
Tsim Sha Tsui neighborhood, Hong Kong
Dari awal, gue udah atur di itinerary yang gue bikin bahwa malam pertama di Hong Kong akan gue habiskan dengan menikmati Tsim Sha Tsui. Rencananya, gue akan ke sana naik MTR, lalu balik ke hostel dengan jalan kaki. Namun, rencana tinggallah rencana karena ujung-ujungnya, gue bolak balik Jordan – Tsim Sha Tsui naik MTR.
Baca cerita sebelumnya: Perjalanan Naik Kereta Airport Express dari Bandara Hong Kong ke Pusat Kota
Tsim Sha Tsui (dibaca: Chim Sha Chui) adalah sebuah area di bagian selatan Kowloon dengan waterfront atau promenade yang menghadap laut dan gedung-gedung pencakar langit Hong Kong Island. Gue selalu suka tempat-tempat kayak gini! Di mana jalur pejalan kaki yang nyaman, perairan yang bersih, dan gedung-gedung modern berada dalam satu kawasan. TST ini kayak Merlion Park-nya Singapura, Sisowath Quay-nya Phnom Penh, atau The Bund-nya Shanghai.
Makan Dulu di Four Seasons Clay Pot Rice
Tapi sebelum ke TST, gue cari makan dulu karena perut udah laper nggak ketulungan! Dari hasil blogging ke babang Mark Wiens Migrationology, ada satu tempat makan recommended bernama Four Seasons Clay Pot Rice di daerah Yau Ma Tei, nggak terlalu jauh dari Ladies Market. Kalo diterjemahin ke bahasa Indonesia, clay pot rice ini artinya: nasi masak kuali. Sounds tempting, right?
Dari hostel gue di Pandora After 80s Jordan, gue jalan kaki ke Four Seasons Clay Pot Rice. Dari sini, kebayang ‘kan betapa strategisnya lokasi hostel gue? Berada di antara Ladies Market sama Tsim Sha Tsui, Temple Street Night Market pun tinggal jalan kaki. Berkat tuntunan Google Maps, Four Seasons gue temukan dengan mudah. Ternyata suasananya rame banget, khas tempat-tempat makan femes. Gue nyaris berpindah hati ke tempat makan lain yang ada banyak di sekitar situ, udah kepoin daftar menu dan harganya yang dipajang di depan, tapi lalu gue balik lagi ke Four Seasons. Mosok udah jauh-jauh ke sini terus nggak jadi? Coba masuk dulu aja deh.

Claypot rice with pork chop, Four Seasons, Hong Kong

Four Seasons Claypot Rice Hong Kong
Oleh pelayan rumah makannya, gue diarahin buat duduk bareng 3 cewek Chinese, entah warga lokal atau turis. Gue udah tau kalo budaya makan warga Hong Kong itu kayak gini, so I’m prepared for this. Di beberapa café di Indonesia, konsep sharing table ini udah mulai diterapkan saat diperlukan. Ternyata harga makanan di Four Seasons ini lumayan, euy. Gue akhirnya pesen Clay Pot Rice with Pork Chop seharga 65 HKD.
Makanannya nggak sesuai ekspektasi. Potongan-potongan daging babinya kurang banyak dan kurang bervariasi, ada bagian tulangnya pun. Nasinya emang banyak, tapi menurut gue teksturnya kering. Daging babinya bisa gue habisin, tapi gue terpaksa menyisakan ¼ porsi nasinya. Ketiga cewek yang semeja sama gue cabut lebih dulu. Mereka malah lebih parah, nasinya sisa banyaaakkk, bahkan side dish yang mereka pesen (semacam gorengan, rasanya pengen gue comot) juga nggak abis. Dari rasa dan kekenyangan, Four Seasons nggak memuaskan. Gue lalu ngomong sama diri gue sendiri, “Oke, Gie. Bodo amat sama tempat makan femes. Lo makan aja di tempat mana pun yang sesuai budget, yang penting makanan lokal.”
Four Seasons Clay Pot Rice ternyata udah deket sama salah satu pintu masuk Stasiun MTR Yau Ma Tei.
Perjalanan Menuju Tsim Sha Tsui Promenade
Dari Yau Ma Tei ke Tsim Sha Tsui cuma 2 stasiun MTR, melewati Stasiun Jordan di mana hostel gue berada. Gue nggak cari tau dulu exit mana yang harus gue ambil. Jadi sesampainya di Stasiun MTR Tsim Sha Tsui, gue take some minutes buat mempelajari tiap exit dan mengira-ngira exit mana yang pas buat gue. Gue memilih Exit E karena ada keterangan Clock Tower dan Star Ferry Pier.
Ulasan tentang MTR Hong Kong dapat dibaca di: Memahami Transportasi Umum di Hong Kong
Perjalanan gue dari Jordan ke Tsim Sha Tsui (versi besok paginya) bisa disimak di video berikut ini.

