Sekitar jam 6 petang hari Minggu itu, gue sudah berada di dalam kereta Airport Express yang akan mengantarkan gue kembali ke Bandara Internasional Hong Kong. Sedih rasanya udah harus meninggalkan kota ini. Dua hari dua malam memang terasa kurang. Gue nggak sempet ke Kuil 10.000 Patung Buddha, nggak sempet menyusuri tepian Sungai Shing Mun yang membelah Shatin, bahkan nggak sempet mampir ke satu pun taman umumnya.
Tapi gapapa. Gue udah seneng banget bisa menjejakkan kaki di kota ini, di sebuah negara baru, salah satu negara paling berpengaruh di dunia! Setidaknya dalam 3 hari 2 malam, gue udah bisa merasakan syahdunya naik bus menyeberang laut dari Macau ke Hong Kong, capeknya naik turun MTR di stasiun-stasiun bawah tanah Hong Kong, romantisnya naik tram tua menyusuri Wan Chai, deg-degan naik kereta gantung Ngong Ping yang melayang di atas kepulauan, dan megahnya bangunan-bangunan tinggi yang merobek langit Hong Kong di Tsim Sha Tsui.
Ulasan soal MTR bisa dibaca di: Memahami MTR, Tram, Bus, dan Kapal Ferry Hong Kong
- Luggago corner, Hong Kong Airport Express
- Passengers seats inside Hong Kong Airport Express train
- Hong Kong Airport Express train, spacious!
- Hong Kong Station’s platform for Airport Express train
Kenangan indah selama 3 hari ke belakang itu lalu buyar saat kereta merapat di perhentiannya. Saat itu sekitar pukul 18:35. Gue melangkah keluar dengan backpack terpanggul, lalu perlahan bergerak menuju aula check-in sambil sesekali berhenti untuk mengambil foto, mengabadikan menit-menit terakhir berada di Hong Kong.
Terminal 1 Bandara Internasional Hong Kong
Nggak susah untuk membuat gue terpukau dengan arsitektur Hong Kong International Airport. Lepas dari peron kereta bandara, gue disambut dengan sebuah dinding kaca lengkung yang menyatu dengan atapnya, diperkokoh dengan rangka-rangka putihnya. Gue lalu berjalan melalui sebuah jembatan pejalan kaki sebelum akhirnya berjalan turun menghampiri lorong-lorong check-in di aula keberangkatan.

Alighting from Hong Kong Airport Express train

A pretty futuristic-looking airside of Hong Kong International Airport
Aula keberangkatan Terminal 1 Bandara Hong Kong luas dan megah dengan lantai mengilap, langit-langit lengkung, dan deretan konter maskapai yang panjang. Dari salah satu mezzanine, kita bisa melihat langit biru senja yang tampil kontras dengan pendar lampu keemasan dari bangunan bandara.
Dari informasi yang ada di papan elektronik bandara, konter check-in AirAsia Bandara Hong Kong ada di lorong P. Tapi gue udah berjalan lorong demi lorong, gue titi satu per satu lorong memastikan nggak ada yang terlewat, tapi nggak ada lorong P. Gue cek papan informasinya lagi, dan ternyata… GUE SALAH TERMINAL, SODARA-SODARA!
- Directions at Hong Kong International Airport
- Walking to my check-in counter at Hong Kong Airport

Terminal 1 Hong Kong International Airport, main hub of Cathay Pacific airlines

The blue sky at dusk seen from Hong Kong Airport
Karena di bandara gue harus mengembalikan modem wifi ke konter Pocket Wifi Rental yang ada di terminal 1, gue sama sekali nggak kepikiran bahwa maskapai gue mungkin bukan di terminal ini. Ya udah, gue buru-buru ngacir ke terminal 2 mengikuti petunjuk arah di bandara. Untung terminal 2 masih ada di bangunan yang sama, nggak perlu naik kereta atau bus dulu.
Terminal 2 Bandara Internasional Hong Kong
Ternyata nggak kalah keren juga dengan terminal 1. Langit-langitnya memang rendah, namun ia tampil manis dengan bentuk bergelombang seperti permukaan air. Selain AirAsia, maskapai lain yang beroperasi di terminal ini adalah SCOOT, Jetstar, Malindo Air, VietJet, Philippine Airlines, dan THAI Airways. Jadi ternyata nggak seluruhnya maskapai budget. Gue dengan mudah menemukan jajaran konter AirAsia.

