Jelajah Tempat Wisata Haikou (Hainan): Qilou Old Street, Haidian River, West Lake & People’s Park

Setelah check-in tanpa hambatan di Haikou Banana International Youth Hostel dan bolak-balik naik-turun ke lobi untuk meminta pasta gigi, sandal, dan handuk, akhirnya gue bisa mandi dan beristirahat. Karena harus berkemas dengan minimalis, gue sengaja nggak membawa sandal dan handuk agar barang-barang muat di backpack. Kalo missal nggak tersedia di hostel, mau nggak mau gue harus beli seperti yang gue lakukan di Hong Kong. Eh, puji Tuhan ada.

Klik di sini kalo kamu belum membaca cerita sebelumnya.

Young, host Couchsurfing yang udah gue request sebelumnya, udah sampai di lobi buat ngajak gue jalan-jalan. Orangnya baik banget mau nyamperin gue di hotel, nggak kayak host yang satunya lagi hehe. Setelah gue siap, kami berdua pun segera mulai berjalan menuju kawasan kota tua Haikou―Qilou Old Street.

Nah, saat ngubek-ngubek itinerari dengan Google Maps, gue kira jarak dari hostel ke Qilou Old Street itu agak jauh. Ternyata deket, within walking distance, dan melalui spot-spot menarik yang nggak akan bikin bosen jalan kaki!


Spot 1: Qilou Old Street

Dari Banana Hostel, kami berjalan ke jalan utama, lalu berjalan kaki menyusuri Renmin Avenue melalui persimpangan Haidian 3rd East Road – Haidian 2nd East Road – berjalan di atas Haidian River – turun ke jalur pedestrian tepi sungai sesaat – lalu menyeberangi Changti Road masuk ke Xinhua North Road. Qilou Old Street bukan nama sebuah jalan, namun nama satu kawasan kota tua. “Qilou” berarti “ancient arcade house” dalam bahasa Tiongkok, merujuk pada desain arsitektur bangunan yang memenuhi kawasan itu.

Qilou Old Street, Haikou
Qilou Old Street Haikou yang ramai sepeda motor

Selain Xinhua North Road yang riuh, kawasan Qilou Old Street juga mencakup Zhongshan Road, Daxing West Road, Jiefang East Road, Bo’ai North Road, dan sekitarnya. Bangunan-bangunan yang ada di Qilou Old Street biasanya difungsikan sebagai tempat usaha, seperti tempat makan dan toko. Sebelas dua belas dengan Jalan Malioboro.

Young ini orangnya ramah banget dan doyan ngobrol. Selama kami jalan kaki, dia banyak bercerita tentang Haikou, Hainan, kehidupan pribadinya, dan seuplik pengalamannya di Jakarta dan Bali. Sayangnya, saat itu gue masih sakit, gue nggak bisa banyak ngobrol karena masih batuk-batuk. Suara yang gue keluarkan pun parau dan cempreng. Gue jadi terkesan pendiem banget di mata Young saat itu.

Difoto oleh Young di Qilou Old Street Haikou
Jauh-jauh ke Cina makannya ceker ayam juga wkwk

Karena gue belum makan siang dan udah kelaperan banget, gue minta Young untuk mengajak gue ke tempat makan. Olehnya, gue dibawa ke sebuah local tea house yang besar dan ramai orang. Kami duduk di sebuah set meja untuk 4 orang (rata-rata ditata seperti itu), and I let Young ordered anything he thought best for us. Kalo nggak ada dia, gue nggak akan bisa makan di tempat kayak gini. Informasi menunya hanya ditulis dalam aksara kanji, nggak ada foto ilustrasi, dan para petugasnya juga nggak bisa bahasa Inggris. Thanks a lot, Young!

Young ternyata memesan chicken wing berukuran besar, ceker ayam kecap, semacam mie dengan kuah hitam yang enak bangeeettt, dan sebuah roti. Tentu saja, semuanya datang dengan satu termos teh panas dan cangkir kecil untuk menyeduhnya. Sayang gue malah lupa ambil foto teh itu. Teh di Cina berbeda dengan teh di Indonesia. Warnanya bukan cokelat, merah, atau kehitaman, tapi kuning jernih. Rasa dan aromanya juga ringan. Gue pribadi lebih suka teh buatan nusantara! Kalo di lain waktu bisa bertemu Young lagi, gue mau kasih dia teh Indonesia deh.

Sayap ayam goreng di Haikou yang gede dan enak

Setelah menghabiskan semua makanan dan merasa sudah cukup beristirahat, kami pun menghadap ke kasir. Tebak berapa total harganya! Ternyata cuma CNY 50 alias sekitar Rp100.000 dong. Young membayar dengan uang elektronik. Di Cina, tempat-tempat makan dari berbagai golongan udah menerima pembayaran cashless AliPay dan WeChatPay. Gue udah bersiap menyerahkan selembar uang buat dia, namun Young menolak. Wah, terima kasih traktirannya Young!

Dari tempat makan itu, Young mengajak gue ke Zhongshan Road. Ternyata, Zhongshan Road ini dikhususkan untuk pejalan kaki. Berjalan jadi lebih nyaman di Zhongshan Road. Jalanannya juga bukan dari aspal, namun dilapisi batu alam seperti Jalan Braga di Bandung, cocok banget dengan jajaran bangunan bergaya Peranakan di kanan-kirinya. Selain di Hainan, desain arsitektur seperti itu juga bisa ditemukan di Singapura dan kota tua Phuket.

