
Sudah lama gue penasaran dengan the so-called first LRT in Indonesia ini. Gue udah pernah naik LRT di Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok. Jadi ketika akhirnya negara sendiri punya LRT, gue menyambutnya dengan antusias! Maklum, gue memang seorang rail enthusiast, khususnya kereta di dalam area perkotaan alias urban railway. Tahun 2015 gue udah ke Palembang, tapi saat itu belum ada LRT. Pengen ke Palembang gak kunjung kesampaian, apalagi tahun 2019 kemarin harga tiket domestik sempat melambung.
Namun akhirnya, gue ke Palembang juga. Gue harus ke Palembang. Cewek gue orang Palembang, coy! Berangkat dari Jakarta, gue bela-belain ke Palembang buat ketemu dia dan menunjukkan keseriusan gue.


Hari Sabtu tanggal 18 Januari 2020, gue menjejakkan kaki yang kedua kalinya di Bumi Sriwijaya. Hari itu, Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang sudah tak seperti dulu. Lebih modern, lebih menarik, lebih terfasilitasi. Setelah melangkah keluar gedung bandara, gue berjalan ke arah kanan melalui selasar, lalu naik eskalator mengikuti petunjuk arah di mana stasiun LRT berada. Tinggal menghitung menit, gue akan segera bertemu dengannya―LRT Palembang.
Ulasan ini juga bisa disimak di podcast berikut:
Baca juga: 15 Hal yang Dapat Kamu Lakukan di Palembang
Seperti Apa Stasiun LRT Palembang?
Stasiun LRT Bandara SMB II memang nggak berada satu gedung dengan gedung bandara. Tapi tenang, antara bandara dan stasiun sudah terhubung dengan jembatan pejalan kaki yang nyaman dan ramah disabilitas. Jarak tempuhnya mungkin sekitar 100-200 meter. Karena indoor dan posisinya melayang, jalan kaki sejauh itu jadi nggak berasa.



Di Stasiun LRT Bandara SMB II, concourse area dan peron berada pada satu lantai. Gue agak kaget karena ternyata pembelian tiket hanya dilayani di loket. Tiketnya berupa secarik kertas yang disertai barcode untuk dipindai di ticketing gates. Di sistem LRT lainnya, termasuk LRT Jakarta dan LRT Kuala Lumpur, tiket bisa dibeli di mesin, malah hampir semua penumpang di LRT Kuala Lumpur beli tiketnya di situ. Pembayaran juga bisa dilakukan secara cashless. Untuk LRT Palembang, pembayaran nontunai bisa dilakukan dengan kartu semacam multitrip dan kartu e-money bank, misalnya BRIZZI. Gue nggak lihat informasi soal ini di stasiun atau kereta.
Fasilitas di Stasiun LRT Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II adalah: ruang tunggu, toilet, musholla, ruang menyusui, dan ruang medis kecil. Karena headway LRT Palembang ini belum serapat LRT Jakarta, kalo nggak salah setiap 17 menit, calon penumpang baru boleh masuk peron saat 5 menit sebelum kereta datang. Jadi kalo kamu beli tiket saat jadwal kereta berikutnya masih lama, kamu harus menunggu dulu di area tunggu kayak gue waktu itu. Baru pertama kalinya gue ketemu sistem kayak gini. Di LRT Kuala Lumpur dan LRT Singapura kereta bisa datang setiap 3 atau 5 menit, jadi bisa langsung masuk ke peron dan nggak perlu berlama-lama menunggu kereta.
Baca juga: Memahami MRT dan LRT Publik di Singapura



Ticketing gates di stasiun-stasiun LRT Palembang modelnya kayak gerbang tiket di stasiun-stasiun KRL Commuter Line dan MTR Hong Kong. Agak disayangkan, sistem baru tapi model gerbang tiketnya out of date. Mungkin karena menyesuaikan dengan anggaran.
