Menemukan Sudut Tenang di Chatuchak Weekend Market, Bangkok

chatuchak-weekend-market-bangkok

Setidaknya ada tiga hal yang menjadi daya tarik utama Bangkok untuk para pejalan: kuil (wat), kuliner, dan belanja. Kalau ditanya kuil apa yang wajib dikunjungi di Bangkok, Grand Palace dan Wat Pho jawabannya, keduanya juga terletak bersebelahan. Soal bertualang kuliner, kawasan Khaosan Road bisa menjadi pilihan yang dekat dengan pusat akomodasi backpacker. Di sana juga terdapat banyak kelab, café, dan bar dengan yang sorot lampu warna-warni dan dentum musik yang menggetarkan gendang telinga.

Lalu bagaimana dengan belanja? Well, I would suggest you to go to Chatuchak Weekend Market.

 

Saat kunjungan perdana ke Bangkok pada Oktober 2015 silam, gue gagal berkunjung ke pasar super besar yang ada di bagian utara kota ini. Gue yang AGSJ (Anak Gaul Sekaten Jogja), berasumsi bahwa Chatuchak Weekend Market pasti beroperasi sampai malam, seperti kebanyakan pasar oleh-oleh di kota-kota wisata lainnya. Gue sampai di Bangkok pada hari Minggu dari Kuala Lumpur, lalu saat diri hendak menggiring langkah menuju Chatuchak, sang pemilik akomodasi di Born Free Hostel (Samsen Soi IV) mengatakan bahwa Chatuchak Weekend Market sudah bubar menjelang malam.

"Rangkul aku terus sampai pelaminan, bang..."

“Rangkul aku terus sampai pelaminan, bang…”

Gue tertegun menemukan kenyataan itu. Menyalahkan diri sendiri yang tidak mencari informasi dengan jelas. Untuk menghibur hati, gue dan dua rekan perjalanan memutuskan berkelana ke Yaowarat Road (Chinatown), meski akhirnya juga malah nyasar ke Flowers Market. Baca ceritanya di:

Terdampar di Keriuhan Flowers Market, Bangkok

 

How to Get There?

Chatuchak Weekend Market akhirnya berhasil gue sambangi dalam gelaran Open Trip yang gue adakan pada bulan Juli 2016 lalu. Gue bersama keempat peserta berangkat dari hotel kami di dekat Stasiun ARL Ratchaprarop menggunakan taksi. Jika ingin mencapainya dengan angkutan umum, Chatuchak Weekend Market dapat dicapai dengan BTS Sukhumvit Line (turun di Stasiun Mochit, paling ujung) atau MRT Blue Line (turun di Stasiun Kamphaeng Phet).

https://www.instagram.com/p/BPtivzWg38g/?taken-by=nugisuke

Mana yang lebih pas, BTS atau MRT? Jawabannya adalah MRT. Begitu keluar stasiun, pasar sudah terhampar di depan mata. Sementara dengan BTS, kamu harus melanjutkan dengan sedikit berjalan kaki. Baca aja selengkapnya di: Memahami Transportasi Publik di Bangkok: BTS (Skytrain), MRT, Airport Link, Chao Praya Express, dan Bus

 

How’s Chatuchak Weekend Market?

Satu kata: GUEDEEEEEEEEEEEEEEEEEE. Serius, Chatuchak Weekend Market ini gede banget!!! Pasar terbesar yang pernah gue datangi sejauh ini. Duh, Pasar Andir atau Pasar Ciroyom nggak ada apa-apanya deh. Buat menyisir satu lorong dari ujung ke ujung aja butuh waktu lebih dari setengah jam! Belum termasuk lihat-lihat, mampir-mampir, apalagi sampai nawar dan bawa pulang penjualnya #eh. Itu baru satu lorong, belum lorong-lorong lainnya, belum lagi jalan utamanya yang membelah pasar menjadi dua bagian.

Menyusuri lorong-lorong Chatuchak Weekend Market

Menyusuri lorong-lorong Chatuchak Weekend Market

Dipilih bajunya, baaanggg. Celana juga boleeh. Jockstrap juga ayaaa.