Berjalan aman di Zhongshan Road Haikou
Kuil di Qilou Old Street Haikou yang kami kunjungi

Di Zhongshan Road, Young sempat membuat vlog pendek dan kami ngoceh sebentar di dalamnya. Dia lalu meminta tolong gue untuk mengambilkan foto khasnya: pose levitasi (melompat). Itulah mengapa nama Facebook-nya adalah Flying Young. Secara nggak sengaja, Young berpapasan dengan salah satu temannya. Cewek, cantik, bahasa Inggrisnya bagus, dan sama-sama sedang membawa “tamu”. Young juga memperkenalkan gue padanya. Momen-momen itu berkesan banget buat gue. I was like hanging out with a friend I’ve known for a long time…

Gue lalu mengajak Young masuk ke sebuah kuil bernama Haikou Temple of The Queen Heaven. Nggak ada informasi yang gue temukan soal kuil ini, baik di internet maupun di kuilnya sendiri. Gue juga cuma foto-foto di situ.

Kami kembali ke Xinhua North Road, Young mengajak gue masuk ke… Minisoo. Dia cerita kalo Minisoo adalah toko yang populer, dan dia cukup surprised saat gue cerita kalo di Bandung juga ada banyak Minisoo. Kami melihat-lihat sebentar. Item yang dijual dan kisaran harganya kurang lebih sama dengan yang di Bandung.

Sayang sekali kebersamaan kami harus berakhir karena Young ada penerbangan ke Australia malam itu. Ah, dia baik banget, bersedia meluangkan waktu di sela-sela jadwal sibuknya untuk menemani seorang asing seperti gue. Buat yang mau ke Haikou dan mau meet-up atau numpang bermalam di tempat Young, silakan kirimkan request di akun Couchsurfing Young di akun Couchsurfing.

Bersama Young di Qilou Old Street Haikou
Bus 25 di Haikou yang dinaiki Young

Kami berpisah di sebuah halte bus di Changti Road. Dari situ, Young naik bus nomor 25, dan gue memulai petualangan gue sendiri.


Spot 2: Haidian River, Haikou

Karena tadi belum cukup puas foto-foto di kawasan Qilou Old Street, maka gue kembali ke beberapa spot untuk mengabadikan kota tua di awal senja. Ah, lampu-lampunya bersinar romantis, tak peduli hingar bingar klakson sepeda motor di bawahnya.

Kawasan Qilou Old Street Haikou di awal senja

Jelang senja, Qilou Old Street makin riuh bersuara. Bukan, bukan deru mesin, tapi lengkingan klakson dari berbagai arah. Warga Haikou, dan seisi Hainan, banyak menggunakan sepeda. Bukan sepeda motor atau sepeda manual, tapi sepeda listrik yang suara mesinnya selembut angin. Bunyi klakson dan derak roda karena medan yang tak rata adalah tanda kehadiran mereka. Sebagai pejalan kaki, gue harus hati-hati menjaga diri. Harus berjalan lurus, nggak bisa sembarangan meleng ke kanan dan ke kiri. Setiap kali hendak menyeberang atau berbelok arah, harus tengok kanan-kiri dan depan belakang. Mereka bisa datang dari mana saja!

Selain di lajur terujung yang ada di jalan-jalan besar (kadang juga diberi partisi masif), sepeda motor di Hainan juga boleh naik ke trotoar. Saat menyeberang jalan pun, mereka melalui zebra cross, berbaur dengan pejalan kaki. Untungnya sistem penyeberangan jalan di Haikou udah modern karena menggunakan automatic timer. Maka setelah mengabadikan beberapa momen di persimpangan Changti Road yang riuh itu, gue menyeberang ke arah Haidian River dan Clock Tower-nya.

Haikou Clock Tower dari Qilou Old Street
Menyeberang di Haikou bersama sekawanan sepeda motor

Haikou Clock Tower (海口钟楼, Zhōnglóu) berdiri di selatan Haidian River, di sebelah barat Renmin Bridge (人民大桥). Di tengah suasana monokromatik kota Haikou, menara jam itu tampil mencolok dalam guyuran warna terakota. Haikou Clock Tower yang asli dibangun di kisaran 1928-1929, namun kemudian hancur sebagian dan dibangun kembali pada tahun 1987. Menara ini dibangun setinggi 27.3 meter dari material batu bata merah dalam desain arsitektur gothic.

Sungai Haidian adalah salah satu sungai utama yang membelah kota Haikou, memisahkan Distrik Haidian yang berada di bagian utara from the rest of Haikou city, menciptakan sebuah “pulau” bernama Haidian Island. Karena mengalir dari barat ke timur, Sungai Haidian menjadi tempat menawan untuk menikmati momen matahari terbit dan terbenam.

Magnificent sunset at Haidian River in Haikou, Hainan

Saat cahaya baskara tak lagi mewarnai angkasa, gue arahkan pandang ke ufuk barat cakrawala. Seketika gue terpana dengan gradasi warna yang tersaji di depan mata. Langit jingga menyala samar di balik siluet gedung-gedung tinggi yang refleksinya terpantul indah di permukaan air sungai. Semakin ke atas, warna oranye itu berubah menjadi biru pucat yang meneduhkan. Gue bergeming melihatnya, menikmati momen tenggelamnya matahari sebelum ia sepenuhnya lenyap ditelan malam gelap.

Haidian River cukup romantis di malam hari. Cahaya keemasan illuminates sepanjang pagar jalur pejalan kaki, membuatnya tampak seakan-akan melayang di atas sungai, padahal salah satu sisinya sebenarnya adalah daratan. Bunga-bunga berwarna ungu tumbuh di salah satu sisi yang menghadap sungai, sementara di sisi lainnya pohon-pohon palem dan lampu-lampu jalan berdiri, menjadi pembatas alami dengan area taman.

Haidian River di Haikou saat malam hari

Gue nggak sendiri malam itu. Ada beberapa warga yang sama-sama berjalan santai, jogging, duduk-duduk, atau bersepeda. Jadi memang di jalur pedestrian itu ada ruang untuk jalur sepeda alias cycling track. Akhirnya bisa berjalan kaki dengan tenang juga karena sepeda motor nggak bisa masuk area ini, hanya sebatas di trotoar yang berbatasan dengan jalan raya. Sungainya memang bersih, tapi tetap agak bau amis hehe. Untungnya nggak kuat jadi masih bearable.

