
Aku tak pernah berpikir bahwa Ho Chi Minh City dan Bandung rupanya memiliki banyak kesamaan. Siang itu, aku dan Ara tiba di Bùi Thị Xuân, jalan di mana hostel kami berada. Selama ini, Ho Chi Minh City terkesan sebagai sebuah kota yang padat dan gersang tanpa banyak area hijau, hanya taman di beberapa titik. Namun saat itu, Bùi Thị Xuân adalah jalanan kecil yang diapit pepohonan tinggi dengan beberapa kedai kopi di sana-sini. Suasananya sangat familiar denganku, mirip dengan anak-anak jalan di Dago atau Cipaganti.
Ini.. Ho Chi Minh City atau Bandung?
Rupanya, tak hanya Bùi Thị Xuân dan jalan-jalan di sekitarnya saja yang suasananya serupa. Dalam beberapa kesempatan berkendara menyusuri jalanan Saigon ini, aku menemukan bahwa Ho Chi Minh City adalah kota yang asri dan indah seperti Bandung.
Ngomong-ngomong, jalan-jalan ke Vietnam di masa pandemi apa saja persyaratannya? Simak infonya di tulisan sebelumnya: Pengalaman Jalan-Jalan ke Singapura, Malaysia, dan Vietnam di Masa Pandemi
Motoran Mencari Bank CIMB di Ho Chi Minh City
Hujan baru saja turun mengguyur Ho Chi Minh City, menyisakan jalanan yang basah. Memang dalam kunjungan kami ke sana, hujan hadir setiap hari, mengacaukan agenda liburan yang sudah dibayangkan.
Dalam rangka menambah lembar-lembar Dong di dalam dompet, aku berniat mencari Bank CIMB di negara ini. Kali-kali aja ada, yekan. Rate konversi mata uangnya bagus, dan biasanya bebas biaya penarikan tunai (atau setidaknya lebih hemat) untuk sesama nasabah CIMB seperti yang kualami di Malaysia dan Thailand. Ternyata ada, dan sama-sama di District 1. Nggak terlalu jauh dari lokasi hostel kami saat itu.
Setelah sebentar memelajari rute di Google Maps, aku tancap gas dengan motor sewaan.

Motoran di Ho Chi Minh City ternyata tak seseram yang kukira. Sering wara-wiri dan selap-selip selama di Bandung dan Jogja membuatku bisa beradaptasi dengan mudah. Aku juga ternyata cepat beradaptasi dengan aturan berkendara di Vietnam yang berjalan di sisi kanan, khas negara komunis.
Ho Chi Minh City setelah turun hujan ternyata dingin juga. Hawanya familiar dengan sejuknya udara Bandung, membuat nostalgia kembali melayang ke Kota Kembang. Aku motoran menerabas dinginnya udara malam Saigon setelah hujan, padahal sudah memakai jaket juga. Di sisi lain, jalanan jadi semakin romantis. Ada banyak pohon di kedua sisi jalan yang kembali membuatku berpikir betapa miripnya HCMC dengan Bandung. Ingin rasanya berhenti sebentar lalu mengambil foto, tapi takut kena marah atau malah mencelakakan diri.
Di tengah jalan, aku sempat mengisi bensin seharga VND50,000 sampai full. Antrean pengendara motor di pom bensin Vietnam nggak serapi di Indonesia. Mereka datang dan berhenti dari berbagai penjuru, bukannya terfokus pada satu jalur antrean.
Setelah kelewatan dan harus memutar, akhirnya ketemu Bank CIMB, tapi… cuma ada bank doang tanpa ATM, dan nggak ada lagi Bank atau ATM CIMB di kota itu. Mungkin dia hanya semacam kantor perwakilan gitu kali ya, kayak kantor Mandiri di Singapura. Akhirnya aku kembali ke arah hostel, tapi berhenti di setiap ATM yang kutemui, mana tahu kartu debitku diterima.

Nah, dalam perjalanan pulang inilah, karena melalui jalan-jalan kecil, aku baru sempat mengabadikan foto. Berasa kayak lagi di Jalan Cipaganti atau jalan dokter-dokteran di Bandung nggak sih? Jl. dr. Cipto, Jalan dr. Rum, Jalan dr. Otten, dan sekitarnya itu.
Pada akhirnya, aku mengambil uang di ATM random di dekat hostel.
Motoran ke Hostel di Dekat Bandara
Momen berikutnya aku motoran di Ho Chi Minh City adalah saat berpindah dari hostel lama di District 1 ke hostel baru di dekat bandara. Berbeda dengan sebelumnya, saat itu siang hari dengan cuaca mendung berawan. Ara duduk di bangku belakang, menjadi navigator sekaligus mengabadikan momen dalam video. Ah, ingin rasanya aku memasang mounted gear pada setang motor agar bisa melakukan moto-vlogging dengan smartphone.

