Ketibaan
Errr, mungkin lebih tepat pakai istilah “kedatangan” ya. Jadi kayak bahasa Melayu gini. Tapi nggak apa-apa, buat variasi, blog gue ini, suka-suka gue mau ngapain *lalu di-unfollow massal*
Rabu, 29 Januari 2014 pagi, gue berhasil sampai di Stasiun Gambir setelah melalui jalanan ibukota yang tergenang banjir. Bahkan taksi gue — cieee naik taksi — terancam mogok di tengah banjir karena tak kuat menahan genangan air yang cukup tinggi. Udah bau karet terbakar gitu sih, udah keluar asap juga, puji Tuhan masih bisa jalan sampai stasiun dengan selamat sentosa. Setelah menukar struk pembelian dengan tiket, gue menunggu selama kurang lebih satu jam di stasiun, duduk-duduk cantik sambil sarapan dan Whatsapp-an. Jam setengah tujuh, harusnya kereta Purwojaya dengan tujuan akhir Cilacap ini udah dateng, tapi rupanya kereta terlambat setengah jam.
Penantian yang membosankan itu akhirnya menemui akhirnya. Gue masuk ke dalam gerbong Eksekutif 1, duduk bersebelahan dengan mbak-mbak yang sepanjang jalan Cuma bisa bobok imut di samping jendela. Perjalanan tak berjalan semulus yang gue kira. Baru beberapa menit berjalan meninggalkan Gambir, kereta masih harus terhenti di Stasiun Manggarai karena banjir di Stasiun Jatinegara. Keretanya nggak bisa lewat. Terus? Kita harus nunggu surut dulu gitu?! Untungnya enggak sih. Entah pada puluh menit keberapa, kereta akhirnya melanjutkan perjuangannya. Tapi eh tapi, duh Gusti paringana sabar, kereta sempat beberapa kali berhenti lagi di tengah jalan. Nggak tahu deh kenapa. Fix gue bakal super telat sampai di Cirebon!
Bener aja sih. Gue sampai di Stasiun Cirebon sekitar jam setengah 12, molor dua jam dari jadwal yang seharusnya! Meminta bantuan pada seorang porter untuk membawakan koper dan tas jinjing gue yang segede gaban (gue sendiri masih membawa ransel gunung yang gelendotan di balik punggung), gue bergerak keluar stasiun dan menemui mas-mas driver yang siap mengantar gue ke kantor cabang.
Sub-judul “Ketibaan” berakhir di sini ya 🙂
Belanja-Belanji di Jalan Siliwangi
Hari Jumat ini bertepatan dengan hari raya Imlek. Sayangnya gue kerja 6 hari, jadi nggak bisa pulang ke Jogja atau ngetrip ke luar kota karena hari Sabtunya harus masuk. Sebagai gantinya, gue memutuskan untuk memulai petualangan kecil gue di Kota Udang ini. Berbekalkan sepeda motor punya teman kost yang lagi pulang kampung, gue meluncur menuju kota. Tujuan utamanya sih PGC (Pusat Grosir Cirebon) dan Surya Siliwangi, mau belanja baju buat kerja dan mejeng.
Dari kost gue di daerah Sumber, perjalanan ditempuh selama kurang lebih setengah jam. Iye, kost gue daerah pinggiran. Saran aja nih ya buat yang berkendara pakai sepeda motor atau mobil di Cirebon: nggak usah ngebut-ngebut. Orang Cirebon itu suka nyelonong. Gue hampir nabrak angkot yang tiba-tiba menepi, atau tukang becak yang nyeberang seenak udelnya. Harus ekstra hati-hati!
Ternyata rutenya gampang. Gue tinggal ikuti papan penunjuk jalan, lalu berjalan terus, terus, dan terus, eh tiba-tiba udah di Jalan Siliwangi aja. Cuma sekali aja gue salah belok. Nggak pakai GPS atau Google Maps sama sekali, gue lebih suka tanya orang atau mengandalkan papan penunjuk jalan.