The connecting lane of the 2 terminals, Hong Kong Airport
Sebetulnya, gue udah melakukan web check-in. Namun karena gue nggak yakin apakah bisa masuk boarding room HKIA dengan boarding pass yang dicetak sendiri dan saat itu adalah kali pertama gue take off dari HKIA, maka gue memastikan dulu dengan menghampiri konter check-in AirAsia. Gue segera memilih konter ujung yang saat itu paling sepi nggak ada antrean, konter-konter di sebelahnya udah penuh dengan antrian. Setelah melihat boarding pass gue, petugasnya berkata, “I’ll print it for you.” Jadi konter itu memang bukan konter check-in reguler sih, makanya sepi hehe.
Kalo di KLIA, kita bisa langsung masuk boarding gate dengan berbekalkan boarding pass print-an sendiri, selama bagasi kabin kita nggak overweight ya.

Departure Hall, Terminal 2 Hong Kong Airport

Check-in counters, Terminal 2 Hong Kong Airport
Karena saat itu udah lebih dari jam 7 malam, setelah boarding pass di tangan gue langsung melenggang menuju imigrasi yang juga lengang. Gue kira petugasnya ngomong sesuatu ke gue, ternyata dia lagi ngobrol sama petugas lain di sebelahnya tanpa saling mengalihkan pandangan dari komputer. Santai banget kayaknya dua petugas cowok muda itu.
Naik Skytrain Dua Kali di Dalam Bandara Hong Kong
Dari imigrasi, gue mengikuti papan petunjuk menuju All Boarding Gates. Ternyata gue diarahkan buat naik automated people-mover (APM), yang kalo di Bandara Jakarta dan Singapore disebut Skytrain. Jadi biar lebih mudah dipahami, APM di bandara ini gue sebut Skytrain aja ya. Sebagaimana sistem LRT atau APM modern lainnya, Skytrain ini sudah dilengkapi dengan automatic platform screen doors (PSD). Nggak ada tempat duduk di dalam Skytrain, keretanya juga dijalankan tanpa masinis alias driverless.