Lama-lama udara terasa dingin juga lho. Meski nggak 4 musim, tapi karena lokasinya udah agak di utara, Haikou “kecipratan” sisa-sisa udara dingin daratan Cina. Pas siang sih nggak terlalu terasa, tapi kalo malem dan pagi, brrr… Gue jadi inget saat gue sendirian mengeksplor Tsim Sha Tsui Hong Kong malem-malem di bulan Mei lalu.

Renmin Bridge Haikou dan kolong jembatannya
Jalur pedestrian Haidian River dilihat dari Renmin Bridge Haikou

Karena sudah cukup menikmati suasana, gue berjalan kembali ke hostel. Setelah melalui Renmin Bridge, ada sekelompok kecil lansia dan ibu-ibu yang melakukan senam kebugaran jasmani (SKJ). Gue naik ke atas jembatan penyeberangan untuk menyeberang jalan sekaligus mengabadikan suasana Haikou dari level 2. Meski agak tua, namun jembatannya nyaman, menghubungkan semua sisi jalan di tengah sebuah persimpangan. Nggak ada eskalator, namun ada bagian yang rata tanpa undakan di bagian ujung.

Dibandingkan ibukota-ibukota provinsi lainnya, Haikou adalah sebuah kota Tiongkok yang sederhana. Saat malam hari, jalan-jalan besarnya tak terlalu gemerlap dan terang benderang. Gedung-gedung bertingkat yang tak terlalu tinggi dan sudah lusuh termakan usia berdiri di sudut-sudut persimpangan.

Yang menyenangkan, trotoarnya lebar-lebar dan nyaman, meski harus berbagi dengan sepeda motor. Pohon-pohon palem tetap mengisi di berbagai sisi. Nggak heran bila Haikou lalu dijuluki The Capital of Palms. Nggak ada jaringan convenience store ternama seperti 7-Eleven atau Manning, tapi banyak pedagang di trotoar. Gue membeli air mineral 600 ml dari salah satu pedagang yang gue lalui ke arah hostel, harganya CNY 3 atau sekitar Rp6.000.

Haikou, Hainan, dengan gedung-gedung tuanya
Haikou di Hainan adalah kota yang bersahaja

Tiba kembali di Banana Hostel, gue beristirahat sebentar di ruang bersama sekalian mendinginkan badan yang agak panas karena berjalan kaki. Nggak berapa lama kemudian, gue naik ke lantai 3 untuk masuk ke kamar. Setelah mandi dan sedikit ngobrol dengan salah satu rekan sekamar (pemuda dari ibukota yang lalu menyerah karena keterbatasan bahasa), gue pun mengakhiri hari pertama di Haikou.

Kalo kamu suka foto-foto di atas, mungkin kamu juga akan suka membaca: Larut Malam Menyusuri Gang-Gang Macau


Spot 3: Century Bridge Haikou

Sebetulnya, niat awal gue pagi itu hanya sedikit berjalan kaki kembali menyusuri Haidian River supaya tau gimana suasananya saat hari terang. Lalu setelah sarapan dengan menu sedapetnya di kawasan sekitar, langsung balik lagi ke hostel dan mandi.

Renmin Avenue yang sedang lengang di Haikou, Hainan
Haikou, Hainan, di hari Minggu pagi
Haikou in Hainan is dubbed as Capital of Palms
Renmin Bridge Haikou ke arah Banana Hostel

Maka pagi itu setelah selesai mengumpulkan segenap kesadaran, gue keluar dari Haikou Banana International Youth Hostel. Gue lalui kembali jalanan yang kemarin gue lalui bersama Young. Gue naik ke atas jembatan penyeberangan dan mengabadikan panorama kota dari berbagai penjuru.

Di bawah langit yang cukup cerah, Haikou di Minggu pagi ternyata tak terlalu ramai. Malah ada momen di mana jalanan lengang, kosong, layaknya car (and people) free day. Menyusuri jalanan Haikou di pagi hari ternyata menyenangkan. Daun-daun pohon palem bergoyang lembut dibelai angin sejuk. Trotoar juga nggak terlalu menyeramkan, nggak banyak sepeda motor yang hilir mudik.

Di sudut ini, kota Haikou di Hainan tampak begitu indah
Sungai Haidian di Haikou saat hari terang

Saat menuruni undakan jembatan, gue berhasil mengabadikan salah satu momen kesukaan gue di Hainan. Trotoar yang lebar, bersih, dan rapi, terlindung oleh pohon-pohon rindang di kanan kirinya. Sepeda-sepeda berjajar rapi, dan warga santai berjalan kaki menikmati pagi.

Dari Renmin Bridge, gue melemparkan pandangan ke arah barat (pemandangan arah timur kurang menarik). Clock Tower dan Aili Sea View Hotel menjadi dua struktur yang paling menarik mata berkat guyuran warna merah terakota. Hanya satu sisi Haidian River yang ditata dengan pedestrian lane, sisi lainnya dibiarkan sesak oleh pepohonan dan bangunan. Di sudut taman, ada sekelompok ibu-ibu dan pria paruh baya yang berlatih tai chi. Ada beberapa seating area dalam wujud bangku kayu melengkung yang menjadi satu dengan struktur taman.

Berjalan menyusuri Haidian River di Haikou, Hainan

Gue terus berjalan menyusuri tepian Sungai Haidian sampai desain jalannya berubah, hingga tiba di titik di mana kapal-kapal dan dermaga berlabuh. Gedung-gedung tinggi berdiri di sisi kiri, kemungkinan difungsikan untuk apartemen dan hotel. Dari kejauhan, Century Bridge sudah tampak di pandangan.