Pintu keluar Stasiun MTR Tsim Sha Tsui

Kok nyebrangnya sendirian aja, bang?
Begitu keluar dari stasiun bawah tanah, gue dibuat amazed dengan suasana di depan mata. Rame bangeeeeeettt! Chungking Mansions yang tersohor di kalangan backpacker itu berdiri di depan mata. Sebuah zebra cross besar menjadi area penyeberangan puluhan orang dari kedua sisi Nathan Road yang lebar itu. Di waktu bersamaan, rambu untuk menyeberang di Peking Road (sebuah jalan kecil di sisi Nathan Road) juga menyala. Beberapa orang menyeberang dari Nathan Road ke Peking Road dan sebaliknya. Kebayang betapa ramenya nggak? Coba tonton video ini biar lebih kebayang.
Gue mengabadikan momen langka itu sesaat. Gue kerahkan smartphone dan kamera DLSR, dalam bentuk foto juga video. Meeennn, Tsim Sha Tsui aja udah kayak gini, apa kabar Shibuya Crossing di Tokyo?

Hong Kongers ready to cross the street

Hong Kong crossing at Tsim Sha Tsui
Gue lalu bergabung dengan keriaan itu, menyeberang ke sisi Nathan Road yang lain lalu masuk Mody Road. Saat berjalan kaki menyusuri Mody Road itu, gue melalui Holiday Inn, sebuah mall bernama K11, menyeberang sebuah jalan besar, lalu ketemu Starbucks di seberang jalan. Di posisi gue saat itu (yang berarti di seberang Starbucks) juga ada pintu stasiun MTR, tapi kalo gue keluar melalui pintu itu, fenomena sosial tadi nggak akan gue liat, kan? 😉😉😉
Gue terus berjalan di sisi kanan Mody Road sampai ketemu Tapas Bar, sebuah taman kecil, dan jembatan pejalan kaki. Jembatan itu melintang di atas Mody Road dan Salisbury Road, menghubungkan Starbucks (Mirror Tower) dengan Tsim Sha Tsui Promenade. Jembatan kemudian memanjang di atas Salisbury Road yang bersisian dengan promenade. Duh, jembatannya bagus, sayang nggak ada yang bisa dimintain foto.

Pintu keluar stasiun MTR yang lebih dekat dengan Tsim Sha Tsui Promenade

Hello, Starbucks Hong Kong

A small garden near Tapas Bar, Hong Kong

Enjoying the bar scene below, lining the Salisbury Road Hong Kong
Gue bahagia melihat panorama kota yang tersaji dari jembatan―lalu lintas Salisbury Road yang lebar dengan ketujuh lajurnya, gedung-gedung pencakar langit di kejauhan, keramaian Tapas Bar dan bar-bar elit lainnya di sepanjang Salisbury Road, hingga lalu lalang orang di Tsim Sha Tsui Promenade. Oke, saatnya menjejak bumi.
Menikmati Tsim Sha Tsui Promenade di Malam Hari
Karena lelah, anak sultan duduk-duduk dulu di salah satu bangku yang ada di sepanjang Tsim Sha Tsui Promenade. Promenade-nya lebar dan bersih, tapi ternyata agak bau air laut hehe. Sebagian duduk-duduk santai kayak gue, sebagian berdiri di tepi promenade sambil berfoto, sebagian jalan-jalan, dan sebagian lagi menikmati TST dengan running atau jogging―meski nggak sebanyak yang gue lihat di Merlion.