After clearing immigration, Hong Kong International Airport

Going down to the Skytrain platform, Hong Kong Airport
Setelah tiba di gedung tujuan, gue mengikuti kerumunan massa menuju ruang-ruang tunggu. Pihak AirAsia belum memberi informasi boarding gate buat penerbangan gue, jadi gue mau cari makan malam dulu karena gue laper dan capek bangeeettt.
Strategi gue untuk makan di boarding gate ternyata salah besar! Gue pikir bakal kayak di bandara Jakarta, Bandung, KL, atau Singapore yang tempat makannya berlimpah sampe ke boarding gate, ternyata enggak. Ada sih tempat makan, tapi dikiiittt dan udah pada penuuuhhh. Gue jalan wara-wiri, naik-turun eskalator, dan sama sekali nggak menemukan satu pun tempat makan yang bisa diduduki. Bahkan sekadar 7 Eleven atau minimarket pun nggak ada. Kaki gue udah pegel banget serasa mau copot karena dari tadi jalan dan berdiri memanggul backpack 60L.
Jadi, buat kamu yang mau terbang dari Terminal 2 Bandara Hong Kong, pastikan kamu udah makan atau minimal bawa bekal makan sebelum masuk ke boarding gate, kecuali kamu siap buat menahan lapar.
Beberapa menit kemudian, boarding gate buat penerbangan gue udah tertera di papan informasi bandara. Gue mengikuti petunjuk arah, dan… I had to take another skytrain.
- Waiting for the Skytrain, Hong Kong Airport
- Inside Hong Kong Airport’s Skytrain
- After getting off from the Skytrain, Hong Kong Airport
- Another Skytrain for other boarding gates, Hong Kong Airport
Cuma di Hong Kong International Airport inilah, gue harus 2 kali naik Skytrain buat bisa ke boarding gate. Setelah sampe pun, gue masih harus berkali-kali naik eskalator hingga tiba di boarding gate yang dituju. HKIA ternyata adalah sebuah bandara yang terdiri atas gedung-gedung kecil yang berjauhan. Soekarno-Hatta aja nggak gini-gini amat lho. Walaupun ketiga terminalnya memang berjauhan, tapi boarding gate nggak terpisah dari departure hall. Pas di KLIA1 juga harus naik Aerotren buat ke boarding gate, tapi cuma sekali aja sih. Jadi catatan penting buat kamu, jangan mepet-mepet datang ke Bandara Hong Kong!
Ruang Tunggu Penerbangan yang Megah!
Seolah ingin mengobati rasa lelah setelah perjalanan yang panjang dari konter check-in yang salah sampai akhirnya tiba di boarding gate yang benar, Bandara Hong Kong menyuguhkan sebuah ruang tunggu bandara termegah yang pernah gue jumpai! Saking megahnya, gue sampai kehabisan kata-kata buat menggambarkannya.
Langit-langit lengkung yang diguyur warna putih dengan motif geometri menaungi sebuah aula luas denga tata pencahayaan futuristik. Dua lajur pejalan kaki yang lebar mengilap, sesekali diisi dengan baris-baris travelator, diapit area berlapis karpet tebal dengan nuansa warna biru. Di atas karpet, ditempatkan bangku-bangku panjang tempat para calon penumpang menunggu panggilan.

Welcomed by the luxurious boarding gate, Hong Kong Airport

Overlooking my boarding gate from an indoor bridge, Hong Kong Airport
Masih ada waktu untuk makan malam, namun di boarding room itu pun minim sekali tempat makannya. Kalo pun ada, tempatnya udah penuh dan harganya mahal. Satu-satunya harapan gue adalah sebuah minimarket Mannings yang memang ada banyak tersebar di seantero Hong Kong. Pilihan makanannya nggak sebanyak 7 Eleven sama Wellcome sih, tapi lumayan buat sebentar menenangkan perut. Dengan sisa saldo Octopus Card, gue hanya sanggup membeli sebuah Nutella Go dan air mineral. Eh, jangan salah, dollar Hong Kong gue masih ada 500 HKD. Jadi ini memang mau habisin saldo Octopus Card aja karena gue udah memesan on-board meals di penerbangan gue.
Akhirnya, gue bisa duduk santai meluruskan kaki dan melepaskan jeratan backpack dari bahu sejenak. Gue biarkan keringat yang membasahi sekujur badan menguap ditelan udara pendingin ruangan.
Akhirnya, tiba saatnya mengucapkan sampai jumpa pada Hong Kong. Gue berjalan melalui garbarata memenuhi panggilan untuk penerbangan AK131 rute Hong Kong – Kuala Lumpur pukul 21:25. Ya, gue masih harus menghabiskan waktu beberapa jam di dalam dinginnya KLIA2 sebelum bertolak ke Bandung keesokan paginya. Sama sekali tak ada prosedur menimbang barang bawaan saat boarding meski berkali-kali digaungkan melalui pelantang suara.

