
Dari sejak pertama kali bepergian ke luar negeri di 2013 (saat itu Singapura), aku selalu punya keinginan untuk tinggal di negara lain yang sudah lebih maju dari Indonesia. Ternyata, aku kagum dengan sistem transportasi umum di Singapura yang melibatkan ratusan kilometer jalur MRT, bus, dan LRT. Aku sangat menikmati menggunakan transportasi umum, khususnya yang berbasis rel. Menggunakan transportasi umum juga membuatku sedikit berkontribusi #UntukmuBumiku, setidaknya mengurangi selimut polusi yang sudah menyelubungi bumi.
Aku orang yang lebih menyukai naik transportasi umum daripada kendaraan pribadi, kecuali dalam kondisi-kondisi tertentu, dan aku harap teman-teman di sini pun memiliki semangat yang sama. Tiap kali ke Jakarta, aku selalu bersemangat naik bus TransJakarta, KRL Commuter Line, apalagi dengan hadirnya MRT Jakarta baru-baru ini. Makanya, ketika melakukan perjalanan ke luar negeri, aku lebih suka bepergian secara mandiri alih-alih menggunakan jasa tur. Sengaja memilih destinasi yang memungkinkanku untuk bebas bepergian mandiri.
Selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim.
Macam-Macam Polusi
Sebelumnya kita samakan persepsi dulu, apa sih itu polusi? Polusi bisa dipahami sebagai kondisi ketika polutan atau senyawa kimia tertentu mencemari kondisi lingkungan sehingga merusak sistem ekologi dan berbahaya bagi makhluk hidup, termasuk kita manusia. Yang disebut polutan ini bisa energi, zat, bahkan sesama makhluk hidup seperti bakteri. Jumlahnya sudah melampaui batas aman sehingga menyebabkan pencemaran.
Ada 3 macam polusi berdasarkan penyebabnya yang bersinggungan dengan kesehatan lingkungan: polusi udara, tanah, dan air. Sementara itu, polusi cahaya dan suara “hanya” berdampak pada kenyamanan atau kesehatan makhluk hidupnya, seperti polusi cahaya yang mengganggu penglihatan dan polusi suara yang menyebabkan kecemasan atau perasaan tidak nyaman.
Di antara ketiga macam polusi itu, rasanya polusi udara adalah yang paling mengkhawatirkan dan besar dampaknya.

Pencemaran atau polusi udara terjadi karena masuknya unsur-unsur berbahaya ke dalam udara kita seperti karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO₂), sulfur dioksida (SO₂), dsb. Hal ini disebabkan oleh penggunaan barang-barang tertentu seperti AC, kendaraan bermotor, dan pengering rambut; bisa juga oleh aktivitas manusia seperti membakar sampah (atau hutan! grrr) dan aktivitas pabrik. Menurut IQAir, kualitas udara di Indonesia adalah terburuk ke-9 dari 106 negara di dunia!
Udara adalah elemen vital dalam kehidupan di bumi ini karena makhluk hidup bernafas dengan menghirup oksigen. Ketika udara sudah tercemar, kesehatan makhluk hidup dan lingkungan akan terganggu. Kita, manusia, bisa terserang penyakit sesak nafas, kanker paru-paru, iritasi mata, dsb. Nggak hanya manusia, makhluk hidup lain pun terganggu seperti tumbuh-tumbuhan karena tingginya sulfur dioksida dan nitrogen oksida yang menurunkan hujan asam.

Dampak terbesarnya bagi lingkungan mungkin adalah pemanasan global. Cahaya matahari yang seharusnya dipantulkan kembali sebagian oleh lapisan atmosfer, menjadi terjebak di dalam bumi seperti layaknya berada di dalam rumah kaca. Lapisan ozon yang seharusnya melindungi dari radiasi sinar ultra violet pun semakin menipis sejak 1970-an. Akibatnya, suhu bumi memanas, es kutub mencair, dan permukaan air laut naik. Aktivitas makhluk hidup terganggu sehingga menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem.
Dampak Perubahan Iklim
Terjadinya pemanasan global (global warming) atau efek rumah kaca karena polusi udara menimbulkan perubahan iklim. Suhu bumi memanas, es di kutub mencair, jumlah air di lapisan awan meningkat. Akibatnya, curah hujan bertambah.
Menurut NASA, suhu bumi tercatat pernah naik hingga lebih dari 1 derajat Celcius di tahun 2016 dan 2020. Suhu bumi yang memanas ini menyebabkan bencana kebakaran hutan di beberapa negara, bahkan mengancam tenggelamnya beberapa kota dan negara di dunia, termasuk Jakarta.
Hujan ternyata tidak selalu bermanfaat. Bila berlebihan, ia menjadi mudharat. Curah hujan berlebihan menimbulkan bencana alam banjir yang merusak panen para petani. Tingginya curah hujan memperburuk kualitas sumber air dan membuat air lebih cepat mengalir ke laut tanpa sempat lebih dulu tersimpan di sumber-sumber air bersih. Akibatnya, pasokan air bersih di bumi malah bisa berkurang.