Century Bridge (海口世纪大桥, Haikou Shiji Daqiao) adalah jembatan terbesar dan terpanjang di Hainan, Republik Rakyat Cina, dengan panjang 2.683 meter dan lebar 29,8 meter. Jembatan yang mulai dibangun pada 1998 dan beroperasi tahun 2003 ini menghubungkan Haidian Island dan wilayah kota Haikou lainnya yang dipisahkan oleh Haidian River. Lokasinya berada dekat pertemuan Haidian River dan Nandu River. Konon, data untuk pembangunannya mencapai CNY 660 juta!

Century Bridge of Haikou, Hainan

Karena sudah mentok, maka jalur pedestrian itu juga terputus dan gue harus berbelok ke kiri. Setelah belok kiri, gue berakhir di sebuah persimpangan lengang di mana salah satu sudutnya diisi dengan taman. Nah kan, yang tadinya cuma mau jalan kaki dikit malah jadi ngos-ngosan sampe Century Bridge. Yang di itinerari mau ke Evergreen Park malah berujung di tanah berantah.

Dalam perjalanan gue mencari Changti Road untuk kembali ke hostel, gue hilang arah hahaha. Udah buka Google Maps juga masih bingung. Kaki gue pegel sendiri karena bolak-balik mencari arah yang ternyata salah. Sementara itu, gue juga nggak menemukan ada restoran atau café yang bisa menjadi tempat sarapan atau sekadar bersantai. Ada sih, tapi restoran lokal dan gue khawatir nggak ada petugas berbahasa Inggris atau informasi berhuruf latin yang bisa kutemukan.

Akhirnya gue beli roti dari sebuah toko lokal. Di Haikou ada banyak bakery and pastry shop. Pilihan mudah dan cepat untuk makan karena kita tinggal main tunjuk etalase. Total harganya hanya CNY 9. Oh, apakah penjualnya berbicara bahasa Inggris? Tentu tidak, namun kami saling memahami dengan bahasa kami masing-masing. Saat masih mengantre dan si bapak mau melayani gue, dia memanggil gue dengan bahasa Cina. Baru di panggilan kedua gue menyadari panggilannya karena menangkap kata “koh”.

Gue lalu berjalan lagi, dan menemukan sebuah jembatan penyeberangan seperti yang ada di dekat hostel. Gue naik ke atas, dan mengambil foto dari berbagai sudut.

Gedung-gedung di sekitar titik itu pun masih sama membosankannya dengan skema warna monokromatik, desain arsitekturnya juga nggak ada yang istimewa. Namun di sepanjang pagar jembatan, ada bunga-bungaan yang ditanam dan memberi percikan warna untuk mata.

Panorama Haikou, ibukota Hainan di China

Nah, gue sudah berada di jalan yang benar, karena Aili Sea View Hotel sudah nampak dari kejauhan. Dengan memaksakan kaki yang telah letih ini untuk terus melangkah, gue lanjutkan berjalan kembali ke hostel. Tiba di hostel, gue sarapan, mandi, dan terus istirahat sampai malam menjelang.


Spot 4: West Lake & People’s Park Haikou

Malam harinya, gue meet-up sama Shan Shan, another Couchsurfing host in Haikou, tapi kali ini dia cewek. Sebelum tiba di Haikou, gue lebih intens komunikasi sama Shan di Wechat daripada dengan Young. Shan ini mau tahu gimana itinerari gue di Haikou dan dia lalu memberi feedback berupa kritik dan masukan. Sebetulnya gue kesel sama Shan, kami beberapa kali konflik di Wechat. Gue pun udah hampir nyaris membatalkan rencana mau ketemu dia. Gue udah bodo amat.

Haikou People’s Park, Hainan

Malam itu, gue pengen makan Nasi Hainan alias Wenchang Ji (文昌鸡) dalam bahasa lokal. Gue tetep gigih meski Shan bilang Nasi Hainan di sini sama aja dengan di Singapura atau Malaysia. Saking pengennya makan Nasi Hainan dengan atau tanpa Shan, gue bela-belain nanya restoran Nasi Hainan ke orang hostel dan memintanya menuliskan kalimat dalam aksara kanji di secarik kertas kecil yang isinya menjelaskan ke petugas restoran kalo gue mau makan Ayam Wenchang. Tapi akhirnya gue makan Nasi Hainan sama Shan.

Nggak kayak Young yang dengan sukarela menghampiri gue, Shan minta gue buat langsung ke lokasi pertemuan. Ya udah, gue minta dia memberikan info jalur bus. Dia minta gue naik bus jalur 18. Naiknya dari halte mana? I had no idea. Shan cuma bilang, “Near u has.” You know what? Gue harus jalan kaki wara-wiri buat cek halte-halte terdekat di sekitar hostel. Gue cek di 4 ruas jalan, nyeberang sana nyeberang sini, halte-halte yang gue samperin pun pas pada nggak ada orang! Akhirnya, halte yang dicari gue temukan di Haidian 2nd E Road.

Jalan raya dekat Haikou People’s Park

Busnya datang agak lama. Saat sudah di dalam, gue terus menerus memperhatikan passenger announcement dan nama halte tujuan yang dibagikan Shan di WeChat. Tapi ada yang aneh. Shan merekomendasikan kami makan di sebuah restoran Nasi Hainan di kawasan Qilou Old Street yang dekat dengan hostel. Bus justru melaju ke arah barat, meninggalkan kawasan kota lama, melalui jalan protokol yang lebar dengan gedung-gedung bertingkat. Gue berhasil turun di halte yang diarahkan Shan, jadi gue segera memberinya kabar.

Saat itu, gue sedang berada di sebuah transit hub, halte-halte berjajar untuk nomor-nomor bus yang berbeda-beda. Di sekeliling gue, ada gedung-gedung bertingkat yang memancarkan sinar dalam berbagai warna yang mengingatkan gue dengan kasino-kasino Macao. Gue udah takut kalo gue salah halte, namun Shan meminta gue untuk menyeberang jalan melalui jembatan di dekat halte.

Gara-gara naik ke jembatan, gue jadi sedikit teralihkan oleh pesona gedung-gedung itu dan mengambil waktu beberapa menit untuk mengambil foto.