Enjoying my last refreshment in Hong Kong Airport
- On-board meals AirAsia for Hong Kong – Kuala Lumpur flight
- AirAsia’s roasted chicken with blackpepper sauce
Gue duduk di kursi 22B di antara dua orang penumpang muda-mudi. Penerbangan malam itu gue isi dengan menikmati Roasted Chcken with Black Pepper Sauce yang gue pesan sebelum penerbangan seharga 24 HKD saja, sudah termasuk secangkir kopi panas.
Semalam di KLIA2
Sekitar 4 jam setelah lepas landas, atau jam 1:25 dini hari, pesawat mendarat di landasan pacu KLIA2. Gue sempat cemas dan malas membayangkan harus keluar imigrasi dulu, lalu kembali berhadapan dengan timbangan maut jelang memasuki boarding gate. Namun dalam perjalanan melalui lorong-lorong remang KLIA2, gue berpikir, “Hey, penerbangan gue ke Bandung ‘kan jam 6:30, cuma 4 jam dari waktu mendarat. Gimana kalo gue nggak usah keluar imigrasi kayak dulu pas naik Malaysia Airlines dari Jakarta ke Phuket via KLIA?”
Maka, alih-alih berbelok ke kanan mengikuti petunjuk arah ke aula imigrasi seperti penumpang yang lain, gue berjalan lurus ke arah International Transfer atau Pertukaran Antara Bangsa. Gue celingak-celinguk sebentar saat sampai di pemeriksaan keamanan, lalu seorang petugas menghampiri. Gue jelaskan kondisi gue, dia melakukan pemeriksaan singkat, kemudian… voila! Gue sudah berada di boarding area, nggak usah bolak-balik imigrasi apalagi ketemu timbangan sialan itu.

A night in KLIA2
Suasana sangat sepi. Konter-konter tempat makan tutup, beberapa di antaranya digunakan untuk tempat terlelap atau membaringkan badan. Beberapa pramuniaga terkantuk-kantuk menjaga tokonya. Life is hard, dude. Semangat yak! Gue nggak lihat ada bangku panjang dengan permukaan lapang yang nyaman untuk alas berbaring, maka gue secara acak memilih sebuah bangku lalu duduk di situ. Kedua kaki lurus bertopang pada bahu kursi di depan, backpack tergeletak di kursi di samping dengan posisi miring ke atas, menjadi alas yang nyaman bagi bahu dan kepala. Posisi gue cukup nyaman, nyaris berbaring sempurna dengan backpack sebagai alas yang cukup empuk, namun tetap gue nggak bisa nyenyak tidur.
Sekitar jam setengah 5 pagi, gue beranjak dari kursi untuk mencari early breakfast. Setelah muter-muter sebentar mencari tempat makan yang udah buka, mata gue tertumbuk pada… TOAST BOX. Ya Lord, Toast Box menjadi salah satu kenangan khas dalam SuperTrip kali ini. Menu Toast Box di KLIA2 pun disesuaikan dengan kearifan lokal, nggak ada sup makaroni atau menu haram lainnya, hehe. Gue memilih paket roti dengan taburan abon ayam, disajikan dengan telur rebus setengah matang (gara-gara ini, gue merasa salah pesen) dan secangkir kopi panas.