Dipilih bajunya, baaanggg. Celana juga boleeh. Jockstrap juga ayaaa.

Kios makanan Chatuchak Weekend Market

Kios makanan Chatuchak Weekend Market

Chatuchak Weekend Market terbagi ke dalam zona ber-AC dan zona tanpa AC. Zona ber-AC terletak di bagian yang lebih dalam, dengan lorong-lorongnya yang terlindung dari sinar matahari. Isinya? Duh, segala macam yang terbayang di dalam kepala. Dari baju, aksesoris, barang pecah belah, makanan, sampai lukisan-lukisan karya seniman lokal pun ada.

Mau tahu tempat lain buat belanja di Bangkok? Baca aja: Menengok Siam dan Silom, Pusat Bisnis & Belanja Bangkok

 

Sudut Tenang di Chatuchak Weekend Market

Gue hanya bisa memandang iri dengan keempat peserta yang asyik berbelanja, menghampiri lapak demi lapak, lalu sebentar kemudian sudah lenyap dari pandangan mata di antara lautan manusia. Apa boleh buat, harga paket yang mereka bayar tidak termasuk biaya oleh-oleh Tour Leader, hehehe. Gue dekap erat dompet di dalam tas agar jangan sampai khilaf dan lembar-lembar Baht itu keluar tanpa kesadaran penuh. Gue berjalan menyusuri lorong, tak berani menatap terlalu lama pada barang dagangan, takut tergoda dengan penjualnya. #lho

Yang seperti ini juga ada di Chatuchak Weekend Market

Yang seperti ini juga ada di Chatuchak Weekend Market

Melalui bagian utama pasar, lapak-lapak yang menjual beragam baju, kedai-kedai kecil yang menjajakan makanan, gue lalu tiba di sayap paling ujung yang dipisahkan oleh sebuah jalan kecil tak beratap yang pasrah diguyur sinar matahari yang terik. Bagian itu sedikit berbeda dari bagian sebelumnya yang gue lalui. Tanpa banyak pelancong, sudut itu terasa lebih tenang dan less touristy.

Kedai pertama yang gue jumpai memenuhi setiap sudutnya dengan barang-barang antik, lawas, atau arkeologis. Di sebelahnya, lapak-lapak lukisan berjejer memamerkan mahakarya para seniman lokal, sebelum berakhir pada sebuah café yang menjadi jantung kehidupan bagian itu. Tak terlalu suka dengan café yang merusak keteduhan itu, gue kembali berjalan dan menyingkap lapak-lapak lukisan lain.

Di sebuah pertigaan, gue menemukan beberapa meja dan bangku dari kayu yang tampil eksotis tanpa banyak finishing. Sekelompok remaja Thailand bercengkerama di salah satu sudutnya, sementara dua tiga pelancong mengisi sudut yang lain.

Enjoying ourselves

Enjoying ourselves

“Wah, kayaknya enak ‘nih duduk-duduk di sini sambil minum segelas es,” batin gue dalam hati.

 

Gue meninggalkan sudut impian itu sejenak untuk menemukan kedai terdekat yang menjajakan kopi, teh, es cendol Elizabeth, es goyobod, atau minuman apapun yang bisa menjadi teman pelepas dahaga di siang menjelang sore yang terik itu. Beruntung, tak jauh dari titik itu, gue menemukan sebuah kedai kopi kecil yang menyediakan beraneka macam kopi, teh, dan beberapa minuman lainnya. Loong Coffee namanya. Tanpa perlu menimbang terlalu lama, gue segera memesan menu andalan, “Iced Milk Tea, take away,” seharga 50 THB.