Cara tap tiket kertasnya juga ada trik sendiri. Jangan tempelkan kertas tiketnya pada pemindai, tapi sedikit melayang, berjarak 1-2 cm dari scanner. Simpan terus tiketnya, karena akan kamu butuhkan saat keluar di stasiun tujuan. Stasiun yang gue jejaki dari kunjungan di bulan Januari dan Maret ini adalah Stasiun Asrama Haji, Bumi Sriwijaya, DJKA, dan Polresta.



Saat ini, LRT Palembang baru memiliki 1 jalur sepanjang 24.5 kilometer dan melayani 13 stasiun. Walaupun masih 1 jalur, tapi at least udah much better dari LRT Jakarta yang sekarang hanya 6 kilometer. LRT Palembang juga menghubungkan titik-titik penting, seperti Bandara SMB II, RSUD, Jembatan Ampera, dan Jakabaring Sport City. Sebagian besar objek wisata di Palembang terkonsentrasi di kawasan Ampera, seperti: Masjid Agung Palembang, Monpera, pecinan, kampung Arab, dan beragam tempat kuliner. Ketek (perahu kecil) menuju Pulau Kemaro juga bisa diakses dari dermaga Ampera.
Baca juga: Bertandang ke Pulau Kemaro, Palembang
Seperti Apa Kereta LRT Palembang
LRT Palembang menggunakan rangkaian kereta buatan negara sendiri, PT INKA (Industri Nasional Kereta Api). Warna putih dan biru menjadi tema dominan, baik di eksterior maupun interior. Satu rangkaian terdiri dari 4 gerbong, dijalankan oleh masinis, jadi belum driverless.


Sama seperti LRT pada umumnya, LRT Palembang memiliki pintu otomatis, pendingin udara, bangku penumpang yang memanjang berhadapan dengan lorong untuk penumpang berdiri di antaranya, passenger announcement (PA), dan layar running text. Tersedia overhead storage untuk menyimpan barang bawaan, asal jangan lupa bawa aja ya pas keluar hehe. Sayangnya, PA hanya tersedia dalam bahasa Indonesia. Namun karena ada running text dengan bahasa Inggris (dan pada dasarnya sistem LRT Palembang mudah banget dipahami) hopefully masih ramah untuk foreigners.
Yang bener-bener gue sayangkan dari kereta LRT Palembang adalah bangku penumpangnya. Material yang digunakan bukan plastik atau sejenisnya, tapi mirip bangku di angkot. Akibatnya, sekarang bangku penumpang di LRT Palembang sudah “retak-retak”. Untuk sebuah rapid transit, rasanya material itu bukan material yang terbaik. Interior kereta jadi nggak terlalu enak dipandang, terkesan tua padahal baru beberapa tahun.



Yang gue suka, jendela keretanya itu bening banget, tapi suhu di dalam tetap adem. Jadi kalo kamu naik kereta LRT Palembang saat cuaca cerah, cobalah mengambil foto atau video tegak lurus sesuai arah jalan kereta. Cakep banget!
Dengan ongkos flat rate Rp5.000,00 dan Rp10.000,00 (untuk dari atau menuju bandara), LRT Palembang adalah moda transportasi yang terjangkau untuk menjelajah kota. LRT Palembang sudah terintegrasi dengan bus TransMusi. Coba temukan rute tujuanmu di Google Maps, informasi jalur LRT dan busnya sudah cukup akurat. Buat temen-temen wisatawan, ayo berdayakan LRT Palembang ke dalam itinerary kamu. Bandara dan banyak tempat wisata sudah terhubung dengan LRT.

Banyak hotel juga terletak dekat stasiun LRT, seperti Santika Premiere Bandara, Red Planet Hotel, Grand Inna Palembang, Ayola Sentosa Palembang, Favehotel Palembang, dan ASTON Palembang Hotel & Conference. Buat warga lokal Palembang, jadikan LRT sebagai bagian dari keseharian kamu. Kalo tujuan kamu bisa dicapai dengan LRT, naik LRT aja ya. LRT adalah bagian dari rutinitas sehari-hari masyarakat negara maju. Jadi, apakah kamu sudah berpikiran maju, atau masih mental bangsa terjajah yang malu naik angkutan umum?