Nggak di Hong Kong nggak di KL, sarapannya tetep aja Toast Box
Nggak berapa lama setelah selesai sarapan, gue berjalan turun menuju boarding room. Sempet agak cemas dengan pemeriksaan X-ray sebelum masuk lorong-lorong boarding room, namun puji Tuhan berjalan lancar sampai masuk ruangan.
For real this time, gue ucapkan sampai jumpa pada perjalanan ini. Penerbangan AK416 gue jalani pagi itu tanpa on-board meals, tanpa kursi pilihan, tanpa mandi. Namun tulisan ini bukan tulisan terakhir perjalanan ini. Gue masih akan menulis tentang transportasi umum, akses ke Disneyland Resort, dan rangkuman budget-tips-itinerary. Sampai jumpa pada perjalanan berikutnya. Doakan autumn ini gue bisa menjejak sebuah negara 4 musim. Keep learning by traveling~
Kepincut ama Nutella Gonya guh, pengen wkwk.
Koyo Nyam Nyam, Ry, wkwkwk
Nutelanya sepertinya enak tuh, aku belum pernah ke Hongkong, suamiku yang udah pernah tahun 2012 lalu, kalau malaysia udah pernah 2013 hanya transit bentar, 2019 awal taun ini sampai ke Melakanya, semoga bisa ke Disneyland Hongkong bersama suami dan anakku nanti ah.
Itu Nutella seperti Nyam Nyam hehe. Semoga terwujud ya ke HK bersama keluarga 🙂
Masalah perut jangan sampai kosong. Untung di pesawat udah pesan makanan yaak.
Kenapa Nugie takut sama timbangan dan X Ray ? Wkwkw
Takut overweight mas, huahahaha
Gue sendiri belum pernah sih explore Bandara Hong Kong walaupun beberapa kali transit lama di sana. Tapi seinget gue memang ga banyak tempat makan, beda sama Singapore yang di Basementnya banyak tempat makan.
Lumayanlah bisa ngemil NutGo! hahaha.
Iya, heran akutu. Padahal bandara besar dan salah satu yang terbaik tapi kok nggak banyak tempat makan.
Kalau saya yang kesana, pastinya keder dan bingung. Terlalu megah.
Itu tadi keretanya tanpa driver, keren juga ya.
Pelan-pelan, mas. Mulai dari KL aja dulu hehe.
Iya tanpa masinis. Di Changi juga gitu. Di Soetta juga gitu sebenernya, tapi entah kenapa pihak AP lebih memilih pakai masinis.
Nutella Go belom ada ya di Indonesia?hahah jadi pengen ngemil nutella go..Semoga keinginannya jelajah negara sub tropis terkabul…Doakan saya bisa jelajah Asia dulu ajah tahun ini hahaha…
Kayaknya belom ada. Kayak Nyam Nyam sih 😀
Kalau X-ray nggak akan dicheck beratnya mas jadi nggak akan ketauan kalau overweight. Tapi kalau after check in counter itu bakal ditimbang biasanya di KLIA2/KLIA, tipsnya kalau memang dirasa backpack overweight, bisa dengan bawa tas jinjing kecil (totebag) dan masukin barang yang sekiranya berat disitu sedangkan backpack biarkan nggak terlalu menggembung. Biasanya yang dicheck hanya tas jinjing atau koper cabin saja sedangkan yang di punggung nggak dicheck selama tasnya nggak kelihatan gembung (full). Nanti baru deh di packing ulang setelah melewati imigrasi counter 😀 by the way, Toast Box memang enak, ada juga Isaac Toast juga enak dan murah (kalau yang ini dari Korea tapi available juga di Malaysia) 😀
Iya kak. Tadinya aku mikir harus keluar imigrasi dulu, makanya kepikiran bakal ketemu sama timbangan setelah konter check-in itu seperti yang kualami saat terbang ke Macao (coba baca tulisan terkait)
Sekarang kayaknya pengecekannya lebih ketat hehe
Yang aku ingat dari bandara ini, mereka ada timbangan gede banget. Jadi timbangannya menyatu sama lantai, kayak timbangan mobil/truk gitu. Aku sempat nimbang ransel di sana hehe.
Dulu berangkat dari sana pagi. Semalaman aku nunggu di bandara. Capek banget. Kursinya gak nyaman, Yang bikin nyesel, mestinya aku masuk setelah imigrasi, tempat tunggunya jauh lebih nyaman dan ada air anget pula. Aaa padahal bisa masak mie cup. 😀