Sebagai informasi, di Thailand istilah Thai Tea tidak terlalu dikenal. Warga lokal menyebutnya dengan Milk Tea. Jadi nggak usah bingung kalau kamu nggak menemukan menu Thai Tea di setiap café atau restoran yang kamu masuki, carilah Milk Tea, jangan Milk yang lain. #ehgimana

Ada kejadian menarik saat gue duduk menunggu pesanan selesai disajikan. Sekelompok remaja turis laki-laki datang menghampiri dan memesan beberapa minuman. Karena tak terlalu memperhatikan kondisi sekitar, alias suka heboh sendiri — suheri — salah satu di antara mereka menyenggol minuman pengunjung lain hingga jatuh tertumpah. Pemuda itu buru-buru minta maaf, sementara teman-temannya cekikikan di belakang. Dari bahasa tubuhnya sih, gue menangkap pemuda itu mau mengganti minuman yang udah dijatuhkan. Duh, lain kali hati-hati, dekbro! Gimana kalau yang kamu jatuhin itu hati yang kesepian?

 

Berbekal segelas Thai Tea yang dingin, gue duduk pada salah satu bangku kayu, menghadap muda-mudi Thailand yang masih bercanda gurau dengan bahasa yang nggak gue mengerti sama sekali. Dikelilingi dengan celoteh Thai tanpa banyak turis wira-wiri, gue seperti tersedot masuk ke dalam film Thailand yang selama ini hanya bisa gue saksikan dari balik layar laptop. Rasa-rasanya gue ingin menghampiri mereka dan menyapa, “Can I join you?” tapi takutnya nggak ada yang paham, atau malah dibalas dengan serentet ‘bahasa nirwana’, hihihi.

Salah satu lapak pelukis di Chatuchak Weekend Market

Salah satu lapak pelukis di Chatuchak Weekend Market

Siapa bilang Chatuchak cuma buat emak-emak?

Siapa bilang Chatuchak cuma buat emak-emak?

Chatuchak Weekend Market jelang petang

Chatuchak Weekend Market jelang petang

Ketika jam sudah menunjukkan batas kunjungan yang disepakati, gue beranjak dengan enggan meninggalkan sudut yang begitu bersahaja itu. Meninggalkan pusat pasar yang penuh hingar bingar wisatawan, gue justru menemukan satu sudut yang mengajak gue untuk lebih memahami geliat seniman lokal di Bangkok, Thailand. Saat itu hari sudah di penghujung sore, beberapa penjual sudah menutup lapak dan mengemasi dagangannya, meski masih banyak pelancong yang memadati pasar.

 

Kesimpulan dan Tips

Di luar namanya, Chatuchak Weekend Market rupanya juga buka di hari biasa, meski tidak seramai akhir pekan. Namun, jam operasinya tetap sama, nggak lebih dari waktu petang. Hukum tawar menawar berlaku di sini, jadi keluarkan jurus terbaikmu. Tawarubunshin no jutsu!!! Kalau lapar, makan siang atau sarapan di Chatuchak Weekend Market juga oke kok. Menunya bervariasi, harganya terjangkau, mau sekadar nongkrong ganteng sambil istirahat habis belanja juga bisa. Cari café yang ber-AC biar nggak usah kipas-kipas heboh.

Selamat menemukan sudutmu sendiri di Chatuchak Weekend Market Bangkok 😀

42 komentar

  1. avatar omnduut

    Nah ternyata buka di hari biasa juga ya. Ini dia pasar tempat aku “berantem” dengan pedagang hahaha. Di pasar ini pula anggapan bahwa kios dalam menjual harga lebih murah terbantahkan.

    Capek2 blusukan di kios dalam, eh di luar lebih murah. 😂😂😂

    1. avatar Matius Teguh Nugroho

      Walah, berantem kenapa om?

      Yoi, yang luar lebih murah, soalnya nggak dapet AC hahahahaha

      1. avatar omnduut

        Biasa, ngotot2an harga. Dia bilang sekian, eh pas bayar naik muahaha

      2. avatar Matius Teguh Nugroho

        Wahaha. Modus common tuh di sana

      3. avatar omnduut

        Iya, mesti dicatet lain kali haha

      4. avatar Matius Teguh Nugroho

        Rekam, mas. Rekaaammm hehehe

  2. avatar ekahei

    Di dekat chatuchak market ada taman luas… ada air mancur juga. Nah itu sudut favorit ku. Heheheh 🙂

    1. avatar Matius Teguh Nugroho

      Oh iya, ada Chatuchak Park.

