Untuk sebagian besar wisatawan, nama “Klang” mungkin belum jamak didengar. Jika berbicara tentang kota atau daerah wisata Malaysia, biasanya yang tebersit adalah Kuala Lumpur, Melaka, Langkawi, dan Penang. Namanya bahkan masih kalah pamor dari Johor atau Ipoh. Padahal, sebagai sebuah bekas ibukota Selangor, Klang menyimpan banyak harta karun untuk kamu yang gemar menjelajah sejarah, arsitektur, kuliner, dan tempat-tempat instagrammable!
Jumat, 10 Februari 2017. Sudah terlalu sore ketika aku akhirnya tiba di Stasiun Klang, Selangor. Lamanya antrian imigrasi di Kuala Lumpur International Airport (KLIA) 2 membuat perjalanan sedikit terhambat. Padahal aku sudah diberangkatkan oleh AirAsia dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung, pukul 8:30. Lepas dari proses imigrasi dan mampir sejenak di KL Sentral untuk bersantap siang, aku kemudian melakukan check-in dan beristirahat singkat di Tune Hotel “Downtown”, Medan Tuanku.

pekerja kantoran di dalam kereta
Perjalanan menuju Klang dari KL Sentral rupanya lebih lama dari yang aku perkirakan. Perjalanan seharga 5 MYR tersebut ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam, melalui stasiun-stasiun pinggiran Kuala Lumpur yang sederhana, rumah-rumah tapak yang berderet di sudut-sudut jalan kecil nan tenang, dan blok-blok apartemen monoton yang mengisi ruang kosong di cakrawala.
Aku berdiri selama hampir seluruh perjalanan. Kereta dipenuhi dengan warga yang selesai beraktivitas di pusat bandar ibukota, beranjak kembali ke rumah atau apartemen mereka di kawasan pinggiran. Sebelumnya, aku tak pernah mengalami ini. Di setiap perjalanan dengan KTM Komuter pada kesempatan-kesempatan sebelumnya, kereta selalu lengang, menyisakan banyak kursi kosong untukku.

balai bomba penyelamat kota raja

jalan-jalan kota klang yang tenang
Berbekal buku Klang Valley for Locals yang kudapatkan secara gratis dari KL City Gallery pada bulan Agustus 2016 silam, aku melenggang menyusuri jalanan kota Klang dengan percaya diri. Meskipun sempat salah mengambil arah, namun akhirnya aku berhasil juga menemukan tempat pertama yang direkomendasikan buku tersebut: Balai Bomba dan Penyelamat Kota Raja, Klang.
Meski berukuran mungil tanpa tingkat-tingkat yang tinggi menjulang, bangunan itu tak gagal mencuri perhatian. Aksen-aksen warna merah cerahnya sukses memikat mata, membuatku berhenti sejenak untuk mengabadikannya melalui lensa kamera.

gapura

kuil sri nagara thendayuthapani klang
Dari Balai Bomba, terlihat sebuah masjid dengan kubah besarnya yang menyeruak di antara pertokoan. Aku pun bergegas meninggalkan Balai Bomba. Niat hati menghampiri masjid melalui jalan memutar, aku justru tiba di sebuah obyek lain yang membuat langkah terhenti: Sri Nagara Thendayuthapani Temple. Tempat ini pun disebutkan dalam rangkaian Klang Walking Tour di dalam buku Klang Valley for Locals, namun aku tak menyangka akan menemukannya secara tidak sengaja seperti ini. Kuil ini merupakan yang tertua di Klang, usianya mencapai 150 tahun.
Dari titik itu jugalah, aku justru dihadiahi Tuhan dengan rona jingga yang menjadi latar kontras bagi kubah masjid yang berwarna toska, lengkap dengan lengkungan busur-Nya yang mengisi langit senja.
Lepas dari Sri Nagara Thendayuthapani Temple, aku melanjutkan langkah menuju sang masjid yang sisi belakangnya menghadap ke arah kuil, dipisahkan oleh sebuah taman dan pepohonan. Wah, aku jatuh cinta dengan suasana Klang. Jalan-jalannya yang kecil tampak begitu lengang, sejuk, pejalan kaki sepertiku merasa begitu tenang saat menyeberang jalan. Tidak seperti Kuala Lumpur yang riuh dengan hiruk pikuk kota metropolitan, Klang terasa begitu damai dengan ritme hidupnya yang lambat. Padahal saat itu adalah hari Jumat, bukan akhir pekan.
Nah, di sebuah persimpangan kecil yang tenang itu, sepasang bangunan apik kembali menahan langkahku menuju masjid. Adalah St. Barnabas Church dan Gereja Methodist Tamil Klang yang berdiri manis mengapit Jalan Mohet yang tenang. Bukankah ini begitu indah? Masjid, kuil, dan gereja, berdiri saling berhadapan di atas satu pijakan.
Sebelum gelap menyergap, saya kembali melangkahkan kaki menuju masjid yang jaraknya tinggal sepelemparan batu. Nama lengkapnya ialah Masjid Muslim India Tengku Kelana. Kubah toskanya dan warna biru yang mengguyur dinding fasad membuatnya tampil harmonis dengan rona langit di penghujung senja.
Masjid Muslim India mulai dibangun pada tahun 1904 oleh komunitas india muslim dari Tamil Nadu bernama Hanafi Mazhab. Dengan sejarah panjang yang sudah dilaluinya, masjid ini seakan menjadi saksi bisu perkembangan kota Klang, kota sultan yang dulunya menjadi ibukota Negara Bagian Selangor, sebelum digantikan Shah Alam saat ini.