Golden Sea View Hotel, Haikou, Hainan
Halte di Haikou, tempat aku turun bus malam itu

Setelah tiba di seberang jalan, gue melihat Shan melambaikan tangannya. Ya elah, gue kira langsung ketemu di restoran, ternyata Shan minta gue nyamperin dia dulu di lokasinya saat itu. Dia sedang bersama teman-temannya, baru menyelesaikan kegiatan handcrafting. Tadinya gue ngedumel, karena gue jadi buang-buang waktu, tapi lalu gue inget kalo gara-gara ini gue jadi bisa bertemu gedung-gedung indah itu. Setelah berkenalan dan sedikit berbasa-basi, barulah kami naik bus ke Qilou Old Street.

Setelah gue pelajari, saat itu kami sedang berada di Binhai Avenue, dan halte tempat gue berhenti tadi adalah Evergreen Park. Dua gedung hotel ternama yang gue lihat itu adalah Golden Sea View Hotel dan Baohua Harbour View Hotel. Lucu ya, gimana akhirnya Tuhan menyampaikan gue di tempat yang gue inginkan dengan cara tak terduga. Binhai Avenue dan Evergreen Park ini memang tersemat di itinerari Haikou gue.

Panorama Binhai Avenue Haikou dari jembatan
Binhai Avenue di Haikou, Hainan

Gue dan Shan makan Nasi Hainan di sebuah restoran di area Qilou Old Street yang udah deket sama People’s Park. Di tempat itu, porsi terkecil adalah setengah ekor. Selain ayam, Shan juga memesankan kami Cah Kangkung yang porsinya banyak bangeeettt! Ayamnya enak, sayangnya ada beberapa bagian yang masih berdarah dan gue jijik dengan itu. Apa yang kami berdua makan itu seharusnya dimakan untuk 4 orang, karena gue kenyang banget! Kangkungnya pun nggak sanggup gue habisin. Total harga yang harus kami bayar adalah hampir CNY 100, dua kali lipat dari harga makanan yang gue dan Young nikmati kemarin siang.

Selesai makan, Shan mengajak gue ke People’s Park karena udah deket. People’s Park (人民公园, Renmin Gongyuan) dan West Lake di dalamnya ini memang ada di itinerari gue dan harusnya dikunjungi tadi siang atau kemarin siang. Rasanya People’s Park ini ada di setiap kota besar Cina, mungkin fungsinya semacam alun-alun.

Kangkungnya banyak bangeeettt
Haikou People’s Park ke arah dalam
Haikou People’s Park ke arah Qilou Old Street

Gue kira bakal gelap dan sepi, tapi ternyata tetep ramai orang dan tetap indah berkat lampu-lampunya. Ada banyak bangeeettt warga yang latihan tai chi, dance, SKJ, dan kegiatan fisik lainnya, terbagi-bagi dalam beberapa kelompok menempati spotnya masing-masing. Ah, ini dia alasan gue suka berkunjung ke taman. Selain sejuk dan rindang, taman adalah tempat kita bisa melihat aktivitas warga lokal dan bahkan membaur dengan mereka. Kalo mau lihat videonya, ada di highlight stories akun Instagram gue @nugisuke.

Selain tentunya banyak pohon, di People’s Park ini juga ada danau bernama West Lake, jembatan-jembatan lengkung yang cantik, jalur kayu di tepian danau, dan bahkan di sudut taman ada area bermain kecil yang seperti pasar malam dadakan.

Jalur pedestrian kayu Haikou People’s Park di tepi danau
Area bermain di sudut Haikou People’s Park

Karena udah cukup jalan-jalan dan udah malem, gue dan Shan pun berpisah. Ternyata, Shan lebih menyenangkan saat bertemu langsung. Pembawaannya ceria, dengan intonasi suara melengking khas cewek-cewek Tiongkok. Bahasa Inggrisnya juga lebih baik daripada saat chatting. Padahal di teks, Shan seringkali terkesan nyolot, nyinyir, dan ngambekan.

Konflik pertama kami adalah saat dia terkesan ngambek karena gue dinilai nggak percaya sama masukannya sebagai warga lokal. Padahal, sebagai seorang traveler dengan interest-nya sendiri, gue tentu berhak memilah masukan mana yang mau gue ambil dan mana yang mau gue buktikan dengan mengalami sendiri. Dia nggak bisa maksa gue harus serta merta patuh dengan masukannya. Kedua, saat gue di bus bandara, dia tanya gue naik bus apa. Setelah gue jawab bahwa gue naik bus K4, dia bilang, “So slow.” Lalu gue tanya, “Jadi gue harusnya naik bus apa?” dan dia menjawab, “Mana kutau, aku nggak tau kamu di mana.” NGANA KAN TAU GUE DARI BANDARA, ONEEENGGG. TERUS KALO NGANA GAK TAU GUE DARI MANA MAU KE MANA, GIMANA CERITANYA NGANA BISA BILANG BUS GUE SALAH?

Orang info jalur busnya juga gue peroleh dari orang hostel kok.

Meski gelap-gelapan, tetap semangat latihan!
Warga Haikou, Hainan, menggunakan trotoar untuk senam

Ketiga, kami ribut lagi sebelum bertemu. Gue lupa apa masalahnya, kemungkinan soal dia mengkritik acara jalan-jalan gue. Saat itu gue udah hilang kesabaran dan udah bodo amat kalo dia jadi benci atau nggak jadi ketemu. Dia sampe bilang, “Kamu kasar,” yang lalu gue bales, “Kamu yang kasar. Baca aja chat-chat di atas.” Setelah ketemu, dia baik-baik aja, nggak marah atau bahas chat kami. Jadi mungkin dia udah biasa berantem sama temen-temennya juga tapi nggak diambil hati.