  3. avatar Iwan Tantomi

    Ni pasar pas aku ke sana paling sering ketemu turis Indonesia, jadi serasa di Pasar Benhil

    1. avatar Matius Teguh Nugroho

      Hahaha. Hapal pasar benhil juga ternyata.

      1. avatar Iwan Tantomi

        Kupernah kerja di Jakarta kakak, sebelum dipindah ke Malang. Duh, buka kartu.

      2. avatar Matius Teguh Nugroho

        Wow, you’re older than I thought hahaha

      3. avatar Iwan Tantomi

        I’m not a human.

  4. avatar BaRTZap

    Dua kali berkunjung ke Chatuchak dan rasanya belum semua sudutnya tereksplor saking luasnya. Btw, pada kunjungan yang kedua aku juga menemukan beberapa produk Indonesia mulai dijual di sana, salah satunya adalah batik 🙂

    1. avatar Matius Teguh Nugroho

      Iya gak habis habis eksplor Chatuchak. Gede banget! Mungkin butuh waktu total sehari semalam buat jelajah semua sudutnya.

      Hahaha, duh batik udah mendunia ya. Semoga yg beli tau itu produk Indonesia 😂😂😂

      1. avatar BaRTZap

        Haha iya bisa jadi. Padahal dua kali ke sana itu, selalu seharian muter-muternya. Insya Allah tau, soalnya ada logo Indonesia nya juga.

      2. avatar Matius Teguh Nugroho

        Kalo ke Chatuchak lagi, mau eksplor taman sama museum di situ

      3. avatar BaRTZap

        Museum apa yang ada dekat-dekat situ Gi?

      4. avatar Matius Teguh Nugroho

        Children’s Discovery Museum :D, kayaknya macam Taman Pintar Jogja gitu sih

      5. avatar BaRTZap

        Noted, baru dengar namanya soalnya 🙂

      6. avatar Matius Teguh Nugroho

        Aku juga taunya dari buka Maps, Bart. Salah satu kebiasaan saat membuat itinerary.

  5. avatar haruki1244

    Pasarnya besar banget, saking besarnya sampai hampir semua orang pun pasti bisa menemukan sudutnya ya. Bahkan yang tidak terlalu suka dengan keriuhan dan kepadatan pasar. Tapi kalau saya sih pasti sudutnya itu kawasan kuliner, haha. Kapan lagi coba ke Thailand dan tidak mencicipi kulinernya yang ajaib-ajaib itu. Jadi ke Chatuchak sudah berapa kali, Mas? Eh itu di depannya ada monumen rel kereta, ya? (dari foto pertama).

    1. avatar Matius Teguh Nugroho

      Iya betul gede banget! Aku baru sekali aja ke Chatuchak, mas 😀

      Iya ada monumen kereta, tapi kurang tau untuk sejarahnya

  6. avatar Ahmad Muzakky

    Bang, beli jockstrap juga gak? #Eh

    1. avatar Matius Teguh Nugroho

      Enggak. Gue beli thong aja. #eh

  7. avatar Winny Marlina

    belum pernah ke Chatuchak penasaran juga

    1. avatar Matius Teguh Nugroho

      Next trip, kakaaakkk

  8. avatar insanwisata (@InsanWisata)

    weh. sejak kapan sampeyan jual open trip mas? jadi guide juga. keren eh. Kok g pernah ngajak2 aku piknik. Ternyata mental sampeyan belum jadi wisatawan ya. masih jadi anak sekaten awul2 Jogja. belanjanya cuma cendol atau es kopi. Sama kaya aku wes.
    Wah. Pasar Gede kalau istilah jawanya. Menarik walau sekadar hunting foto.

    1. avatar Matius Teguh Nugroho

      Sejak 2016, bro. Trip perdana bulan Mei 2016. Yah lumayan buat jalan-jalan gratis.

