugas Air Asia menghampiri gue. Ternyata, karena gue udah melakukan web check-in (di situ sudah mengisi data diri dan passport) dan mencetak boarding pass, gue tinggal masuk boarding room dan duduk anteng menunggu pesawat datang.
Pukul 10.30, gate sudah dibuka. Setelah membayar pajak bandara sebesar Rp 100.000, gue lantas melalui prosedur pemeriksaan kastam yang membuat gue harus merelakan dua botol air mineral dan 3 susu kotak berbagai merek dan rasa yang tidak diperbolehkan oleh petugas. Hiks, padahal itu kan buat menghemat sarapan. Selanjutnya, gue menunggu pesawat di boarding room bersama ratusan penumpang lain yang terdiri dari berbagai suku bangsa.
Aska datang beberapa menit kemudian. Dua orang lainnya membatalkan perjalanan ini. Jadilah gue jalan-jalan berdua bareng pacar… orang.
Lampu sempat mati-hidup beberapa kali yang membuat gue semakin prihatin dengan bandara dari kota yang selalu gue bangga-banggakan ini. Nggak cuma prihatin, tapi gue akhirnya juga merasa agak jengkel setelah tahu bahwa penerbangan kami yang harusnya pukul 11.45 ditunda satu jam lebih hingga pukul 13.00. Fak! Gue laper dan haus, woy!
Seperti mengerti perasaan para calon penumpangnya, sekonyong-konyong beberapa petugas Air Asia masuk agak tergopoh-gopoh menjinjing dua bungkus plastik besar. Salah satunya berwarna cokelat dan berlogo Dunkin Donuts. Aha, it’s Air Asia delayed service! Sepotong donat dan segelas air mineral pun dengan cepat mendarat di kedua telapak tangan gue. Lumayan lah buat ganjel perut, dan gue cukup puas dengan pelayanan mereka meski sebelumnya sempat agak jengkel 🙂
Sekitar pukul 12.30, pesawat yang akan kami tumpangi mendarat di bandara Adi Sutjipto. Beberapa menit kemudian, penumpang dipersilakan masuk ke dalam, disambut oleh para pramugari Air Asia yang khas dengan setelan blazer dan rok mini ketat berwarna merah menyala. Gue tertarik dengan salah satu pramugarinya yang bernama Kamala Scherchan. Dia cantik, dengan rambut bergelombang yang tergerai hingga di balik bahunya, kulit sewarna kuning langsat, dan bentuk tubuh proporsional *salah fokus* *brb cari akun twitternya*
Semua penumpang sudah menempati kursinya masing-masing, para pramugari pun telah selesai memberikan panduan keselamatan kepada penumpang (Kamala berdiri tepat di depan kursi gue). Dengan mesin yang menderu, sang burung besi perlahan terangkat ke udara, hingga berada tinggi melayang di atas langit Yogyakarta yang cerah.
Welcome me, Kuala Lumpur 🙂
duh pengen ke penang , bisa ga ya overland singapura penang
Lhah, ini aja gue overland Singapura Penang bang. Bisa naik bas atau KTM.
Mau tanya, ketika kita sudah melakukan web check in sebelumnya, apakah di bandara masih perlu melakukan verifikasi data di counter check in? karena saya sempat baca, di bandara adi sucipto utk airasia yg web check in, ada counter lain khusus untuk yg sudah melakukan web check in.
terima kasih sebelumnya
Enggak, mas. Langsung ke boarding room. Sepertinya sudah saya tulis di atas 🙂
Du du du duh, menyinggung tentang banyak orang yang duduk melantai di bandara kok bikin saya miris ya. Jaman saya kecil dulu, klo ke Bandara isinya orang berkemeja dan bersepatu. Lha skarang kok ya ada yang pakai sandal jepit dan duduk melantai. Duh duh duh…
btw, indera wanitamu lumayan tajam juga ya Bro? yang ini po tersangkanya?
https://www.facebook.com/KaMalaSheRchan/ :p
Jaman sekarang “terbang” itu udah jadi hal biasa, bro. Dari yg pake dasi sama yg cuma pake kolor, semua bisa terbang. Udah kayak terminal bus hehe.
Aaaaaakkkkkk iya itu dia, bro! Cantik bgt, terus bodinya itu loh ❤
Gan ke KL nya dari JOG ya? btw sekarang airport tax adisutjipto masih 150 ribu?
Airport tax Adi Sutjipto cuma 100rb kok
[…] puas dengan pelayanan Air Asia. Saat penerbanganku terlambat selama satu jam, Air Asia memberikan Delayed Service-nya dengan menyuguhkan makanan ringan Dunkin Donuts dan segelas air minum. Lalu, meski Air Asia […]
[…] di sini. Jika beruntung, kamu bisa menyaksikan momen pesawat yang mendarat atau lepas landas dari Bandara Adi Sutjipto, mengingat lokasi candi ini terletak pada batas timur bandara. Cukup tengok ke arah barat atau […]
[…] mau kan, 4 susu kotak dan 2 botol air mineral kamu dirampas secara cuma-cuma oleh petugas kastam di Bandara Adi Sutjipto kayak gue. Hiks. Padahal itu gue siapin buat […]
[…] (BRT) TransJogja dan beberapa bus kota lama yang masih beroperasi. TransJogja juga menjangkau Bandara Internasional Adi Sutjipto. Selain TransJogja, bandara juga terhubung dengan lintasan kereta api. Kereta api komuter Prambanan […]
Mas, air mineral ama susu yg disita di custom itu posisinya ditravel bag yg masuk bagasi ya?
Enggak. Di ransel yg aku bawa masuk ke kabin.