A pedestrian bridge near Tsim Sha Tsui, Hong Kong

A skyscraper seen from the bridge, Tsim Sha Tsui Hong Kong

Overlooking Salisbury Road from the bridge, Hong Kong

The opposite direction, Salisbury Road Hong Kong
Suhu saat itu sebenernya nggak dingin-dingin banget, cuma 26°, tapi karena hembusan anginnya kenceng, rasanya jadi sembribiiittt! Tapi sembribit yang enak, bukan angin bawa penyakit, jadi gue bisa tetep sehat-sehat aja meski nggak pake jaket. Itung-itung ngilangin keringet karena seharian nggak mandi.
Gue sedikit takjub dengan pemandangan gedung-gedung itu. Baru kali itu, gue melihat langsung dengan mata kepala gue sendiri puncak gedung-gedung pencakar langit yang tersamarkan bahkan tersembunyi di balik kabut dan awan mendung. Kesannya… magis.

Sitting, walking, or running at Tsim Sha Tsui Hong Kong

Stairway to the pedestrian bridge, Tsim Sha Tsui Hong Kong

How Hong Kong makes climbing fun

Going down

View of central Hong Kong skyscrapers from Tsim Sha Tsui promenade

A nice walk along Tsim Sha Tsui promenade, Hong Kong

Watching the pedestrian from the bridge, Tsim Sha Tsui Hong Kong

Tsim Sha Tsui is a great place to spot Hong Kong’s skyscrapers
Setelah udah cukup berisirahat, gue lanjut buat menyusuri Tsim Sha Tsui Promenade ke arah kanan. Sisi yang saat itu gue nikmati bukanlah spot terbaik buat berfoto, hehe. Gue terus berjalan melalui Avenue of Stars, sempet satu kali naik turun sebuah jembatan, hingga tiba di Hong Kong Cultural Center dengan gedungnya yang berbentuk balok. Itulah spot terbaik menikmati gedung-gedung jumawa di Hong Kong Island, di mana kita bisa melihat menara dua International Finance Center (IFC) yang tampil jumawa setinggi 415 meter, menjadi bangunan tertinggi kedua seantero Hong Kong!
Ada pertunjukkan A Symphony of Lights yang bisa dinikmati dari titik itu setiap hari jam 20:00. Tapi gue melewatkan ini, lha wong nyampe TST aja udah jam 9 malem. Tapi gapapa, gue jadi lebih menikmati perjalanan gue dan nggak diburu waktu.

Does anyone know what skyscraper it is?

Pretty umbrella along Tsim Sha Tsui promenade, Hong Kong

Hong Kong Cultural Center near Tsim Sha Tsui

A covered pedestrian lane, Hong Kong

On my way back, Tsim Sha Tsui MTR station
Ketika waktu udah menunjukkan sekitar jam 11 malem, gue menyudahi petualangan gue malam itu dan berjalan menuju pintu stasiun MTR terdekat melalui sebuah koridor di belakang Hong Kong Cultural Center. Gue sampe di kamar hostel, pendinginan selama beberapa menit, lalu tidur.
Sarapan di Toast Box JD Mall
Gue bangun cukup pagi keesokan harinya, jam 7 pagi. Kali ini gue mandi kok, hehe. Meskipun sempit, tapi shower kamar mandi Pandora After 80s Jordan berfungsi baik. Semburannya pas dan tingkat panasnya mudah diatur. Gue juga boker dengan nyaman karena ada water gun. Suara-suara ajaib saat boker berusaha gue redam dengan nyalain air, hihi.
Masih dari rekomendasinya Mark Wiens Migrationology (dan blog-blog lainnya), gue berencana buat sarapan di Australia Dairy Company. Lokasinya within walking distance dari hostel. Tapi begitu sampe, walaaahhh udah ngantri panjang euy! Males gue nungguin, udah laper banget, terus lagi pengen sarapan dengan damai. Setelah scanning area sekeliling, gue tertarik sama sebuah kedai bernama Toast Box di dalam JD Mall. Setelah masuk ke dalam mall, tempat makannya langsung bisa ditemui di sisi kiri. Gue pelajari menu dan harganya, ternyata cocok!