      Aku mental bocah hore-hore hahaha

  9. avatar Hanif Insanwisata

    weh. sejak kapan sampeyan jual open trip mas? jadi guide juga. keren eh. Kok g pernah ngajak2 aku piknik. Ternyata mental sampeyan belum jadi wisatawan ya. masih jadi anak sekaten awul2 Jogja. belanjanya cuma cendol atau es kopi. Sama kaya aku wes.
    Wah. Pasar Gede kalau istilah jawanya. Menarik walau sekadar hunting foto.

  10. avatar bukanrastaman

    Dulu ke sini cuma beli dompet buat oleh-oleh aja. Hahahaha gak begitu kua keramaian soalnya. hihihi

    1. avatar Matius Teguh Nugroho

      Hehehe, aku juga gak terlalu suka keramaian, tapi ramenya pasar sih masih tahan 😀😊

  11. avatar Tidak diketahui

    […] Chatuchak Weekend Market, kami langsung naik BTS Sukhumvit Line menuju Stasiun Asok tanpa pulang ke hotel lebih dulu. Ini […]

  12. avatar berolahragabasket2
    berolahragabasket2 · · Balas

    gila keren banget !!

  13. avatar berolahragabasket4
    berolahragabasket4 · · Balas

    mantep mas

  14. avatar Dody Setiawan

    jadi pengen ke bangkok buru2 nih bang..

  15. avatar Asisten Liburan

    Sawasdee ka !
    Hei Gie,
    Info dikit yaaa …Chatuchak market emang tutup 6pm tapi di jalanan utama masih ada yg buka sampai jam 10-11pm
    Kalau masih ngebet bisa ke tetangganya JJ Night Green Market, buka 5-12 pm

    1. avatar Matius Teguh Nugroho

      Sawadde krap!

      Terima kasih infonya, ci Dede. Jadi belanja di sana sampai larut malem juga bisa ya 🙂

  16. avatar Tidak diketahui

    […] Terminal21 (dekat Stasiun Asok/Sukhumvit), ICONSIAM (dekat Stasiun Saphan Thaksin), Chatuchak Weekend Market (dekat Stasiun Mochit/Kamphaeng […]

Tinggalkan Balasan ke Matius Teguh Nugroho Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Matius Teguh Nugroho

keep learning by traveling

Duo Kembara

Cerita Si Kembar dan Mommy Ara menghadirkan kebaikan

Lonely Traveler

Jalan-jalan, Makan dan Foto Sendirian

Guru Kelana

Perjalanan sang guru di berbagai belahan dunia

dyahpamelablog

Writing Traveling Addict

Daily Bible Devotion

Ps.Cahya adi Candra Blog

bardiq

Travel to see the world through my own eyes.

Teppy & Her Other Sides

Stories, thoughts, places...

Mollyta Mochtar

Travel and Lifestyle Blogger Medan

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

D Sukmana Adi

Ordinary people who want to share experiences

papanpelangi.id

sebuah blog perjalanan

Guratan Kaki

Travel Blog

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

BARTZAP.COM

Travel Journals and Soliloquies

Bukanrastaman

Not lost just undiscovered

Males Mandi

wherever you go, take a bath only when necessary

Eviindrawanto.Com

Cerita Perjalanan Wisata dan Budaya

Plus Ultra

Stories and photographs from places “further beyond”.

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

Musafir Kehidupan

Live in this world as a wayfarer

Cerita Riyanti

... semua kejadian itu bukanlah suatu kebetulan...

Ceritaeka

Travel Blogger Indonesia

What an Amazing World!

Seeing, feeling, and exploring places and cultures of the world

Winny Marlina

Winny Marlina - Whatever you or dream can do, do it! lets travel

Olive's Journey

What I See, Eat, & Read

tindak tanduk arsitek

Indri Juwono's thinking words. Architecture is not just building, it's about rural, urban, and herself. Universe.

dananwahyu.com

Menyatukan Jarak dan Waktu