Karena harus mengembalikan sepeda motor sewaan, aku ikut Anh yang menghampiri hostel baru kami dan lalu memanduku ke tempat persewaan motor. Pulangnya, aku dibonceng Anh ke hostel dengan motornya.
Tahu aku tidak ke mana-mana selama di Ho Chi Minh City, dalam perjalanan pulang ia sengaja mengambil rute agak memutar agar bisa melalui scenic spot baru di kota itu yang memperlihatkan panorama Saigon River, Bitexco Building, dan Landmark 81 yang kini menjadi gedung tertinggi di Saigon. Bangunannya mengingatkanku dengan Burj Khalifa yang ada di Dubai, Uni Emirat Arab. Ia menawariku apakah mau berhenti sejenak dan berfoto, namun aku menolak tawarannya dan memintanya terus berkendara. Rasanya nggak enak aku senang-senang sendiri, sementara istri sedang tak enak badan dan hati. Diajak muter-muter aja sudah membuatku agak bersalah, meski bukan aku yang dengan sengaja memintanya.

Yah, setidaknya karena kali ini aku tinggal duduk manis di boncengan, aku jadi punya kesempatan untuk merekam cuplikan perjalanan kami siang itu saat melalui titik-titik panoramic. Kami juga melewati gedung-gedung ikonik Ho Chi Minh City yang kami kunjungi bersama teman-teman yang lain pada 2015 silam. Baca ceritanya di sini.
Berjalan Kaki di Lorong-Lorong Ho Chi Minh City
Malam kedua dan keempat di HCMC aku menyempatkan diri untuk berjalan-jalan secara acak sembari membeli makan malam. Aku sengaja berjalan kaki memutar, atau berbelok ke arah lain, untuk melihat sisi tersembunyi Ho Chi Minh City. Biar tak banyak yang bisa dilakukan dan dilihat, namun hal ini sudah cukup menyukakan hati. Minimal, aku memiliki ruang untuk menghirup udara segar dan curhat sama diri sendiri.
Ada kepuasan tersendiri ketika mengamati dan melalui jalan-jalan perkampungan di dalam sebuah kota. Senang bisa mengamati keseharian warga lokal. Yang asyik makan rame-rame, yang mau main bola bareng, yang baru pulang kerja dari kantor, rasanya sejenak aku membaur dengan kehidupan mereka. Suasana gang dan jalan-jalan kecil Saigon ini mirip dengan yang ada di Thailand.