Lebih jauh, perubahan iklim menciptakan cuaca yang tidak menentu sehingga mempersulit nelayan yang ingin melaut dan mengubah pola bertani masyarakat.
Hutan adalah Solusi
Menggiatkan transportasi umum dan mengampanyekan hemat energi rupanya tak cukup untuk menyelamatkan bumi. Seperti seorang pasien sakit yang salah satu organ tubuhnya perlu dioperasi, bumi kita perlu direstorasi. Dalam kasus ini, karena “organ” bumi yang sedang “sakit” adalah “paru-parunya”, maka satu hal pasti yang bisa menjadi solusi: hutan.
Mengapa hutan? Apa itu hutan?
Sekilas, hutan nampaknya “hanya” sekelompok besar pepohonan yang seram dan berbahaya. Padahal, hutan tidak sesederhana itu, ia adalah sesuatu yang lebih kompleks.
Menurut Undang-Undang (UU) no. 14 tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan didefinisikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan luas berisi sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Nah, jelas di sini bahwa meski didominasi oleh pepohonan, namun sebagai sebuah ekosistem di dalamnya tentu terdapat komponen-komponen lain, yaitu komponen biotik (binatang, tanaman, organisme) dan komponen abiotik (sungai, air terjun, danau, dsb). Keduanya saling berinteraksi, tak dapat dipisahkan, membentuk suatu ekosistem yang seimbang dan dinamis.

Ada 2 manfaat utama hutan bagi lingkungan: menghasilkan oksigen (serta menyerap CO₂) dan menyimpan cadangan air. Bahkan, satu pohon besar diperkirakan mampu menyediakan kebutuhan oksigen untuk 2-10 orang dewasa per hari. Cadangan airnya menjaga pasokan air tanah yang bersih dan alami untuk kebutuhan kita makhluk hidup.
Kehadiran hutan mampu menyerap kadar karbon dioksida di udara sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca. Hutan juga menyejukkan, menurunkan atau setidaknya menjaga suhu lingkungan di sekitarnya.
Dedaunan kering, humus, dan macam-macam organisme baik di dalam hutan juga menciptakan tanah yang subur, minim bahkan bebas polusi.
Karenanya, hutan adalah solusi untuk “merobek” selimut polusi di bumi.
Mari Berkolaborasi!
Maka dari itu, melalui tulisan ini aku bersama teman-teman Blogger Perempuan Network (yang ternyata isinya tak hanya perempuan) mengajak kalian semua sesama #MudaMudiBumi untuk #TeamUpForImpact. Mulai dari diri kita sendiri, aku ajak travelearners di sini untuk membiasakan 10 hal berikut:
- Berjalan kaki atau bersepeda untuk bepergian ke tempat dengan jarak di bawah 1 km
- Sebisa mungkin gunakan transportasi umum
- Bijak menggunakan listrik, matikan saat tidak digunakan
- Pilih alat-alat listrik yang lebih hemat energi, seperti kipas angin alih-alih AC
- Bawa kantong plastik, sedotan, dan tumblr sendiri
- Tolak sedotan dan alat makan plastik saat membeli makan, kecuali memang sangat dibutuhkan
- Hindari membuang sampah ke sungai atau sumber air lainnya, tegur bila melihat orang lain yang melakukan
- Kurangi, malah kalau bisa, hindari merokok
- Bijak mencuci piring atau gelas, nggak perlu bentar-bentar dicuci, apalagi bekas air putih doang 🙂
- Jika memungkinkan, tanam minimal 1 tanaman atau pohon di tempat tinggalmu.

Kalian bisa kenalan sama BP Network di akun Instagram @bloggerperempuan, akun Twitter @BPerempuan, dan akun Facebook Blogger Perempuan Network.
Andai aku memiliki kesempatan untuk dipercaya membuat kebijakan dengan power, aku akan membuat program “1 Rumah 1 Pohon, 1 Kamar 1 Tanaman”. Di properti apa pun yang ditinggali masyarakat Indonesia𑁋rumah tapak, apartemen, kamar kost𑁋ada tanggung jawab yang harus dirawat. Jika tidak berkenan, gantinya adalah membayar pajak, hehe. Bibit pohon atau tanamannya bisa dibeli sendiri atau menerima dari yang disediakan pemerintah.
Di DKI Jakarta, transportasi umum sudah cukup diminati warganya, namun belum di kota-kota lain. Jaringan bus rapid transit (BRT) seperti TransJakarta sudah hadir di beberapa kota, seperti: Yogyakarta, Semarang, Solo, Palembang, dsb. Palembang bahkan punya LRT Sumsel.