Toast Box, JD Mall, Hong Kong
Gue pesen paket macaroni soup yang harganya cuma 40 HKD, udah termasuk sama kopi. Sistemnya adalah order di konter, bayar, lalu pengunjung dikasih sebuah kepingan hitam yang akan menyala dan berdering saat makanan siap. Thank God gue udah pernah ketemu sistem kayak gini saat gue ke Plaza Senayan bulan Februari lalu, jadi nggak bingung. Rancangan Gusti Yesus memang terbaik! Makanannya nggak diambil di konter itu, tapi di konter dekat area makan yang lebih luas, menuruni beberapa undakan, tapi masih bagian dari Toast Box. Sementara kopi dan bakinya langsung dikasih di konter pertama.
Sup makaroni ini memang jadi menu sarapan khas warga Hong Kong. Gue tau fakta ini dari acara traveling yang gue tonton dari saluran TV kabel pas gue staycation di hotel. Ya ampun, kejadian-kejadian di hidup gue nyambung lagi di siniii. Memang ya, nggak ada yang kebetulan, semua sudah dirancang dengan sempurna sama Tuhan.

Had my breakfast at JD Mall, Hong Kong

My macaroni soup, Toast Box JD Mall, Hong Kong
Ternyata porsinya banyak bangeeettt! Sup disajikan sama telor ceplok dan… ham? Rasa supnya memang ringan, nggak senendang makanan-makanan Indonesia, mungkin karena nggak pake micin? Makanya kehadiran ham itu jadi penambah rasa. Saat gue seruput kopinya, ya ampuuunnn tingkat pait dan manisnya paaasss. This is heaven! Kenyang, enak, murah, dan diakhiri kopi panas, gue puas sama Toast Box.
Udah mandi, udah makan, saatnya lanjut jalaaannn!
Menikmati Tsim Sha Tsui di Pagi Hari
Gue menempuh rute MTR yang sama dan rute jalan kaki yang sama ke Tsim Sha Tsui Promenade. Saat udah sampe di promenade, gue non-stop jalan kaki sampe tiba di Star Ferry Terminal. Sempat turun hujan yang membuat gue akhirnya membuka payung, tapi sebentar kemudian udah reda. Cuaca TST pagi itu panas dan lembab, nggak kayak semalem yang sejuk berangin.

Tsim Sha Tsui panoramic view, Hong Kong

Tower 2 International Finance Center dominates the frame, Hong Kong

Avenue of Stars (Bruce Lee statue), Tsim Sha Tsui Hong Kong

Fellow foreigners enjoyed the view at Tsim Sha Tsui, Hong Kong
Saat hampir sampe tujuan, gue naik ke atas dek obsevasi di depan Hong Kong Cultural Center yang gue lewati semalem. Dari dek itu, gue baru tau kalo Victoria Clock Tower berdiri persis di sampingnya, di tengah sebuah taman. Selain di Hong Kong ini, Victoria Clock Tower dalam ukuran yang lebih kecil pernah gue jumpai di Penang, Malaysia. Star Ferry Pier berada persis di samping dek. Jadi sebenernya, semalem itu gue udah hampir sampe di Star Ferry Pier. Menyiasati dinding pagar sebagai tripod alami, gue akhirnya bisa foto-foto juga di dek itu.