Asiiiik banget mas, pacaran naik LRT hihihi. Sekalian mau ucapkan selamat, semoga langgeng sama sang kekasih tercinta 😀 dan semakin giat menabungnya, agar bisa PP ke Palembang kapanpun diinginkan. Sebagai yang pernah berjuang untuk LDR juga, tau banget rasanya 😆
By the way, semakin nggak sabar menunggu pembangunan LRT di Bali, pasti akan senyaman Palembang nantinya kalau sudah jadi 😁 dari mapsnya sudah kelihatan karena transportasi di Palembang termasuk yang sudah maju pesat dibanding kota lain 😍
Hihihi selamat, kak Menooo (boleh ya kupanggil gitu)
Palembang udah bagus transportasinya, cuma warganya masih perlu sedikit lagi dipecut buat naik. Atau mungkin Palembang perlu digenjot bisnis dan pariwisatanya.
Kalo LRT Bali udah jadi, aku ke sana deh.
Malah sebelumnya diwajibkan cashless Nug. Tapi masyarakat berat jika harus beli kartu puluhan ribu tapi dipakai jarang. Makanya sekarang bisa cash. Tapi setahuku, jika mau tetap cashless pun bisa. Cmiiw.
Soal jenis jok kursinya aku setuju. Semoga nanti bisa diganti bahan kain kayak CL di Jakarta.
Eh bisa cashless pake apa, mas? Kartu multitrip gitu? Pake kartu bank bisa?
Banyak bank.
Bank BUMN terutama. Pakai flazz BCA juga bisa seingatku.
I see. Oke makasih infonya mas, kurevisi kalo gitu.
Ini yang dulu sempat terinformasikan kalau sepi pengguna kah? Kalau melihat proyek pembanguannya memang bagus untuk kemajuan, Tinggal bagaimana pengguna LRT-nya yang harus punya kesadaran lebih. Kebayang kalau di Jogja sudah ada dari kota ke Bandara baru tanpa ganti-ganti transportasi ahhahhahhaha
Iya betul, kedua LRT kita (baik di Palembang maupun Jakarta) sepi penumpang. Sekarang di Palembang udah mending.
Naaahhh penting banget tuh kereta langsung dari pusat kota Jogja ke YIA. Gak LRT gpp, asal berangkat tiap setengah jam haha.
Ya ampuuun, iyaa yaa, kursinya kayak di angkot. Mungkin Krn dulu pembangunannya kan utk Asian games , terkesan buru2, jd material bangku cari seadanya dulu demi ngejar waktu kali yaaaaa..
Sayang amat kalo udh mulai retak2.. pas aku ke Palembang belum ada nih LRT. Jd g sempet nyoba. Ntr abis Corona, planning mau ke Palembang LG Ama temen2 kantor, hrs cobain ini utk wisata nya 😀
Iya, sayang sekali ya mbak. Tapi tetap menarik untuk dicoba 🙂
Kami selalu suka dengan tulisannya mas. Pembahasannya apik sekali dan padat informasi.
Mantap!
Salam hangat dari kami Ibadah Mimpi
Terima kasih, bro. Appreciated that.
Ini kapan bro? Masih bunyi2 berdecit ganggu ngga waktu pengereman?
Pertengahan Januari sama awal Maret kemarin, mas. Iya, masih berdecit dan pernah sampe memekakkan telinga banget!
Audah 2 tahun sejak saya main ke Palembang dan sistem ticketingnya masih seperti itu? Nggak ada perkembangan sama sekali.
Bahkan waktu saya cobain LRT Palembang tahun 2018, petugasnya cuma 1, sedangkan yang mau beli tiket banyak, jadi antrinya panjang banget.