Pas aku ke sana nggak liat ada timbangan sih, mas. Padahal aku udah cemas juga.
Hehe pengalaman pertama sama suatu bandara memang selalu “berkesan” ya 😀
Mana sehari sebelumnya akan kan jatoh, kakiku memar. Sakit bener >.<
Pinginnya bisa istirahat yang agak nyaman. Minimal bisa baringan kayak di KLIA2 hahaha, eh gak nemu tempat yang oke. Jadilah semalaman posisi duduk.
Y ampun itu udah kayak naik kereta semalaman mas. Jatoh di mana btw? Memar?
Jatoh di avenue of stars. Untung aja kameraku gak hancur secara kebentur di lantai dan ketindihan badan huhuhu.
Aduh, itu kan keras semua 😦
Kerennya Bandara Hongkong, memang kelihatan futuristic banget, ya. Dari ruang tunggu sampai sky trainnya beneran keren. Jadi pengen juga main ke Hongkong. Moga suatu saat bisa kesampaian ke sini.
Amin amin, semoga terwujud ya
Hikmahnya, bisa jadi cerita panjang lebar di sini ya :p
Untungnya juga, setelah melalui berbagai drama, bisa nikmati boarding gate yang luar biasa cakep! Kayaknya emang perlu berangkat awal banget biar bisa eksplor lagi, dan pastinya dalam keadaan perut sudah terisi. Hihi..
Betul sekali. Itu dia hikmah dalam perjalanan kali ini 😀
ditunggu tulisan negara 4 musim nya bro. moga2 aja jepang wakakak
derita anak2 air asia. takut sama timbangan wakakak. kalo saya sekarang tiap traveling bawa timbangan portable bro. kayak2 timbangan gantung gitu tapi rada kecil bentuknya. jadi pas malem sblm berangkat/pulang selalu timbang ulang
soalnya pernah kejadian hampir ngak bisa pulang gara2 barang bawaan kebanyakan wkwkwk
Amin amiiinnn.
Lebih tepatnya kalo via KLIA sih, di luar itu kayaknya aman. Harus belajar light packing nih. Gue pas dari KLIA ke Macao juga nyaris harus beli bagasi, untung bisa diakalin.
Minggu lalu saya kena tuh sama timbangan maut. Mungkin karena lagi padat, yang terlihat geret koper disuruh timbang mana jam terbang mepet sementara antrian imigrasi mengular mendekati pintu masuk.
Karena berat koper sudah gak bisa diakalin, mau gak mau lari mbungkus koper dulu baru disetor ke konter drop baggage 😉
Aku mulai berpikir, udah saatnya move on dari AirAsia kecuali buat trip ringan 😦
Beli bagasi go show kena berapa, kak?
gak beli bagasi karena sudah dapat jatah bagasi, hanya selalu malas memasukkan barang ke bagasi. terlebih malas menunggu koper muncul saat mendarat hahhaa
Oh i see. Bener banget kak. Males nungguin karena suka lama 😦
setelah beberapa kali ke blog ini, jadi hafal deh narasi selalu dilengkapi dengan foto2 yang ditel banget.., kepikiran ya moto2 semua momen dan sudut2 bandara..
Hehe begitulah. Setiap sudut tempat pasti kufoto, apalagi aku memang suka sama bangunan dan transportasi umum.
Bagus ya skrng bndaranya. Mini parfume jo malone murce neh di sini pdhal tempat laen harganya mahal. Paling enk liat bandara kyk gini mh belanja kl ada duit hahhh
Huahaha. Sayangnya niat ada, duit yg sering gak ada ya 😦
Duh lihat gambar airportnya langsung terasa capek kakikuuu, luas banget ya Nugie..kalau salah terminal kayak dirimu makin lama olahraganya hehe…apik bandaranya, futuristik banget…
Iya mbak luas, mana jarang travelator. Aku juga suka banget desainnya yang futuristik!
Ulasan yang lengkap dengan bandara Hongkong yang luar biasa mewahnya 🙂 Toast box nya kelihatan yummy! Buat nunggu pesawat aja bagus bener ya. Penumpang bakalan betah nih. Btw kudu kuat jalan2 di luar dan dalam bandaranya ya saking luasnya. Roasted chicken pake lada hitam ala AIr Asia ini hhmm… kenyang ga segitu, mas Matius? hihihi.