Akhirnya bisa foto-foto di Tsim Sha Tsui Hong Kong hehe

The boat and the skyscrapers, Hong Kong

Curious visitors at Tsim Sha Tsui, Hong Kong

The so-called observation deck and Victoria Clock Tower, Hong Kong
Tanpa berlama-lama di dek observasi, gue menuruni undakan buat masuk ke dalam Star Ferry Pier. Yay, di hari kedua ini gue bakal naik kapal, naik bus ke Victoria Peak, naik tram, sama naik Mid-Levels Escalator! Klik Next buat baca cerita selanjutnya. Keep learning by traveling~
Yau Ma Tei – ini kalo dibaca kayak… STOP. ah sudah lah wwkwk
keren2 ya fotonya di TST ini. rupanya disini toh tempat orang2 suka foto kalo ke HK. btw org HK jutek2 ngak sih kyk di SG?
shibuya crossing lebih rame dari itu bang. gokilnya lagi ada yg sempet selfie ditengah2 keramaian itu.
Hahaha, itu “YAMETE” bang. Yamete, yamete, ikkeh ikkeh… #eeehhhh
Iya, TST ini kayak Merlion, tempat orang foto-foto keren di Hong Kong. True! Orang HK jutek kayak di SG, malah orang SG masih lebih ramah menurutku.
wakakak stop bang stop
sepertinya karena hidup di kota besar ya. tekanan hidup tinggi jadinya pengen marah2 aja hahaha
Hahaha bisa jadi
Dari cerita-ceritamu tentang Hong Kong yang kubaca random kemaren, aku paling seneng Tsim Sha Tsui ini. Soalnya ngebayangin jalan di pedestrian lebar sambil ngeliatin sungai (eh, itu sungai atau selat, sebetulnya?)
Waaa terima kasih, mbak Vicky. Iya, aku juga suka banget tempat-tempat kayak gini.
Itu selat kecil sebetulnya, yang memisahkan Kowloon (wilayah Hong Kong yang menyatu dengan daratan Cina) dan Hong Kong Island.
Salah satu tempat di Hong Kong yang paling saya suka nih – Tsim Sha Tsui. Soalnya banyak makanan enak, suasananya juga khas metropolitan maju. Bagus untuk street photography 😀 and many more reasons~ hihi nggak sabar tunggu cerita selanjutnya 😀
Iyaaa aku juga suka banget Tsim Sha Tsui. Bagus buat fotografi lanskap kota hehe. Thank you ya 🙂
Ga mandi seharian, ga lupa pake Rexona kan? Biar ciwi-ciwi ga pada sesak napas di MTR.
Ga foto bergaya ala Wing Chun di sebelah patung Bruce Lee?
Halah, di dalam MTR aja banyak TKW Filipino bau keringat koh hahaha
Pesen makan d toast box repot jg ya hahaha
Jalanannya padet banget ya. keinget stasiun sudirman jakarta pas jam kerja. Duh, dempet-dempetaaaaaaaaaaaan
Wah, Sudirman masih kalah dibanding stasiun-stasiun di HK, kak. Serius haha. Gak cuma di jam-jam tertentu aja rame, tapi sepanjang jam produktif bakal rame.
waduh. harus siap jasmani dan rohani yak
Hehe iya betul
Chunking mansion emng penyerangannya terkenal padet merayap bnyak yg menyebut shibuya crossing ala hong kong. HK tuh enaknya banyak TKW jd kl nyasar tinggal liat kanan kiri kali aja yg dialegnya kek wong jowo heheheh
Kadang saya suka ngeri dengan gedung2 pencakar langit, misal berada di atas dan ada gempa kerasa ga ya. Btw, perjalanannya bikin ngiri bang, kapan ya bisa ke Hongkong
Semakin tinggi posisi kita di gedung, semakin terasa goncangan gempa mas. Semoga terwujud segera ya.
Memang rata2 crossroad di daerah semenanjung HK & HK Island sebelah utara, rame bgitu.. tpi bgusnya mereka tertib… tapi kalo ke daerah Causeway Bay & Victoria Park, sama penuhnya tapi kok yg ngomong pake logat Jawa semua ahahaha..
Haha, kalo selama aku di sana banyak ketemu bahasa Tagalog, mas. Sesekali aja papasan sama yang bahasa Jawa.