Namun, penggunaan transportasi umum di kota-kota luar Jakarta belum optimal. Aku akan bekerjasama dengan pihak pengelolanya untuk meningkatkan pelayanan (misalnya menambah frekwensi kedatangan dan memperkecil headway) juga dengan pihak kantor dan sekolah/universitas untuk mendorong pelajar dan karyawan menggunakan transportasi umum. Salah satu caranya adalah dengan memberikan kartu e-money khusus yang sudah dirancang untuk pelajar/mahasiswa dan karyawan sehingga harganya lebih terjangkau. Didata terlebih dahulu siapa saja yang rumahnya dekat dengan halte atau stasiun, lalu dijelaskan rute transportasi umumnya.
Bumi sudah semakin panas, saatnya kita bergegas untuk menyelamatkan hutan. Lakukan aksi untuk mengurangi polusi, ajak kawan-kawan untuk membersihkan lingkungan. Nah, dari uraian di atas, apa lagi yang bisa kita lakukan? Keep doing something good while traveling~
Referensi:
https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/6151a8807980e/ketahui-apa-itu-polusi-dan-macam-macamnya
http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/info-iklim/dampak-fenomena-perubahan-iklim
Kendaraan umum fav ku msh transj sih. Apalagi haltenya dekeeeet banget dr rumah. Cuma 1 menit lebih dikit jalan kaki. Tapiiii aku msh ga suka Ama halte2 trans J yg luar biasa ruamenya dan sempit mas. Trus panas. Itu ga nyaman dan jujur bikin sesak napas. Ada banyak halte yg msh begitu. Salah satu alasan kenapa aku skr ini belum mau naik kendaraan umum dan LBH suka naik mobil pribadi. Memang hrsnya fasilitas dan jumlah kendaraannya hrs ditambah Ama pemerintah.
Tapi setidaknya aku mulai membiasakan utk ga pakai plastik, ga pakai juga alat makan plastik, dan mulai paperless. Dulu aku kerja di salah satu bank asing yg menerapkan komitmen paperless utk banking statement dan kalopun masih hrs print kertas, bank ku itu hanya mau membeli kertas dr perusahaan yg bersertifikat dan komit utk menanam kembali pohon2 yg ditebang. Harga kertasnya jauh lebih mahal dr kertas biasa. Aku sempet sebel, Krn sebagai orang cabang aku juga punya target cut cost . Kalo hrs beli kertas dr tempat yg mahal , kan susah utk cut cost.
Cuma setelah dijelaskan, ya itu cara perusahaan utk support lingkungan juga. Ga mau sembarangan membeli kertas dr perusahaan yg tidak ramah lingkungan. Akhirnya aku sendiri JD setia jd nasabah di situ Krn aku tau mereka ikut menjaga lingkungan dengan kebijakannya
Gpp, kak. Memang transportasi umum kita belum cocok untuk semua orang, dan juga ada kondisi2 tertentu di mana kita lebih cocok naik kendaraan pribadi.
Keeping up the good job dengan mengurangi penggunaan plastik dan kertas, mbak Fanny. Thank you semangatnya!
PR banget sih untuk menyediakan kendaraan umum yang ramah penumpang, nyaman dan mudah diakses. Agar banyak orang yang mau beralih dari kendaraan sendiri, jadi naik kendaraan umum. Demi lingkungan yang lebih baik
Sama Kak. Waktu saya kerja di Singapura, di Hongkong dan Taiwan, berasa pengen pindah warga negara saja ketika merasakan kehidupan yang sangat lebih baik. Terutama kedisiplinannya.
Sementara di Indonesia, duh… Tahu sendiri. Tugas kita nih menjadi contoh dan memberikan edukasi supaya teman dan saudara kita bisa ikut disiplin juga ya.
Wah asik banget pernah bekerja dan tinggal di 3 kota itu, kak. Tiga kota maju di Asia! Paling mupeng ke Taiwan 😍
Aku suka penasaran sama transportasi umum di Singapura, Korea, Jepang yang bisa dibilang bagus. Makanya pada mau pakai, jalan kaki pula. Kalau di Indonesia kaya gitu, yakin deh selimut polusi bakal lebih tipis. Tentu diimbangi dengan hal baik lainnya juga
Ayo kak halan-halan ke Singapura hehe
Sama kak sy pun lebih suka naik transportasi umum, dan anak² sy ajarkan hal yg sama. Langkah kecil itu saja melindungi bumi dr selimut polusi ya ..
saat ini transportasi umum di Indonesia sudah semakin bagus sih, area untuk pejalan kakinya juga sudah oke, taman-tamannya juga sudah banyak yang bagus, tapi kulihat-lihat sih masih mengedepankan sisi estetisnya sih, ketimbang fungsional sebagai penghijauan.
Penghijauan penting banget soalnya untuk mengurangi kuantitas polusi udara. Tanaman yang bisa menyerap polusi dan racun di udara juga sudah banyak yang sederhana dan tidak butuh banyak perawatan ya, macam lidah mertua dan sirih gading yang gak ribet perawatannya.
tinggal bagaimana kesadaran individunya saja untuk menghijaukan kembali area di sekitar tempat tinggalnya nih yang jadi PR.