Shan nggak mengantarkan gue pulang atau minimal sampe halte. Dia hanya menunjukkan di mana haltenya berada lalu gue berjalan sendiri ke sana. Saat di halte, gue sempet ditegur oleh bapak-bapak dengan bahasa Cina dan nada tinggi. Setelah gue jawab dengan bahasa Inggris, dia menunjukkan handphone-nya yang menampilkan fitur penerjemah berbunyi, “University Town.” Gue nggak paham apa maksudnya, lalu gue akhirnya nangkep bahwa dia mau nanya, “Apakah gue mau ke University Town?” Mungkin karena dia melihat gue sebagai anak muda asing yang biasanya adalah mahasiswa.

Gue mau konfirmasi info jalur bus dari Shan ke bapak itu, tapi jawabannya nggak jelas. Jadi gue bertanya ke seorang pemuda yang lagi sama-sama di halte. Setelah browsing info rute bus Haikou di aplikasinya, dia menjawab dengan suara mantap, “Yes. Yes.”

Bersama Li ShanShan di Haikou People’s Park

Singkat cerita, gue berhasil tiba di sebuah halte di Haidian 3rd E Road lalu sedikit berjalan kaki ke hostel. Di tengah jalan, gue menyempatkan diri membeli air mineral di salah satu kedai pinggir jalan. Besok siang gue mau naik kereta cepat ke Sanya, jadi gue pikir gue nggak akan ke mana-mana lagi besok. Bangun agak siang, mandi, sarapan, lalu segera bergerak ke Haikou East Railway Station. Tunggu cerita selanjutnya, ya. Maaf kalo bagian ini panjang banget, tapi ada banyak foto yang mau gue tampilkan dan gue mau menghabiskan seluruh kisah perjalanan di Haikou dalam satu tulisan. Okay, keep learning by traveling.

53 komentar

  1. Lengkap banget Nug. Suka liat kota dengan jalanan lebar kayak gini. Kesannya lega-an gitu gak macet. Foto malamnya juga kece. Suka!

    1. Terima kasih, mas. Semoga gak bosen ya bacanya.

  2. Sunset di Hainan menggoda hahahahhah.
    Kalau di tempat seperti ini, aku bakal betah motret sambil menyusuri sudut kota serta menjajal transportasinya. Menyenangkan.

    1. Iya, mas. Sayang aku gak ke People’s Park pas pagi atau sore.

  3. kirain mata ku yang burem liat foto2nya. emang pada dasarnya gedung2nya yg monokrom ya wwkwk

    btw banyak banget ya jembatan penyebrangan di haikou ini. liat foto dan tiap spot yg di kunjungin ada aja jembatannya

    1. Iya kotanya monokrom wkwk. Karena menyeberang di Haikou adalah sebuah tantangan 😀

  4. Fotonya bagus-bagus banget Kak. Keliatan rapi dan bersih banget ya kotanya.
    Abis baca blog ini aku langsung cari di google map donk letaknya dimana. Ndeso banget aku. Hehe
    Kemaren banyak promo airlines ke Hainan tapi aku cuek aja, eh sekarang kok jadi penasaran.

    1. Terima kasiiihhh.

      Hainan adalah provinsi paling selatan Cina, lokasinya ada di samping Vietnam bagian utara. Semoga terwujud ya ke Hainan.

  5. Saya kok nggak pernah terpikirkan untuk gunain couchsurfing buat cari teman keliling kota ya? Taunya cuma numpang nginep aja. Kamu kenapa nggak nginep dengan apps couchsurfing dan memilih menginap di hostel yang namanya lucu itu? Ahahahah.

    Kotanya ini rapi banget ya. maksudku dari tata kotanya. Jalanannya lebar, trotoarnya juga dan yang penting itu banyak tamannya. Agak lucu sih pas tahu kalau haris berbagi trotoar dengan pengguna kendaraan bermotor.

    Lalu kalau diliat-liat, Shan ini matanya agak lebar ya. Jadi tidak seperti orang China kebanyakan. Wanita itu memang maunya dimengerti tapi kenyataannya sulit dimengerti.

    Thanks untuk ceritanya yang seru di Hainan 🙂

    1. Aku udah 3 kali melakukan ini, bang. Ngajak ketemuan anak CS buat diajak main. Kulakukan di Palembang, Pontianak, dan Hainan ini.

      Karena aku mau kasih referensi hostel buat pembaca, jadi mau stay di penginapan aja 😀

  6. Asik perjalanannya yah,ada banyak wisata menyenangkan baik dari segi sejarah dan kulinernya. Melihat foto-fotonya seperti ke jaman old dan rasanya kok pengen segera main kesana juga. Btw, aku pun pengguna aktif couchsurfing kalo lagi liburan ke luar negeri. Boleh coba juga suatu saat nanti hubungi Young kalo main ke Haikou karena kalo ketemu yang bisa bahasa Inggris memudahkan komunikasi ye kan. Kelihatan banget kalian kayak uda kompakan yah,bang.

    1. Kabari aja kalo mau ke sana ya

  7. Nurul Sufitri · · Balas

    Oh ternyata jauh2 pun ketemu menu ceker ayam yak hihihih… Btw begitu toh teh Cina kuning jernih ya wananya…coba difoto ya. Mas Nugi jln2 begini ga kelihatan kl lagi kurang fit. Karena happy jadi traveling ke mana aja n lg ngapain aja seru terus. Pemandangan di People’s Park malam2 indah juga ya. Kalau siang kayaknya rame anak2 dan keluarga ya mas?

    1. Hehe iya mungkin, karena seneng jadi nggak kaliatan sakit. Kalo siang ramai lansia latihan taichi 😀

  8. Fanny Fristhika Nila · · Balas

    Beberapa bagian kotanya aku sukaaa. Krn terlihat sepi. Bagus juga ternyata yaaa kota ini. Setidaknya bisa LBH relaks drpd ke kira2 di China yg LBH padat dan polusi

    Duuuh aku aja yg cewe rada sebel pasti kalo dpt host begitu hahahaha… Dan mungkin bakal aku tinggalin :p. Tapi syukurlah kalo pas ketemuan ternyata si Shan baik yaa :D.