“Dendam”-ku pada Vietnam rupanya memang belum terbalaskan. Namun, siapa yang menyangka bahwa dalam perjalanan kali ini Vietnam justru memberikanku “rumah”. Ho Chi Minh City terasa makin lekat di hati. Rasanya, aku mau-mau saja bila ada kesempatan tinggal di negara ini, atau bahkan hanya di HCMC, dalam jangka waktu lama. Meski belum ada MRT, aku akan memanjakan diri dengan kopi dan sudut-sudut jalannya yang asri.
Lagipula, 5 hari di Ho Chi Minh City tanpa sama sekali berkunjung ke satu tempat wisata pun memang lebih terasa seperti sedang pulang daripada sedang liburan. Di HCMC, aku dan Ara memang hanya numpang tidur, makan, dan nonton hahaha, persis seperti yang kami lakukan di rumah. Entah kapan bisa ke Ho Chi Minh City lagi, namun aku akan sabar menanti. Keep learning by traveling~
wah seru amat ke Vietnam, jadi pengen juga udah lama gak ke sana. Yang aku ingat di HCMC adalah nyebrangnya serem banget wkwkwk
bener banget, Dita. dibanding kota2 besar lain di Vietnam, HCMC paling seru kalo nyeberang. tapi teman saya yang orang sana bilang, nyebrang mah nyeberang aja mereka gak ada nabrak koq 🙂
Skill motoran Saigoneers udah another level memang
wahhh tapi kan deg-degan juga ya mbaaa
Yaaaa, aku pikir tadi CIMB di sana gede gitu 🤣. Kalo gede, udah mau bujukin Raka biar bisa pindah kesana hahahahah. Tapi target dia itu supaya bisa pindah ke CIMB Malaysia sih 😁.
Aku tuh Ama HCMC kayak love hate relationship sih mas. Krn pernah kena scam wkwkkwk. Tapi kalo ditanya mau lagi ga ke Vietnam, jawabnya mau bangetttttt. Setidaknya masih ada sa pa, da lat, da nang, Hanoi, yg mau aku datengin.
Beda Ama filipina. Tiap ditanya mau lagi kesana? Jawabnya udah saklek tegas ga mungkin berubah, ga akan pernah 🤣🤣🤣🤣🤣. Ga suka bener2 Ama tuh negara hahahaha
Wasek nih kalo beneran bisa pindah ke CIMB Malaysia.
Perasaan mbak Fanny ke Filipina sama kayak Ara ke Vietnam hahaha. Beda denganku, Ara nggak suka negara ini. Yah semoga one day aku bisa sedikit melebarkan penerimaan Ara akan Vietnam.
salah satu wishlist traveling bareng keluarga ya ke Vietnam ini, awalnya dulu liat foto2 liburan mantan bos sekeluarga di sana, eh kok seru pisan ya
Beneran yak ini Vietnam kek di jalanan di Indonesia, tapi kok 5 hari di HCMC ga ke obyek wisata sama sekali mas berarti itu kode kudu balik lagi nih hehehehe
waaah malah jatuh cinta sama Ho Chi Minh yaa
eh kalau naik motor di sana perlu tunjukkan SIM Indonesia atau ada ketentuan khusus? aturan berkendaranya gimana? kalau lihat di pom bensin ga karuan, kayaknya di jalan juga sama
Aku kemarin nggak ada mbak, pas sewa juga cukup nunjukin paspor hehe.
Soal aturan berkendara, yang major adalah di sana berkendara di sebelah kanan.
Baru beberapa kali ke Bandung sih, dan ga tau tau amat tempat ini. Tapi kalau dibanding-banding lewat foto, mirip ya 😅
Eh tapi agak bangga ketika tau jalur antrian isi bahan bakar di Indo lebih rapi daripada di sana. Hihi.
Hahaha. Ky ngaso di rumah dong judulnya ya. Tidur n nonton aja di rumah tp beda negara. Iya suasananya mirip Bandung euy
Iya kayak pulang kampung 😭
Jalan perkampungannya mirip banget sama di Indonesia, hahaha. Seru banget kak sharingnya, thanks yah
Wih asyik banget ya perjalanannya
Ho Chi Minh City bener-bener rasa Bandung ya
Suasana kotanya menghangatkan hati banget
Berasa pulang ke rumah sendiri jadinya
Lihat foto-fotonya tidak terlalu jauh dengan apa yang ada di Indonesia ya suasananya. Ntah kalau masyarakatnya gimana di sana, Kak? Kali aja ada pengalaman interaksi khusus dengan masyarakat di sana
Iya suasananya sebelas dua belas, kak. Kalau orang-orangnya ramah tapi suka ngomong pake nada tinggi hahaha.
Kalau begitu aku harus merasakan vibes Cipaganti Bandung dulu ya sebelum ke Ho Chin Minh Hi. Btw, ambil duitnya berapa ratus ribu?
Aku lupa ambil berapa, sekian ratus ribu rupiah aja kayaknya
Lah iya ya Kak, aku lihat dari foto2nya kayak di Bdg loh. Kupikir tdnya Bandung ala Ho Chin Minh. Ternyata emang mirip Bdg yah. Penasaran jdnya
Aku kok lugu banget ya mikirnya Vietnam itu …. Ngga punya gedung gedung tinggi ((( tutup muka pake panci )))
Wahaha, keplak mbak Amelia (eh jangan ding nanti kuwalat). Di sana udah banyak gedung tinggi, mbak. MRT juga udah ada akhir-akhir ini.
Yang belum ada gedung tinggi itu Laos.
qiqiiqqiqii terus kata dirimu :”Makanya mainnya jauhan dikiiiit, biar tahu Vietnam udah maju, Laos masih gitu gitu ajah, Thai udah ganti presiden! *..eh”
Jalan2 seru banget ya. Udah ke LN masih ga bisa move on sama Indonesia. Hehe….di Vietnam berasa Di Indonesia jg ya.
vibe-nya kayak kota di Indonesia ya kalau lihat foto-foto di atas. saya juga pernah nih waktu ke Jakarta dan pas lagi naik motor di salah satu jalan di tangerang kok kayak sama aja dengan di kota sendiri jalannya? hihi
Iya, sebelas dua belas hehe
[…] ini sebenarnya nyambung dengan tulisan “Ini Ho Chi Minh City, atau Bandung?” dan bisa dijadikan satu pos. Tapi karena topik kopi ini sangat spesifik, jadi gue memutuskan […]
[…] Minh City membuat gue semakin mengenali kota ini. Kalau sebelumnya gue sudah membuat tulisan, “Ini Ho Chi Minh City atau Bandung?” dan “Soal Ngopi di Vietnam”, di tulisan kali ini gue mau membagikan 5 hal yang sebaiknya […]
Senang banget bisa melakukan perjalanan wisata ke Vietnam ya kak. Beberapa waktu lalu pengen jalan ke HCMC mungkin 2 tahun lagi buat list perjalanan ke Vietnam.
Duhhh kemarin ke Ho Chi Minh cuma numpang transit 6 jam aja.. sempet jalan2 keluar bandara sebentar sih gara2 pengen makan KFC yang ternyata malah nyasar ke kantornya. Wkwkwkwk..
Mungkin lain waktu harus banget meluangkan waktu mengunjungi Ho Chi Minh semingguan gitu kali ya biar bisa menikmati vibe kotanya.
Yes, seminggu udah puas banget!
[…] Baca juga: Ini Ho Chi Minh City Apa Bandung? […]