Aku tetep gak betah lama-lama sih karena gak banyak fasilitas pengusir bosan, hahaha. Roasted Chicken-nya… Hm, buat perutku udah lumayan sih mbak.
bandaranya megah banget. desainnya juga cakep mas.. seru sekali bisa jalan-jalan kesana. jadi pengen kesana juga
Yes keren banget!
Moral of the story, kalo terbang dari Bandara Hongkong nggak boleh mepet-mepet yaaak, biar bisa menikmati mewahnya Bandara Hongkong dan nggak ngos-ngosan lari-larian di bandara super gedhe itu.
Btw, timbangan di KLIA itu emang bikin parno deh, petugasnya kalo pagi buta begitu berasa galak banget lagi.
Eh, masalah telur setengah mateng, aku juga nggak doyan. Nggak minta dimatengin lagi aja telurnya?
Iyaaa terus karena harus spare waktu buat naik Skytrain. Waktu kedatangan dan durasi perjalanannya di luar kuasa kita soalnya.
Mungkin karena masih pagi, jadi energi mereka masih full hehe.
Udah keburu dipecahin terus disajikan kak, aku nggak enakan hehe
Bandaranya gede banget ya. Sampe dua kali naik sky train gitu buat sampai ke gate yang dituju
Aku suka lihat desain lagit-langit bandaranya. Kece banget euy
Btw itu telur setengah mateng mah enak klo buat aku, suka banget soalnya haha
Iya langit-langitnya kece bangeeettt! Kayaknya bandaranya kayak komplek gitu, jadi dihubungkan dengan skytrain.
Terminal 2 nya keren dan rapi sih memang. Kalau aku sih belum pernah bermasalah dengan imigrasi, karena setiap kali keluar negeri selalu pakai paspor biru (Tugas Negara), dimana setiap tunjukin paspor itu langsung beres. ahahaha
Keren banget pake paspor biru bang
Ya Tuhan saya jadi keinget ini masih simpan octopus card. Hahaha… Tapi entah saldonya masih ada atau enggak. Lupa. Ah jadi pengen balik HK lagi jadinya
Aku juga masih simpen hehe. Saldonya masih ada dikit.
Ku baru nyadar, kamu pergi cuma dua hari dua malam, tapi ceritainnya detail banget selama di sana. Sampai 3000 kata.
Pengen tahu nih, negara 4 musimnya ke mana nih?…
Iya mbak, aku cuma 2 hari 2 malam di HK haha. Aku memang suka cerita perjalanan dengan kronologis dan detil, biar bisa ada banyak hal yang dikomentarin.
Pengennya sih Korea mbak 🙂
Bandaranya megah dan mewah banget yaa bang keren banget!
Btw, itu Nutella Go nya enak yaa bang? Moonmaaf salfok wkwk
Wkwkwk enak bro
Ruang tunggu Bandara Hongkong kereeen..
Etapi kok aku ngerasa ikut capek baca ceritanu kali ini..hehe..
Hehe emang capek mbak 😀
Sepakat dengan megahnya bandara ini. Keliatan banget dari foto-foto yang dipajang di post.
[…] Hong Kong International Airport ada di Chek Lap Kok Island, deket sama Disneyland dan Ngong Ping, tapi ‘kan nggak asyik juga kalau langsung ke sana setelah mendarat atau sebaliknya, karena kamu akan berada dalam kondisi ribet membawa-bawa backpack atau koper. […]
[…] masuk dari salah satu pintu lalu naik lift ke level Arrival Hall. Sebentar kemudian, Arrival Hall Hong Kong International Airport yang riuh dan modern tersaji di depan mata. Jangan lewatkan cerita perjalanan berikutnya buat tau […]
[…] peron, sampai akhirnya kami melayang di atas tanah. Nggak lama kemudian, kami menikmati pemandangan Bandara Internasional Hong Kong dari kejauhan. Lokasi Stasiun Tung Chung memang udah deket sama bandara. Jadi dari dalam kereta, […]
[…] perjalanan yang lebih berfaedah, misalnya untuk penerbangan Bandung – Kuala Lumpur – Macao atau Hong Kong – Kuala Lumpur – Bandung pada Mei 2019 […]
[…] Hong Kong International Airport (HKIA) ini juga punya kereta bandara yang mirip-mirip dengan KLIA Ekspres, tapi gue lupa apakah ada wifi juga. Harganya juga sama-sama Rp 200ribuan. Bedanya, Hong Kong Airport Express berhenti di Stasiun Tsing Yi, Kowloon, baru Hong Kong. […]