    Btw, baca bagian ayamnya msh berdarah, hueekkk, aku juga jijiik mas. Ayam kan ga boleh ada yg mentah :(. Kalo baru liat di awal, aku ga bakal mau makan ato minta ganti sih :p

  9. Fanny Fristhika Nila · · Balas

    Beberapa bagian kotanya aku suka nih, Krn terlihat sepi. Jd mungkin bisa lebih rileks drpd ke Beijing ato kota besarlain di China.

    Duuuh itu kalo dapat host model sok ngebossy akupun bakal ga peduli LG. Mending kutinggalin sekalian hahahah. tapi syukurlah kalo ternyata pas ketemuan baik si Shan.

    Mas, ayam yg berdarah , bacanya mual :(. Ihhh akupun ga bakal mau lanjutin makan kalo liat msh ada darahnya. Ayamkan ga boleh ada yg mentah 😦

    1. Yes, mbak. Haikou ini kotanya tenang, more relaxed daripada ibukota-ibukota provinsi lainnya di Cina.

      Haha, aku masih coba kumakan meski kupilih-pilih banget.

  10. Mas Nugieee holaaa 😀

    Suka banget baca cerita ini dan jadi ingin pergi ke Haihou Hainan demi lihat Qilou Old Street karena saya pecinta old street dengan bangunan-bangunan tua seperti di foto-foto mas ini~ hehe. By the way, meski kemarin sempat baca cerita soal bandaranya yang super minimalis, tapi takjub juga karena area kotanya ternyata besar dan rapi 😛

    Ohya, saya jadi ngikik juga baca cerita mas yang berantem sama Shan, kok bayangan saya kayak berantem sama pasangan yaaaa. Hahaha. Mana Shan-nya pakai acara ‘ngambek’ segala. Untung pas ketemu aslinya baik dan asyik 😀

    Ditunggu cerita lanjutannya, mas.

    1. Anyeooonggg!

      Yes, Haikou adalah kota yang rapi dan bersih, tapi bukan rapi yang banget kayak SG. Wkwkwk, drama sama Shan itu memang kocak. Makasih ya udah setia mampir 😀

  11. dianisekaring · · Balas

    Surprisingly kotanya bersih dan rapi ya? Di bayanganku Cina daratan itu kotor, jorok, dan banyak anak-anak bercelana bolong poop (sorry). Tapi ternyata Haikou ini cakep juga. Kok bisa kepikiran untuk traveling ke sini mas? Salut deh.

    1. Gak semua Mainland China itu jorok, mbak. Kota-kota selatan seperti Shanghai, Guangzhou, dan Haikou ini biasanya bersih dan beradab.

      Tahun lalu, promosi wisata Hainan lagi gencar-gencarnya sampe ada operator tur yang bikin lomba blog. Lalu aku udah kadung penasaran dan pengen. Jadilah ke sini sendiri meski nggak menang lomba.

  12. Super lengkap info destinasinya, membantu nih buat holiday tahun ini..

  13. Baca ini mataku benar-benar dimanjakan dengan foto-foto bagus. Markotop jepretannya. Jiwa melancong ku berteriak pengen jalan kesini jadinya.

    1. Terima kasih apresiasinya, Oka

  14. Baca ini mataku dimanjakan dengan foto-foto bagus. Markotop jepretannya. jiwa melancongku menjerit pengen kesini juga, hehe.

  15. Aku tuh ya setiap ke sini pasti bakalan takjub sama foto-fotomu yang selalu kece maksimal deh
    Ini kotanya asyik banget ya, jalanan lebar dan lega. Tata kotanya bagus banget
    Aku gak nyangka lho cakep gini, bayanganku Cina itu jorok hahaha
    Btw drama berantem itu kocaaaak. Udah kayak orang pacaran deh
    Apa jadiin aja sekalian #eeehhh hahahaha

    1. Waaa trimakasih apresiasinya, kak Putu. Hehe, jangan dijadiin dong, kan aku udah ada yang punya #eh

  16. seru ya kalau dapet temen / host yang baik & helpful gitu, apalagi kalo yang suka ngobrol pasti bakal banyak banget hal yg bisa jadi bahan sharing. btw old city Hainan bagus ih, jadi pengen ke sana.

    1. Bener bro, jadi dapet banyak insight

  17. seru ya kalau dapet temen / host yang asyik & helpful gitu. apalagi kalo yang suka ngobrol pasti bakal banyak banget hal yang bisa dibagikan.

  18. Iya, aku serasa udah keliling kota Haikou nih baca artikel ini. Aku suka jalan-jalan walking tour gini, banyak yang dilihat. Di Bandung sih engga enakuen walaupun trotoar udah direnov. Udah ancur pula sekarang. Huf…
    Kayaknya jalan malam hari enak juga tuh. Engga ada Street Market kah malam-malam? Luas kotanya berapa kali kota Bandung sih? Kayak luas banget…

    1. Ada sih night market, tapi nggak seheboh yang di Beijing atau Shanghai. Kalo luas kotanya aku juga kurang tau, mbak.

  19. Sampai sekarang aku belum pernah nginep dengan pakai couchsurfing. Padahal aku ikut komunitas ini. Hehehe. Ya mungkin karena belum bisa membuka pintu yang lebih lebar kepada orang yang sama sekali belum kenal sebelumnya. Lebih suka nginap di hotel. Pernah nginap di hostel tapi milih kamarnya pun yang privat. 😛

    Nah, di mana-mana kota tua yang udah aku datangi emang bagus dan bersih. Tapi enggak tau ya, kota tua Jakarta kok ya ampun gitu. Padahal, kalau diurus dengan bener, sekilas mirip banget lho sama kota tua Hainan ini. Hanoi juga mirip-mirip sih. Lalu lintasnya yang acak kadut itu hehehe. Aku pernah kesulitan mau nyeberang jalan.

