
Ketika pertama kali mengunjunginya di tahun 2015, Bangkok hanya memiliki 2 jalur BTS/Skytrain, 1 jalur MRT, dan 1 jalur Airport Rail Link. Sekarang, tengoklah, ada jalur MRT baru, layanan kereta komuter yang modern, dan stasiun kereta api terbesar di Asia Tenggara𑁋Bang Sue Grand Station. Ketiga jalur yang sudah ada pun diperpanjang, dan masih akan terus memanjang.
Perkembangan mass transit system di Bangkok ini berlomba-lomba untuk semakin ekspansif seperti ibukota tetangganya, Kuala Lumpur. Dibandingkan dengan tahun yang sama, KL sendiri sekarang sudah memiliki 1 jalur MRT bawah tanah yang panjaaang banget (MRT Sungai Buloh-Kajang Line) dan bersiap menyambut MRT keduanya (MRT Sungai Buloh-Serdang-Putrajaya Line). Kedua LRT-nya, Kelana Jaya dan Ampang/Sri Petaling, pun kian memanjang.
Bangkok, walaupun jalur keretanya tak secanggih KL, namun terlihat upayanya untuk menghubungkan titik-titik residensial dengan kawasan bisnis dan wisata. Bangkok mungkin bisa menjadi contoh menghadirkan sistem angkutan massal perkotaan yang berkualitas tanpa anggaran yang banyak terkuras.
Btw, tulisan gue terdahulu bisa dibaca di Memahami Transportasi Publik di Bangkok
BTS Silom Line dan Sukhumvit Line
BTS (Bangkok Transit System) adalah jalur kereta layang di Bangkok yang terdiri dari 2 jalur, Silom Line dan Sukhumvit Line. Di tahun 2015, Sukhumvit Line hanya menjulur dari Mochit hingga Bearing, dan Silom Line hanya sepanjang National Stadium-Bang Wa. Namun sekarang lihatlah, Sukhumvit Line memanjang dari Khu Khot hingga Kheha sepanjang 53 km (47 stasiun). Stasiun-stasiun baru dibangun di kedua arah secara ekspansif. Hanya Silom Line yang masih bertahan dengan jalur sepanjang 14 km, kini melayani 14 stasiun.

Armada keretanya pun baru. Selain Siemens Modular Metro (EMU A1) yang beroperasi dari awal dan Changchun Railway Vehicles (EMU B1 dan EMU B2), sekarang BTS juga dilayani kereta Siemens-Bozankaya (EMU A2) dan CRV EMU-B3 yang lebih terlihat futuristik.
Seluruh jalur BTS dibangun melayang, tak ada yang di bawah tanah (underground). Konsep seperti ini cocok ditiru oleh negara-negara berkembang padat penduduk, dan gue lihat sistem transportasi kita menerapkan konsep serupa di LRT Palembang, LRT Jakarta, dan LRT Jabodebek. Lebih hemat biaya daripada bila jalurnya di bawah tanah. Stasiun-stasiunnya pun sangat utilitarian tanpa ornamen dan fasilitas mewah yang tidak fungsional.
MRT Bangkok
Kalau dulu hanya ada 1 jalur MRT, maka sekarang ada 2. MRT Blue Line kini didampingi oleh MRT Purple Line. MRT Blue Line pun sudah tak sama lagi. Jika di tahun 2015 jalurnya hanya berbentuk huruf C terbalik, sekarang sudah genap menjadi sebuah jalur lingkar.