Waktu itu aku nggak pake kertas dengan barcode semacam itu, tapi beli semacam emoney punya Bank Sumsel gitu. Mana pembeliannya nghak praktis pula.
Untuk bangkunya, saya setuju. Itu jelek banget.
Yang saya suka waktu naik LRT Palembang adalah pas melewati Masjid Agung dan juga Jembatan Amperanya. View masjid dan sungai Musinya jelas.
Thanks sudah berbagi ya
Oh iya, ada e-money sebenernya tapi selama di sana aku nggak liat, jadi kukira memang nggak ada.
Iya bang, sayang banget untuk bangkunya ya. Semoga LRT Palembang bisa lebih baik lagi.
so far, LRT Palembang masih asyik buat jadi transportasi oncak. Cuma buat ku yang aksesnya cukup jauh ke stasiun, LRT ini jarang kepake.
Kalau buat hotel sendiri yang cukup dekat LRT itu Santika Premiere, sedangkan hotel lainnya yang kamu sebut : Red Planet Hotel, Grand Inna Palembang, Ayola Sentosa Palembang, Favehotel Palembang, dan ASTON Palembang Hotel & Conference. Ini jarak hotel cukup jauh, kamu perlu naik transportasi lain untuk capai ke stasiun terdekat. Kurang fleksibel untuk disarankan bagi wisatawan.
Iya bener koh, yang bener-bener deket emang Santika.
Oncak itu apa ya? Haha
Aaak bulan lalu aku dinas ke Palembang tapi gak sempet mau coba naik LRT. Udah mulai rame juga ya Kak Nugie penumpang yang ngegunain LRT di Palembang tapi kayanya banyakan buat menuju ke Bandara sama dari Bandara ke pusat kota karena aku liat banyak yang bawa koper hihi.
Betul kak, yang banyak emang dari dan ke bandara, dan biasanya turis
Asik dating dong dia haha. Aku juga kemaren naik ini bang, tapi mohon maaf infonya ada yang keliru, LRT Palembang udah bisa pake cashless tapi cuma beberapa kartu dari Bank BUMN sama yang punyanya Palembang. Kemaren aku coba pake Brizzi bisa kok hehe
Iya, Pul. Ternyata bisa ya, aku gak liat infonya di stasiun jadi kupikir gak bisa.
Wah selamat ya udah punya pacar. Semoga langgeng. LRT Palembang emang bikin bangga, pioneer LRT Indonesia. Sayang bangkunya kok jadi kayak angkot ya. Semoga bisa diperbaiki. Naik kereta dengan kaka bening itu emang Asik sensasinya
Hehe amin amin. Iya, semoga LRT Palembang ke depannya lebih baik ya.
[…] atau bahkan semua, keinginan gue akan terwujud. Jika maksudnya adalah kesampaian naik LRT Jakarta, LRT Palembang, dan punya pacar, maka ramalannya […]
bersih juga ya stasiunnya. tapi kalau diliat-liat lebar gerbong LRT Palembang ini nggak selebar MRT Jakarta ya, kalau LRT Jakarta aku belum pernah naik sih, kira-kira selebar LRT Palembang ini juga nggak ya?
Betul, mas. LRT memang nggak selebar MRT. Kalo LRT Jakarta dan LRT Palembang kayaknya kurang lebih sama.
Suka deh melihat foto2 di stasiunnya. Cakeeep.. Jangan2 klo ke sana juga aku akan lebih sibuk foto2 di stasiun hihi..
Hihihi gapapa banyakin foto mumpung di sana 😀
wah keren bangett! Seneng transportasi modern menjadi merata di berbagai daerah 😀
Ya elah, senengnya hati gw liat orang pacaran :))
LRT-nya Palembang keren beut ya. Gw jadi kepingin naek biarpun bangkunya kayaknya udah retak-retak. Thanks banget nih buat gubernurnya Sumatera Selatan yang udah mengkondisikan daerahnya supaya kondusif buat dibikinin LRT.
Very very happy to see it!
Semoga Surabaya dan daerah lainnya menyusul ya, mbak.