Wahhh aku 2x ke Hong Kong ngga sempet nikmatin banget karena cuma transit :). Sepertinya dari ceritamu sangat seru kalo nginep 1-2 malam di Hong Kong ya.
Berarti harus ke sana lagi, mas. Hehe. HK idealnya 3 hari 2 malam. Aku aja ada yag belum kesampaian. Apalagi ada Disneyland dan Ngong Ping Cable Car (yang butuh seharian buat eksplor)
Kalau baca artikel ini, jadi penasaran ama Hong Kong. Saya belum pernah kemari, walaupun sebetulnya dari Jakarta, weekend plus cuti sehari bisa ya. (Sok tajir. ) Kayaknya perlu dijadwalkan nih.
Yup betul. Weekend + cuti 1-2 hari udah bisa kok.
kerenn.. yang belom pernah kesana jadi bsa ikut merasakan
Trimakasih bro
Wah, makan di Four Seasons bareng 3 ciwik hihihi😘😘 ternyata konsep sharing table tuh begitu yaaa jadi dirimu kudu terima? Misal nolak, bisa ga? Hongkong iyu negqra serba ada ya. Kan suka ads ucqoan,”Emang dari Hingkong?” 🤣🤣🤣🤣 orangtuqku petnah 1x ke Hongkong bbrp th lalu…. agak sulit makanan muslim ya?
Kalo nolak, ya berarti harus mau nunggu. Haha, nggak tau juga asal usul “Emang dari Hong Kong” itu.
Kayaknya nggak susah, mbak. Soalnya di sana banyak TKW Indonesia.
Seru banget sepertinya “bro” satu ini klo jalan2, Semoga ane bisa kesana juga dan nyobain beberapa kulinernya.
Amin amin hehe
aku ngikutin artikel SUPERTRIP #3 ini tuh rasaya kaya jalan bareng ke sana.
blm ada rencana ke luar dulu sih sekarang. tapi btw, kalau solo itu enak yaaa. atur sendiri gabut sendiri dan lebih kaya mengapresiasi diri gitu. cake, duduk. masih mau jalan, ya jalan. hehehe
foto fav aku di post ini tuh yang view of central Hong Kong skyscrapers from TST promenade yang keliatan ‘magis’. gk kebayang kalau lihat langsung
Waaa senang tulisanku berhasil membawa pembaca ikut “jalan-jalan”, Put. Gapapa, tiap traveler punya minat dan destinasinya masing-masing.
Hehe enaknya solo traveling gitu. Mau ke mana, ngapain aja, berapa lama, ya terserah kita 😀
Aduh pemandangan gedung yang puncaknya tertutup kabut itu sesuatu banget, Put!
Iyap. Setiap traveller punya seleranya sendiri-sendiri. Hehehe
Dan jalan-jalan sendiri tuh bikin aku nemu banyak temen. Karena kalo gandengan, kaya udah terkotak gitu, kalo sendiri kan orang mikirnya : eh tuh orang sendiri, gabung dia gih, ngobrol bareng. Hahaha. Ngobrol, tukeran hp, eeeh jgn di baperin. wkwkwk
Hahaha. Jangan baper deh, nanti kita sendiri yang sakit wkwkwk
Aku di sini malah bayangin bagaimana kulineran malam dan paginya menyeduh kopi sambil liat orang berlalu-lalang ahahhahaha
Cakep, mas! Kita leyeh-leyeh sementara dunia di luar bergejolak sendiri hehe.
[…] Baca cerita sebelumnya: Menikmati Tsim Sha Tsui Hong Kong di Malam dan Pagi Hari […]
Pesen makanan d toast box repot jg ya hahaha
Hm gak repot sih rasanya hehe
Hongkong ternyata keren bgt ya. Pantesan banyak org2 yg ingin sekali traveling ke sana.
Iya begitu pula aku 🙂
Gue demen deh, lo jalan2 ke Tsim Tsa Tsui ini pakai strrategi. Gue pas kesini sporadis abis hahaha. Soal pemilihan tempat makan Penting ye. Kesel juga makan Nasi seabreg dagingnya dikit. Tapi yg di Toast Box sukses dah sopnya mantull
Iya, mas. Aku kalo traveling ke luar memang pake strategi haha. Jadi aku perhatiin tuh lokasi-lokasinya, enaknya rutenya dari mana ke mana, naik apa ke sana, kapan dan berapa lama, dsb.