    Btw, gw setuju. Postingan ini terlalu panjang. Kisahnya bisa jadi beberapa postingan terpisah. Aku aja bacanya dua hari saking panjangnya. Kemarin malem pas mau tidur, sama siang ini pas habis makan siang hahaha 🙂

    1. Kalo belum siap nginep bareng, coba meet-up dulu aja mas.
      Kota Tua Jakarta sekarang udah better, meski yeah.. tetep kalah sama kota-kota tua negara tetangga. Butuh kerjasama warga dan wisatawan lainnya.

      Iya memang panjang hahaha, tapi aku gregetaaannn 😀

  20. Asik lah kalau ada temen host di sebuah tempat baru gitu, itung-itung jadi guide. Hahaha tapi kalau Hainan itu juga harus pake VPN gak sih mas?

    1. Gak pake VPN gapapa, tapi memang jadi ada beberapa produk Google yang terganggu.

  21. Iya, sih. Kalau lihat foto-fotonya, penampakan gedungnya kayak biasa aja. Malah kayaknya masih bagusan gedung-gedung di jalan protokol Jakarta. Tetapi, saya suka deh lihat jalur pedestriannya. Lebar-lebar begitu bisa bikin saya betah jalan kaki berlama-lama

    1. Iya, jalur pedestrian-nya itu yang bikin betah eksplor 😀

  22. rahma ahmad · · Balas

    Liat fotonya jadi penasaran soal Qilou Old Street ini, karena jarang banget wilayah di China yang arsitekturnya kayak gini. Lalu aku gugling, ternyata memang Hainan ini dulu pelabuhan yang sering disinggahi bangsa Eropa ya sehingga pengaruh Eropanya kuat di sini. Cakep…

    1. Betul, Hainan ini satu dari segelintir wilayah Cina yang didatangi penjajah Eropa. Rata-rata di Cina bagian selatan.

    2. Suka banget lihat warna senjanya. Bikin adem, tenang dan nyaman. Masih penasaran gimana kehidupan mereka para penduduk kota ini semasa Inggris masuk ke China.

  23. Aaah…puaas banget lihat foto2 indahnya dan juga ceritanya yg mengalir lancar.. TFS ya..serasa ku jalan2 sendiri di sana ☺️

  24. Wahh Hainan, salah satu tempat yang bisa dikatakan sebagai wisata low budget bagi kami traveller bersaku tipis. hihihi
    Pas banget jadi referensi nih mas. Ulasannya semua detail. Ahaha

  25. Beruntung sekali ya Nug bertemu orang sebaik Young, ramah banget..jalan-jalan jadi makin seru..sungainya dan kotanya bwrsih banget, takjub deh aku…

    1. Iya mbak, baik banget si Young ini. Pengen dia ke Jakarta biar bisa kubales 😀

  26. melihat foto-foto nya jadi pengen ke sana juga. tapi kayak nya jangan delam waktu dekat ini ya karna lagi ada wabah virus di China.

    pemandangan menjelang malam hari di Haidian River cantik betuuulll…

    1. Iyes cantiiikkk kusuka juga

  27. […] Baca cerita sebelumnya: Jelajah Tempat Wisata di Haikou, Hainan […]

  28. […] Cerita perjalanannya bisa dibaca di: Jelajah Tempat Wisata di Haikou […]

  29. […] bangun kesiangan hari itu, Selasa 5 November 2019, akibat kelelahan malam sebelumnya (klik di sini untuk baca ceritanya). Dari hostel gue di BlueSky International Youth Hostel, gue jalan kaki ke […]

  30. […] Baca cerita perjalanannya di: Menjelajah Haidian River dan Qilou Old Street di Haikou, Hainan […]

  31. ainunisnaeni · · Balas

    kalo aku dapet host sebaik young juga ga nolak, seneng kalo ada host yang baik baik dan ngebantu kayak gini, jadi ga rela ninggalin kotanya, 😀
    suka sama suasana kota yang klasik beginian, waktu kayak berjalan lambat aja macam di film film klasik hehehe

    1. Iyaaa duh kalo Young ke Jakarta pengen ganti ku-host

Like atau komentar dulu, kak. Baca tanpa komentar itu kayak ngasih harapan semu :D

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Lonely Traveler

Jalan-jalan, Makan dan Foto Sendirian

Guru Kelana

Perjalanan sang guru di berbagai belahan dunia

dyahpamelablog

Writing Traveling Addict

Daily Bible Devotion

Ps.Cahya adi Candra Blog

bardiq

Travel to see the world through my own eyes.

Mollyta Mochtar

Travel and Lifestyle Blogger Medan

Jalancerita

Tiap Perjalanan Punya Cerita

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

D Sukmana Adi

Ordinary people who want to share experiences

PAPANPELANGI.ID

Berjalan, Bercerita; semoga kita terbiasa belajar dari perjalanan

Guratan Kaki

Travel Blog

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

Efenerr

mari berjalan, kawan

BARTZAP.COM

Travel Journals and Soliloquies

Bukanrastaman

Not lost just undiscovered

Males Mandi

wherever you go, take a bath only when necessary

Eviindrawanto.Com

Cerita Perjalanan Wisata dan Budaya

Plus Ultra

Stories and photographs from places “further beyond”.

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

Musafir Kehidupan

Live in this world as a wayfarer

Cerita Riyanti

... semua kejadian itu bukanlah suatu kebetulan...

Ceritaeka

Travel Blogger Indonesia

What an Amazing World!

Seeing, feeling and exploring places and cultures of the world

Winny Marlina

Winny Marlina - Whatever you or dream can do, do it! lets travel

Olive's Journey

What I See, Eat, & Read

tindak tanduk arsitek

Indri Juwono's thinking words. Architecture is not just building, it's about rural, urban, and herself. Universe.

dananwahyu.com

Menyatukan Jarak dan Waktu

%d blogger menyukai ini: