Gue bangun kesiangan hari itu, Selasa 5 November 2019, akibat kelelahan malam sebelumnya (klik di sini untuk baca ceritanya). Dari hostel gue di BlueSky International Youth Hostel, gue jalan kaki ke jalan raya di Yuya Road untuk naik bus nomor 25 menuju Nanshan Cultural Tourism Zone. Jaraknya kurang lebih 48 km dan membutuhkan 1 jam perjalanan. Jauh banget memang, tapi Nanshan Cultural Tourism Zone adalah salah satu obyek wisata terbaik dan terfemes di Sanya, Hainan, yang sayang banget kalo dilewatkan.
Saat itu sudah jelang siang, matahari sudah bersinar terik di atas langit kota Sanya. Satu hal yang perlu disyukuri adalah bahwa cuaca cerah dan nggak hujan, sehingga rencana tetap berjalan seperti yang diharapkan. Saat menunggu di halte, gue sempat disapa seorang ibu warga lokal. Mungkin karena tau gue ini turis asing dan sendirian, jadi dia berniat membantu. Ibu itu menunjukkan rute bus yang harus gue ambil menuju Nanshan. Tapi ternyata justru di tengah obrolan singkat itu, gue malah melewatkan satu bus no. 25 yang melintas.
Ternyata, bus berikutnya datang cukup lama, pffft. Ibu itu merasa nggak enak, tapi gue tetap tersenyum dan menenangkannya. Oh iya, ibu itu ngomongnya pake bahasa Mandarin ya.
Bagian I
Perjalanan Dari Sanya Menuju Nanshan Cultural Tourism Zone
Ternyata lagi, busnya dalam kondisi penuuuhhh! Gue cuma bisa berdiri di samping mesin tap tiket / kotak uang, di ambang pintu, berdekatan dengan mbak-mbak awak bus yang berseragam dan memakai semacam selempang bagai peserta Miss China. Ongkosnya adalah CNY 10 atau sekitar Rp20.000,00.
Nah, mendekati tujuan akhir (Nanshan Cultural Tourist Zone), gue sempet salah turun gara-gara terlalu fokus sama salah satu penumpang, wkwkwk. Dia turun, gue juga ikut turun, dan beberapa penumpang lain memang turun juga. Tempat pemberhentiannya sendiri juga seperti di tengah lahan parkir yang luas bangeeettt. Ternyataaa itu bukan Nanshan Cultural Tourist Zone. Jadi dari situ gue harus naik bus lagi dan bayar CNY 4, itu pun waktu nunggunya juga lumayan.
Baca juga: Bebas Visa, Ini 7 Tempat Instagrammable di Hainan!
Mengagumi Patung Dewi Guan Yin Tertinggi di Dunia!
Dari tempat pemberhentian bus, gue masih harus jalan kaki lumayan jauuuhhh melalui jalan akses masuk dan lahan parkir. Nggak ada lorong peneduh atau pepohonan rindang gitu. Saran kalo kamu mau ke Nanshan Cultural Tourist Zone, jangan dateng siang-siang. Usahakan jam 7 atau 8 pagi kamu udah berangkat dari Sanya.


Tiket masuk Nanshan Cultural Tourist Zone adalah 129 CNY atau lebih dari Rp260.000,00. Iya, mahal, dan gue nyesel dateng kesiangan karena jadi nggak bisa eksplor seharian. Rasanya jadi makin nyesek keluarin uang segitu. Dari ticketing area, gue jalan kaki mengikuti kerumunan menuju landmark utama Nanshan Cultural Tourist Zone: Guan Yin of The South Sea.
Guan Yin of The South Sea adalah magnet utama pariwisata kota Sanya, bahkan untuk seantero provinsi Hainan, China. Patung Dewi Guan Yin (Kwan Im) setinggi 108 meter itu berdiri agung menghadap Laut China Selatan, menjadi patung Dewi Guan Yin tertinggi sedunia! Tingginya bahkan melebihi Patung Liberty di Amerika Serikat. Patung Dewi Guan Yin di Nanshan ini memiliki 3 wajah. Dua wajah menghadap laut, sementara satu wajahnya menghadap pulau. Ia menjadi simbol perlindungan dan berkat bagi Hainan dan seisi dunia.


Dibutuhkan waktu 6 tahun untuk membangunnya. Sang Dewi Cinta Kasih itu lalu diibadatkan pada 24 April 2005 diikuti 108 biksu dari Mainland China, Hong Kong, Macau, Taiwan, dan puluhan ribu umat. Tangan-tangan Guan Yin of Nanshan itu menimang sutra, membentuk gestur Vitraka Mudra, memegang untaian manik-manik doa, memegang teratai, sementara sepasang lainnya saling menggenggam. Katanya, kalo kamu naik pesawat menuju atau dari Sanya Phoenix International Airport, kamu akan disuguhi pemandangan patung ini sesaat sebelum mendarat atau setelah lepas landas.
Karena kepanasan jalan kaki dari ticketing area menghampiri sang dewi, gue bahkan nggak sanggup jalan kaki lagi menyeberangi jembatan untuk benar-benar sampai di titik patung berada. Gue hanya berdiri di salah satu titik viewing, lalu foto-foto di situ. Jadi maap ya cuma foto-foto aja di situ, nggak sempet eksplor ada apa aja di sekeliling dan di bawah Dewi Guan Yin.

Dewi Guan Yin juga dikenal sebagai Boddhisatva Avalokitesvara. Selain di Sanya ini, kuil-kuil megahnya juga pernah gue sambangi di Pagoda Avalokitesvara Watugong Semarang dan Kek Lok Si Temple Penang.
Naik Odong-Odong di Nanshan Cultural Tourism Zone
Karena Nanshan Cultural Tourist Zone ini luas banget, panas, dan gue nggak punya banyak waktu, jadi gue memutuskan buat naik odong-odong, semacam kereta-keretaan dari mobil gandeng terbuka. Ongkosnya lumayan, CNY 30 atau Rp60.000,00. Ternyata, ini juga nggak sesuai ekspektasi.
Pertama, nggak banyak pemberhentian. Gue berharap mobil akan banyak berhenti, lalu penumpang turun, ditungguin sampe naik lagi, baru mobil berangkat lagi. Cuma ternyata kalo kita turun, ya mobil nggak akan nungguin, kita harus nungguin mobil berikutnya lagi buat ke tujuan berikutnya atau kembali ke titik awal. Memang lebih nyaman dan menyenangkan, cuma menurut gue tetep butuh waktu seharian untuk menikmatinya.


Sebelum kembali ke pusat kota Sanya, gue sempatkan makan siang di salah satu kedai di foodcourt bagian depan. Gue beli bihun goreng seafood seharga CNY 30. Porsinya banyak banget sampe gue nggak sanggup habisin, tapi rasanya nggak karuan. Karena naik bus dari titik pertama, puji Tuhan pulangnya gue bisa duduk terus di dalam bus.
Bagian II
Menikmati Senja di Linchunling Forest Park, Sanya
Gue turun di Jiefang Street, jalan ramai wisatawan di jantung kota Sanya. Dari situ, gue jalan kaki menuju Linchunling Forest Park. Gak usah gue rinciin gimana jauhnya, kaki gue gempooorrr. Tapi mendekati tujuan, gue melalui Beauty Crown Complex atau Giant Tree Hotel yang menjadi lokasi penyelenggaraan Miss World 2018.

Linchunling Forest Park adalah sebuah hutan di tengah kota Sanya yang memiliki walking trail hingga ke puncak bukit. Nggak banyak informasi yang gue dapat di internet tentangnya (dan tentang sebagian besar obyek wisata Sanya lainnya), tapi nggak ada tiket masuk alias gratis.
Walaupun derajat kemiringannya kadang lumayan dan minim bonus, tapi jalur pendakian sudah dibangun aman dan nyaman untuk pengunjung. Beberapa kali gue berhenti di tengah jalan untuk beristirahat dan mengatur nafas. Begitu tiba di puncak, kita akan disambut oleh sebuah pagoda kecil terbuka setinggi 5 level. Tentu, gue naik ke atas pagoda meski nggak sampai level tertinggi, yang penting view-nya udah kelihatan.




Dari atas pagoda, gue menikmati panorama senja kota Sanya dengan gedung-gedung bertingkat seadanya. Kendaraan lalu-lalang melintasi Sanya River yang membelah kota. Dari atas, Sanya tampak cukup hijau dan menyenangkan untuk ditinggali. Lautan dan langit lembayung pun menjadi latar belakang panorama yang mempesona. Saat gelap dan lampu-lampu kota menemukan hidupnya, gedung-gedung ikonik Beauty Crown Complex dan Phoenix Island Resort memainkan tarian cahayanya dengan warna-warna yang berubah-ubah.
Karena berkeringat hebat, maka gue lepas baju dan bertelanjang dada di atas pagoda. Monmaap gak ada fotonya, nggak ada tripod dan nggak ada yang fotoin wkwk. Shirtlessness cukup jamak ditemukan di China. Cowok-cowok seringkali bertelanjang dada di tengah umum, dalam perjalanan ke atas pun ada beberapa pengunjung cowok yang buka baju. Kebetulan di lokasi gue saat itu juga nggak banyak orang. Gue duduk, berdiri, sesekali mengambil foto untuk menikmati suasana sambil merasakan semilir angin yang membelai tubuh.




Saat hari sudah gelap dan gue udah merasa cukup rehat, gue bergegas turun kembali. Di tengah perjalanan turun pun, panorama kota Sanya masih bisa dinikmati. Gue merasa kayak lagi ada di dalam film atau serial.
Tiba di pinggir jalan raya, untuk pertama kalinya gue mencoba peruntungan dengan ojek karena badan yang rasanya udah remuk. Beberapa menit kemudian, datang seorang bapak ojek yang sepakat mengantar gue ke Summer Mall (mall deket hostel) dengan harga CNY 20. Motor listriknya besar kayak N-max gitu. Ya ampun, ternyata murah dan enak banget perjalanannya. Bapaknya gesit, lalu lintas lancar, dan angin terasa sejuk banget.
Baca juga: Panduan Solo Traveling ke Hainan



Sebelum bener-bener kembali ke hostel, gue jalan kaki sedikit mencari minimarket untuk beli makan malam dan bekal sarapan besok pagi. Gue putuskan membeli roti, cup noodle besar, dan sebotol Nescafe dengan total harga CNY 18 tanpa struk. Maka dengan ini, berakhirlah cerita perjalanan gue di Hainan. Besok pagi-pagi gue udah harus bangun dan meninggalkan hostel dalam gelap untuk naik kereta kembali ke Haikou jam 7:25 pagi. Ceritanya bisa dibaca di: Panduan dan Cerita Perjalanan Naik Kereta Cepat di Hainan
KLIK DI SINI untuk membaca seluruh cerita perjalanan gue di Hainan
Ah, ternyata gue terlalu sebentar mengalokasikan waktu di Sanya. Gue hanya berhasil mengunjungi 2 obyek wisata, padahal ada banyak tempat menarik di kota ujung selatan Hainan itu. Waktu gue banyak terbuang untuk nyasar dan berjalan kaki, gue menyesal nggak dari awal memanfaatkan jasa ojek karena toh di akhir perjalanan uang saku gue masih sisa lebih dari CNY 200.


Nanti kalo bisa ke Hainan lagi, gue mau fokus sama Sanya. Jadi begitu mendarat di Haikou, langsung naik kereta cepat ke Sanya. Di Sanya, gue pengen menyusuri Jiefang Street, Sanya River dan taman-tamannya, berkunjung ke Luhuitou Forest Park, dan main pantai di Dadonghai Beach. Padahal Luhuitou dan Dadonghai itu sesungguhnya deket dari hostel tempat gue menginap.
Terus gue juga pengen lebih mengakrabkan diri sama cowok-cowok staf hostel yang ramah, rasanya seru bisa temenan sama warga lokal. Meski sama-sama beriklim tropis, tapi suasana di Sanya itu beda. Semoga juga saat itu Sanya Tram sudah beroperasi komersil, biar dari stasiun sampai Jiefang Street tinggal naik tram.

Jadi, siapa mau ikut gue ke Sanya lagi?
Ketimbang liat patung dewi yang gede banget, aku lebih tertarik ke Linchunling Forest Park karena bisa ngeliat view kota dari ketinggian itu sangat menyenangkan. Dan, apalagi kalau gratis! hahaha.
Nah, selain Linchunling ada beberapa spot lagi mas di Sanya! Kalo ke Sanya lagi, mau ke tempat-tempat itu aja 😀
Luar biasa, jadi kepingin liat patung dewi yang tinggi sekali itu.
Ayo ke Sanya hehe
Nansan Cultural Zone knp harganta mahal ya mas? Naik adong2 jg mesti bayar lg.. kalo uda all in sih lumayan
Areanya memang luas mas, dan patung dewinya gede banget
Foto-foto di Nashan Cultural itu perlu waktu brp jam ya? Utk dapetin angle gitu kan musti ke sana ke mari. Keren…Aku dah gempor kayaknya.
Pengen tahu euy itu hotel bentuk pohon. Cari ah infonya. Strukturnya unik…
Hm, katakanlah setengah jam kalo gerak cepet, satu jam kalo santai dan banyak pose 😀
Hotelnya cocok buat liburan mewah hehe
Wah, Kak, itu patung tinggi banget, ya? Inget Dewi Guan Yin, kuinget film Sun Go Kong. Hehe … Kebayang perjuangannya buat sampai ke Pagoda. Oh, iya, aku juga suka banget lihat city view apalagi saat malam. Berasa romantis gitu. Ntar datang sama pasangan aja, Kak. Hehe
Kak dateng ke sana bukan tahun ini, kan, ya? Soalnya isu Corona lagi jadi trending topic banget.
Iya, serial Sun Go Kong membuat kita akrab sama Dewi Guan Yin. Pengennya gitu sih, ke Sanya lagi sama Ara.
Aku ke sana awal November tahun lalu kok 😀
secara visual sekilas kukira pohon buatan itu semacam hiasan, ternyata bangunan dari hotel. Idenya bagus bgt..
ak tertarik sama forest parknya, view kota dari atas.
Iya mas, arsitektur hotelnya mengambil bentuk pohon. Unik ya 😀
Wuuuiiih…bikin patung Dewi Sinta Kasih ternyata lama juga ya sampai 6 tahun gitu ck..ck…ck 😂 Wah…ga ada tripod n ga ada sukarelawan cekrek2 …ga bisa liat Mas Nugi bertelanjang dada deh hahahaha…. Santai2 di tepi sungainya enak ya mana lembayung… pacarnya mana? Wkwkwkwk.
Waktu itu belum pacaran mbak, wkwkwk
Darn, tiketnya lumayan ya. Pantes nyesel datang kesiangan 😐 Aku juga sih bakal ngerasa gitu hahaha
Iya hahaha, kalo bisa eksplor seharian ya setara sama harganya
berarti lu bisa bahasa mandarin bro??
gue demen kalau di artikel ngasi tau biaya2 di negeri orang pake mata uangnya trs ditranslate ke rupiah, tingkatkan gi jangan setengah2 hahahaha..
dewi kwan im, salah satu tokoh favorit gue di film sun gokong.. kalau dewi udh dtg, tandanya sun go kong akan menghadapi kemudahan 😀 ..
kalau gue mah ngga pede shirtless skrg,, udah dad-bod soalnya wkwk..
-Traveler Paruh Waktu
Gak bisa. Gue ngomong sama warga lokal pake bahasa isyarat, wkwkwk. Makasih bro, rajin mampir ya 😀
Nah kan sesuai dengan prediksi, ternyata bener on the way ke Patung Dewi Guan Yinya dapat spot2 bagus yang memanjakan mata. Aslilah keren ini, ku suka cultural place semacam ini.
Melalui pantai juga mas, jalannya sejajar sama laut
Lumayan juga ya tiket masuk untuk lihat patung raksasa itu, aku suka banget pemandangan Linchunling Forest Park, indah banget lihat kotanya..iya habis waktu untuk jalan kaki ya Nugie, mending ngojek..
Iya lumayan mahal huhu
Mas, aslinya sekali pun nggak pernah terlintas traveling ke sini deh, tapi baca catatan perjalanan ini jadi pengin ke sana. Ajak-ajak atuh
Hayuk hayuk
Wah walau cuman 2 tempat saja tapi cukup menarik ceritanya. Semoga next time bisa ke Sanya lagi. Setelah wabah Corona mereda ya Gie
Amin amin, semoga Corona segera reda
Wah ini kalo nggak kesiangan pasti lebih banyak destinasi yang dikunjungi, dan makin seru deh cerita~
Eh tapi ini jugaa seru sih tempatnya, bagus-bagus buat foto hehe. Patung Dewi Kwan Im-nya tinggi banget yaah hehe.
Iyaaaa andai bangun lebih pagi dan dari awal naik ojek bakal lebih banyak tempat harusnya
Saya kalau berada di lokasi patung dewi-dewi begini ebrharap kalau langitnya biru gitu jadi objek foto bisa kontras, terang dan indah dipandang. Tapi kadang kenyataan nggak selalu sama dengan ekspektasi ya.
Ehehe iya mbak, traveling memang seringkali nggak terduga
Patung dewi itu dibangun juga di Macau yaaa?. Aku ngeliat patung yg mirip banget Ama patung ini, dan Deket pantai juga dibangunnya. Tp pas aku ksana, msh 80% jadi lah..
Jalan kaki sepanjang itu sbnrnya kalo Ama temen sih ga berasa kali yaaa. Ato mingkin Krn panas, jd LBH cepet capek ya mas. Aku prnh ngerasain jalan kaki 11 km one way pas di Jepang. 22 km total balik. Itu dari pagi sampe malam sih hahahahah. Cumaaa Krn winter, jd ga cepet capek. Dan ga keringet. Kebayang memang kalo summer akupun pasti drop :p. Udah dr awal naik ojek ajaaa hahahahah…
Kalo wabah Corona ini udh reda, aku pgn deh main ke Sanya 🙂
Wah, kurang tau deh sama yang di Macau mbak. Nanti aku googling deh.
11 km pas winter dan kondisinya ramah pejalan kaki, banyak yang dilihat, pasti gak kerasa ya. Hehe. Iyaaa aku juga mau ke sana lagi 😀
[…] Baca juga: Mengunjungi Nanshan Tourism Zone dan Linchunling Forest Park di Sanya […]
kereen banget kak..
[…] beberapa viewing point di sekeliling Sanya, yang pernah gue kunjungi adalah Linchunling Forest Park yang pintu masuknya nggak jauh dari Giant Tree Beauty Crown Complex, tempat perhelatan Miss World […]