Padahal aku biasanya juga bodo amat soal urusan makan. Yang penting makanan lokal dan sesuai budget. Tapi aku lalu berpikir buat coba selektif soal makan, coba direncanakan mau ke mana. Eh malah zonk hasilnya. Yang aku pilih random malah oke wkwkwkwk.
Waah asyiik banget ya bisa jalan-jalan ke Hongkong. Sayangnya cuman bisa pengen doang. Kalau main ke sana bawa gerombolan bocil kayaknya gak terbudget. Hehehe. Waah ada patung Bruce Lee juga nih di Tsim Tsa Tsui ya.
Jika tekun diusahakan, aku yakin pasti bisa kok mbak 🙂
Oooh jadi makan di Four Seasons itu ada sharing tablenya? Lucu dong mamam bareng 3 ciwik2 hehehe 😅 Seandainya ga mau gimana? Boleh nolak ga? Hongkok tuh serba ada ya. Kan suka ada yg bilang,”…. dari Hongkong?” Wkwkwkwkwk 😂 Orangtuaku pernah ke Hongkong bbrp tahun lalu, katanya ga mudah cari makanan halal hehe. Atau mungkin ada di wilayah tertentu ya?
Mas, itu unik ya menu toast box yang macaroni soup ada telor ceplok juga diatasnya. Hehehe. Belum pernah nemu yang langsung ditaro di atas soupnya. Mungkin kalau jalan-jalan kesana, bakalan seneng sih. Liat jalan-jalannya yang lebar dan luas begitu jadi merasa nyaman aja ya walaupun jalan. Semoga Indonesia bisa kayak gitu juga suatu hari.
Aku juga baru di HK ini sih lihat sup makaroni, biasanya kan cuma kayak pasta gitu hehe.
Semoga terwujud ya ke HK 🙂
HK nih gak ada matinya, ya. Selalu ramai 24 jam. Paling suka lihat foto di Tsim Sha Tsui. Kayaknya jam berapapun mau ke sana bakalan asik
Iya betul. Pagi sampai malem asik terus!
Aku menikmati setiap tulisan serial Hongkong ini deh
Meski belum pernah ke sana, tapi jadi banyak tahu tentang Hongkong
Kalau suatu hari diberi rejeki dan kesempatan ke sana, blog ini bakalan yang paling pertama ku ubek-ubek buat nyari info deh
Btw, Hongkong ini beneran semacam hutan beton ya. Itu gedung-gedung pencakar langitnya menghiasi tiap sisi dan sudut kota
Tapi tampaknya jauh lebih tertata daripada Jakarta lah yaaa hehehe
Terima kasih apresiasinya, mbak Arniii. Laf laf laaafff!
Iya bener, Hong Kong itu hutan beton yang tinggi-tinggi dan padat. Warganya aja pada tinggal di rumah-rumah susun. Tapi kawasan residensial dan bisnis di sana udah ditata, jadi kawasan gunung tetep asri dan nggak terjamah gedung-gedung mbak.
Nah gitu dong,, foto pake timer & tripod jalanan. Ini juga favorit aku. Pernah ada orang baik bantuin fotoin, eh hasilnya nggak cocok. Lebih bagusan yg pake timer. Haha
Btw, TST ini mengingatkan aku sama Asiatique di Bangkok. Ambience-nya beda & layak dicoba kl pas travelling ke Hongkong. Masukin itin Hongkong ah.
Nah iya, aku juga selektif banget kalo minta tolong orang buat foto. Kalo nggak nemu yang sama-sama fotografer, aku prefer pake timer aja.
Aku 4 kali ke Bangkok malah belum pernah sama sekali ke Asiatique hihihi. Yes, TST ambience-nya lebih modern dan bisnis.
Dulu pernah ke HongKong, nyambung dari Macau. Paling seneng lihat pagi-pagi di taman, lansia pada taichi. Hebat iiih aku pikir, orang pada bisa umur panjang gitu, padahal kotanya padat banget, hidup di rumah vertikal, betah engga betah.
Aduh…aku udah capek duluan kayaknya lihat starway-nya. Seneng baca #supertrip-nya, jadi serasa ikut jalan-jalan…
Sama mbak, aku juga nyambung dari Macau. Bedanya, aku naik bus nyebrang jembatan hehe. Malah nggak sempet eksplor taman-taman di Hong Kong karena keterbatasan waktu dan terlalu asyik sama destinasi yang lain -____-