Gue sangat excited dengan MRT Blue Line Extension ini! Bukan cuma karena stasiun-stasiun barunya memiliki desain interior dan arsitektur yang megah, kaya elemen tradisional budaya, namun juga menghubungkan kawasan wisata utama Bangkok seperti Grand Palace, Wat Pho, dan Khaosan Road. Sebelumnya, tempat-tempat itu sama sekali tak terjamah oleh transit system apa pun, membagi Bangkok secara maya menjadi (1) Bangkok tua yang sarat kuil dan istana dengan (2) Bangkok baru yang menjadi kawasan pusat bisnis, difasilitasi BTS dan MRT.
MRT Blue Line, yang sebagian jalurnya underground (seluruh jalur lamanya sih di bawah tanah), kini melingkar sepanjang 48 km dan melayani 38 stasiun. Malahan nggak cuma melingkar, karena salah satu ujungnya terus memanjang.
Berbeda dengan jalur biru, MRT Purple Line dibangun dengan jalur layang penuh seperti BTS/Skytrain. Panjangnya sekitar 23 km dengan 16 stasiun, memfasilitasi ibukota Bangkok dan provinsi tetangganya, Nonthaburi. Armadanya buatan Jepang, tepatnya East Japan Railway Company dengan Toshiba Corp dan Marubeni Corp.
SRT Red Line
Kamu yang biasa ke Bangkok naik maskapai AirAsia biasanya mendarat dan terbang landas ke/dari Don Mueang International Airport (DMK). Pernah merasa repot dan bingung karena dari DMK nggak ada akses BTS atau MRT sama sekali ke pusat kota? Kalo kamu sendirian dan mau murah, harus naik bus dulu lalu sambung BTS/MRT di Mochit (kalo ramean bisa share cost dengan taksi sih).
Sebenarnya ada stasiun kereta lokal persis di seberang Bandara Don Mueang, tapi sistemnya nggak ramah turis. Mirip-mirip KRL Commuter Line sepuluh tahun lalu lah.
Syukurlah sekarang sudah jauh lebih baik, karena sistem kereta api lokal itu bertransformasi menjadi SRT Red Line yang karakteristiknya nyaris seperti MRT. Ya stasiunnya, ticketing-nya, keretanya, dan layanannya. Kita-kita yang nggak bisa bahasa Thai nggak perlu bingung lagi deh. Dari DMK bisa langsung naik kereta api ke pusat kota Bangkok dengan nyaman karena bandara dengan Stasiun Don Mueang telah terhubung melalui jembatan layang pejalan kaki. Terintegrasi!
Btw, SRT ini singkatan dari State Railway of Thailand, BUMN-nya Thailand yang mengurus perkeretaapian. Kalo di Indonesia seperti KAI, di Malaysia namanya KTM (Keretapi Tanah Melayu). Jadi bukan something rapid transit ya, hehe.
SRT Red Line dibedakan menjadi SRT Dark Red Line (yang saat ini sepanjang 26 km dari Bang Sue ke Rangsit via Don Mueang) dan SRT Light Red Line sepanjang 15 km. Karena konsepnya adalah kereta komuter, maka nggak heran banyak jalurnya yang menapak tanah (on ground) selain tentunya jalur layang (elevated).
Dark Red Line dan Light Red Line bertemu di Bang Sue Grand Station, yang digadang-gadang sebagai stasiun kereta api terbesar di Asia Tenggara. Di sini jugalah mereka bersimpangan dengan MRT Blue Line.
Saat ini Bang Sue Grand Station belum beroperasi penuh, masih partially open. Namun, kehadirannya bertujuan untuk menggantikan Stasiun Hua Lamphong. Jadi, layanan kereta api jarak jauh akan menemui titik awal dan akhirnya di Bang Sue. Kelak, Bang Sue juga akan diisi dengan kereta api cepat (high speed railway) dan mass transit system lainnya.
Gold Line
Entah ini disebut MRT atau bagian dari BTS, namun jalur mungil yang panjangnya tak genap 2 km ini menghubungkan Stasiun Krung Thonburi (Silom Line) dengan mal Iconsiam yang happening itu. Fungsinya adalah angkutan pengumpan. Konon, kelak jalurnya akan diperpanjang sejauh 1 km lagi, lalu terintegrasi dengan MRT Purple Line dan SRT Red Line.
Gold Line ini mungkin cocok disebut APM, automated people mover, seperti skytrain di Bandara Soetta dan Bandara Changi itu. Yang unik, keretanya menggunakan rubber tyres yang nampak seperti ban karet.
Dibandingkan peta jaringannya di tahun 2015, terlihat jelas perbedaannya jika dibandingkan dengan peta saat ini.


Dengan begini, udah jelas apa agenda gue berikutnya saat ke Bangkok lagi: cobain SRT Red Line, MRT Purple Line, MRT Blue Line Extension, Gold Line, dan naik BTS Sukhumvit Line ke stasiun-stasiun terujungnya. Oh satu lagi, cobain Airport Rail Link dari/ke Bandara Suvarnabhumi karena 3 kali ke Bangkok gue belum pernah naik ARL, selalu mendarat dan terbang landas di Bandara Don Mueang.
Wah, banyak pilihan transportasi massal di Bangkok ya. Btw saya ke sana 2011 baru ada BTS, dan relatif mahal dibandingkan bus TransJakarta ataupun KRL. Dengan MRT Jakarta yang barupun masih lebih mahal.
Beneran 2011 baru ada BTS? Berarti MRT masih baru banget ya
Klo ga salah sudah ada MRT, tapi tidak sempat menggunakan karena destinasi dan menginap di sekitar BTS. Jadi dari airport link sambung BTS.