Jalan Siliwangi adalah denyut nadi kota Cirebon. Pusat perbelanjaan berjajar di sini, dari PGC, Surya, hingga Asia Toserba. Belum dengan toko-toko baju yang berjajar di sepanjang jalan. Kayak Cihampelas atau Malioboro dengan versi yang lebih bersahaja sih. PGC-nya aja nggak terlalu gede, Cuma 3 lantai. Lantai 3-nya pun dipakai bareng-bareng buat foodcourt, game, pusat handphone, sama jualan baju. Biaya parkir PGC Cuma dua ribu perak sampai batas waktu yang tidak ditentukan hahaha. Di PGC, gue berhasil mendapatkan dua setel kemeja kerja dan satu setel celana kain dengan harga Rp 210.000, satu setel celana chinos Rp 130.000 (udah harga pas tuh), dan satu setel kemeja gaul Rp 80.000. Emang jauh sih dari harga di Pasar Baru atau Beringharjo, tapi ini udah oke.
Meninggalkan motor yang diparkir begitu saja di PGC, gue berjalan menelusuri Jalan Siliwangi. Masuk Surya dan Asia Toserba dengan harapan menemukan sebuah pusat gadget yang mumpuni, tapi ternyata nggak ada. Oh ya, Surya itu semacam Supermarket, mirip banget sama Griya. Ya dari namanya, sampai model price tag-nya. Sempet makan siang juga di sebuah warung Nasi Lengko pinggir jalan dengan harga Rp 6.000. Isinya ada tahu tempe yang dipotong-potong, kecambah, lalu disiram sambel kacang. Tambah enak kalau ditemenin kerupuk!
Rumah dinas Bupati Cirebon berdiri cantik di simpang Jl. Siliwangi. Selain menarik karena arsitektur klasiknya, ada beberapa ekor rusa di area tamannya. Tepat di seberang Rumah Dinas, ada alun-alun kota Cirebon yang bersebelahan dengan Masjid Agung Cirebon / Masjid At-Taqwa. Gue sempet masuk ke dalam Islamic Center-nya, berharap menemukan koleksi-koleksi islami yang historis. Tapi ternyata nggak ada apa-apa tuh di dalem, cuma kayak aula untuk kegiatan-kegiatan.
Masih menyusuri Jl. Siliwangi, gue mendapati beberapa bangunan tua yang kini dipergunakan untuk keperluan komersial, kayak foto bank yang di bawah ini nih. Beberapa meter di sampingnya, Gedung Balai Kota Cirebon berdiri antik dengan warna putih yang mengguyur gedungnya. Buat gue, gedung Balai Kota Cirebon ini lebih mirip gedung stasiun kereta api, hehehe.
Sejatinya gue juga pengen ke Keraton, karena katanya nggak jauh dari Jl. Siliwangi. Namun karena cuaca yang terus-terusan gerimis rintik-rintik, gue akhirnya mengurungkan niat itu. Mungkin minggu depan ya. Yang jelas, di sinilah surga belanjanya Cirebon. Jangan lupa menawar saat bertransaksi ya, sebisa mungkin dapatkan harga yang paling murah.
Tunggu petualangan gue berikutnya di kota ini 😀
empal gentong terlewatkan? oh noooooo
Siapa bilang, bang? Pagi pertama di Cirebon gue langsung sarapan pake Empal Gentong. Cuma emang belum gue masukkin di sini, nanti aja di post sendiri.
Lagipula, ini baru seri CireBon Voyage yg ke-1, masih ada lanjutannya. Ikuti dulu sampai kelar, bang. Jangan buru-buru ambil kesimpulan 😀
waaah jalan-jalan sambil belanja.. aseeek
Yoih!
Eh mall paling gede di cirebon apaan selain PGC ??? gw paling demen kalo ke kota kecil trus masuk mall nya menikmati atmosfir masyarakat setempat hangout 🙂
Ke Cirebon Super Block atau Grage City Mall 2 aja bang.
Ternyata banyak bangunan bersejarah yang masih difungsikan ya?
Kalau udah ke keraton Kasepuhan Cirebon share ceritanya ya hehehe
Udah ke sana kemarin, mas. Tunggu artikelnya :))
[…] hampir setiap masjid raya di kota-kota Indonesia yang aku hampiri. Dari Masjid Raya Bandung, Cirebon, Semarang, Solo, hingga Palembang. Nah, siapa yang tak kenal Masjid Agung Baiturrahman? […]