Pengen ke sana lagiii tapi bobok manja di hotel bagus hihihi
HongKong menariiiik banget!
Baca ini aku pengin meng-copas seluruh itinerary trip kamu 😀
Hihihi, silakan kak. Japri aja kalo mau detil itinerarinya.
Tsim Sha Tsui sama cakepnya mau pagi apa malem. Tapi aku lebih suka suasana pas malam deh.. 😀 Tapi emang kota kalau dirancang dengan baik bisa banget dinikmatin ya jalan kaki juga. Fasilitas pedestrian nya juga oke. Kok aku ikutan gemes yaa, udah harganya mahil tapi rasanya gak sesuai ekspektasi. Syaang Kan makanannya jadi pada gak abis ya..
Iya bener, pagi sama malem sama cakepnya! Aku sih suka dua-duanya hehe. Jadi ke sini idealnya dari sore lanjut sampai malem 😀
Suasana pas malam syahdu banget, pas siang cantiiik..suka lihat pemandangannya. Itulah kenapa aku takut rekomendasikan resto takut pas orang coba zonk hihihi
Kapan aja memang nggak masalah ke Tsim Sha Tsui hehe
Suka banget lihat suasana Hongkong di malam hari. Kayak ada romansa-romansa drama cinta gitu. Cocok buat jalan bareng suami nih haha.
Hehe berasa di drama seri Tiongkok ya 😀
Kotanya ramai dan cantik banget yah bang, terus kok gue laper mendadak liat macaroni soupnya hahah kayaknya seger banget tuh rasanyaa wkwk
Yup bener, rame di mana-mana haha
duh ya padahal Claypot rice with pork chop keliatan enak ih, ternyata tampilannya yg menipu. wkwkkw
mahal pula, uwww
Percaya hanya pada lidah ya 😀
Indomie kemana2 udah. Nggak bkaal menipu
wih mantap banget jalan-jalannya, seru dan asyik.
Contekan nan komplit buat ngetrip ke Hongkong.
Bakal ngurangin khawatir nih, kalaupun misalnya harus nge-solo trip.
Salam kenal dari Lombok – BunSal –
Terima kasih sudah mampir, mas. Salam kenal ya.
Mantap kaka
[…] Menikmati Tsim Sha Tsui di Malam dan Pagi Hari […]
[…] Tapi gapapa. Gue udah seneng banget bisa menjejakkan kaki di kota ini, di sebuah negara baru, salah satu negara paling berpengaruh di dunia! Setidaknya dalam 3 hari 2 malam, gue udah bisa merasakan syahdunya naik bus menyeberang laut dari Macau ke Hong Kong, capeknya naik turun MTR di stasiun-stasiun bawah tanah Hong Kong, romantisnya naik tram tua menyusuri Wan Chai, deg-degan naik kereta gantung Ngong Ping yang melayang di atas kepulauan, dan megahnya bangunan-bangunan tinggi yang merobek langit Hong Kong di Tsim Sha Tsui. […]
[…] Sha Tsui: Tsim Sha Tsui Promenade, Avenue of Stars, Chungking Mansions, Kowloon Park, area kota tua Hong Kong, area […]
Hongkong, kota yang sangat maju. Patut jadi contoh. Btw disana pada jalan kaki ya ? gak ada motor kayaknya
Motor ada tapi nggak banyak. Hongkongers biasa jalan kaki atau naik angkutan umum 🙂
[…] Market (dekat Stasiun Mong Kok), Temple Street Night Market (dekat Stasiun Jordan), dan Tsim Sha Tsui berada dalam satu kawasan yang sama bernama Kowloon, dalam 1 jalur MTR yang sama bernama Tsuen Wan […]
[…] Baca ceritanya di: Menikmati Tsim Sha Tsui di Malam dan Pagi Hari […]
pedestriannya aja bersih kayak gini, jalan sejauh gimana pun kayaknya nyaman
[…] terlalu terasa, tapi kalo malem dan pagi, brrr… Gue jadi inget saat gue sendirian mengeksplor Tsim Sha Tsui Hong Kong malem-malem di bulan Mei […]
[…] gue sarankan kamu buat ke Hong Kong. Hong Kong punya banyak crossing point yang sibuk, seperti di Tsim Sha Tsui ini. Sama kayak Shibuya dan Bukit Bintang, Tsim Sha Tsui juga merupakan kawasan pusat bisnis, […]