AKu kalah nih sama mamahku yang udah duluan jalan2 ke Palembang dan nyobain naik LRT wkwkwkwkw 🙂 Jalan 100-200 meter mah deket ya dari bandara menuju stasiun LRT nya 🙂 Cakep bener, bersih dan kelihatan eksklusif. Fasilitasnya juga lengkap kalau aku baca ulasan Mas Nugi hehehe 🙂 Eh, cie..cie..berduaan muyuuu nih wkwkwkwk 😀
Hihihi, ayo cobain LRT Palembang mbak 😀
Jadi pengen ke Palembang, nyobainnya langsung.
Tapi Medan kok belum ada ya? Padahal Medan lebih gede dari Palembang dan tiap hari kemacetannya semakin parah. -_-
#CeritaAnakMedan
Tapi Medan udah lebih dulu ada kereta bandara, hehe. Kalo gak salah di Medan juga mau bangun LRT. Doakan segera terwujud.
[…] Lanjutan ceritanya bisa dibaca di: Review & Travel Guide LRT Palembang […]
waktu di Indo akan dibangun LRT, ikut seneng, akhirnya negara sendiri punya transportasi massal keren kayak di LN. Meskipun lokasinya jauhhh banget dari tempatku dan untuk nyobain mungkin juga nggak dalam waktu dekat dekat ini.
kalo tiket berupa kertas kecil gini biasanya sering lupa naruh atau bahkan jatuh tanpa disadari, agak rawan juga
Iya bener, aku aja pernah kehilangan karcis parkir wkwkwk
[…] Baca lebih lanjut di: Review dan Panduan LRT Palembang […]
[…] Baca ulasan selengkapnya soal LRT di: Ulasan dan Panduan LRT Palembang. […]
[…] yang menghubungkan titik-titik vitalnya seperti bandara, stasiun, dan kawasan turisme seperti LRT Palembang. Nah, sekarang kita bahas stasiun dan bandara Bandung […]
[…] Review LRT PalembangReview Kereta Bandara Solo EkspresReview MRT dan LRT SingaporeReview LRT, Monorail, KTM Komuter, dan KLIA Ekspres MalaysiaReview MRT Kuala LumpurReview BTS/Skytrain dan MRT BangkokReview MTR dan Tram Hong KongReview Kereta Cepat Hainan China […]
[…] gue udah pernah nulis review MRT Jakarta, LRT Jakarta, Skytrain & Kereta Bandara Soetta, LRT Palembang, Kereta Bandara Yogyakarta, transportasi umum Kuala Lumpur, transportasi umum Singapura, […]
[…] transportasi karena sangat mudah dijangkau, deket dari fasilitas umum di Kota Palembang. Mulai dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, pusat perbelanjaan PTC Mall, akses pendidikan, kesehatan, semuanya bisa dijangkau hanya dalam […]
[…] kost gue lebih dekat dengan jalan raya (Jalan Demang Lebar Daun), gue akan sering wara-wiri dengan LRT Palembang. Begitu keluar Jalan Ir. Marzuki, langsung ketemu Stasiun LRT Demang Lebar Daun (dan Hotel Amaris). […]
[…] Sama, di sini juga nggak susah cari tempat makan, tongkrongan, bahkan pusat perbelanjaan. Nggak terlalu jauh pun dari stasiun LRT Palembang. […]
[…] berkembang padat penduduk, dan gue lihat sistem transportasi kita menerapkan konsep serupa di LRT Palembang, LRT Jakarta, dan LRT Jabodebek. Lebih hemat biaya daripada bila jalurnya di bawah tanah. […]
[…] Di DKI Jakarta, transportasi umum sudah cukup diminati warganya, namun belum di kota-kota lain. Jaringan bus rapid transit (BRT) seperti TransJakarta sudah hadir di beberapa kota, seperti: Yogyakarta, Semarang, Solo, Palembang, dsb. Palembang bahkan punya LRT Sumsel. […]