masjid muslim india tengku kelana klang

mee goreng mamak terenak di klang, katanya
Malam menjelang, saatnya mengisi kembali energi yang terkuras sepanjang hari. Restoran Sri Baratha Matha Vilas, yang masih berada di kawasan Jalan Tengku Kelana, menjadi perhentianku sejenak. Konon, Mee Goreng di restoran ini adalah salah satu yang terbaik di kota Klang. Ketika aku datang, beberapa warga lokal etnis India atau Tamil sudah mengisi beberapa mejanya dalam kelompok-kelompok kecil.
Tak perlu waktu lama menunggu sepiring Mee Goreng dan segelas Teh Tarik Panas terhidang di atas meja. Lalu, apakah betul seenak yang dikatakan? Untuk kita orang Indonesia, rasanya biasa saja, bahkan cenderung kurang kuat, mungkin karena tidak menggunakan mecin? Tapi, porsinya sangat cukup, komposisinya meriah, dan harganya murah! Toh akhirnya sepiring Mee Goreng itu tandas dilahap perut yang kelaparan.

jembatan kota, klang
Jembatan Kota (Kota Bridge) dan Masjid Diraja Klang menjadi destinasi pamungkas malam itu. Dihiasi lampu yang berwarna-warni, Jembatan Kota membentang di atas Lebuhraya Persekutuan, Jalan Raya Barat, dan Jalan Tepi Sungai. Ini adalah sebuah tempat yang menyenangkan untuk bersantai, bercengkerama, berfoto ria, sambil menikmati panorama kota. Apalagi, tak ada pengunjung lain saat itu. Aku puas mengabadikan ketenangan kota Klang dan jalur relnya yang hening ditelan malam.
Aku tidak benar-benar mampir di Masjid Diraja Klang, hanya mengabadikan keindahannya dari atas Jembatan Kota. Duduk persis di tepi Sungai Klang, Masjid Bandar Diraja Klang (Klang Royal Town Mosque) tampil agung dengan minaret tinggi dan kubah megah yang berpendar keemasan. Berbalut desain arsitektur yang memadukan gaya Moorish dan Art Deco, masjid ini selesai dibangun pada tahun 1934 dan diresmikan oleh Alm. Sultan Sir Alaeddin Sulaiman Shah. Maka, masjid ini pun dinamakan Masjid Sultan Sulaiman.
Baca Juga: Mengembalikan Gemilang Sungai Klang yang Hilang
Akhirnya, sekitar pukul sembilan malam, aku benar-benar mengakhiri petualangan singkat ini di Klang. Aku berjalan kembali menuju stasiun, melalui jalan-jalannya yang sepi, namun sama sekali tidak terkesan menyeramkan. Di Kuala Lumpur atau kota-kota di Pulau Jawa, kota kecil sekali pun, Jumat malam adalah saatnya menikmati masa dengan keriuhan. Namun tidak dengan Klang. Aktivitas sudah terhenti di beberapa sudutnya, termasuk di kawasan stasiun yang biasanya selalu ramai.

ketika masjid, gereja, dan kuil berdiri di atas satu pijakan
Aku suka dengan kota kecil ini. Klang ibarat Melaka atau Penang sebelum diserbu gelombang turisme, bangunan-bangunan tuanya berdiri permai di sudut-sudut jalannya yang damai. Jadi, kalau kamu memiliki waktu senggang, atau sudah terlalu bosan dengan kesibukan Kuala Lumpur, cobalah melipir ke Klang, sang ibukota lama yang tenang…
cukup memanjakan mata untk street photograhy ya mas
Betul. Jalannya banyak yang sepi pula, bisa ke tengah hehe
Wah dulu pertama kali ke Malaysia, eh, ke luar negeri malah, ya ke Klang ini. Tapi cuma lewat doang sih, soalnya wktu itu masuknya dari pelabuhan Klang, trus lanjut ke KLCC naik komuter… udah beda ya sekarang komuternya…
Weh, naik kapal dari mana mas? Iya udah armada baru. Tahun 2014 aku masih sempet ngerasain kereta armada lama sih.
Dari Dumai wktu itu… ada rutenya Dumai-Klang sama Dumai-Malaka..
I see. Seru juga ya naik kapal lintas negara.
Iyah lumayan… hehehe..
jadi pengen mee goreng mamak hahah
Makan, kak. Makan hehe
Aku juga senang jalan-jalan ke kota berisi bangunan-bangunan tua seperti di Klang ini. Sambil membayangkan masa masa kejayaan mereka. Dengan wajah tuanya yang terawat seperti ini aku rasa sebentar lagi Klang juga akan tumbuh jadi kota tourisme seperti Melaka dan Pinang. Kalau sekarang belum mungkin pemerintah Malaysia atau badan pariwisata mereka saja yang belum mempromosikannya. KP jadi kota turis atau bukan berjalan di antara gedung gedung tua menimbulkan sensasi yang aneh tapi menyenangkan untuk saya
Iya mbak. Negara Bagian Selangor lagi promote wisata di daerahnya, dan cepat lambat Klang akan kena promote juga 🙂
Jujur Kak, saya baru tahu kota Klang dari post ini. Ternyata menarik juga ya berkunjung ke kota-kota kecil didi negara lain.
Lebih tenang daripada di ibukota atau kota besar mas 😀
Haiahhh…. Jadi inget Jakarta. Kalo orang luar Jakarta liburan ke sana, pasti pada pengen ke Monas. Padahal di Monas itu panass pake banget. Ahahah. Ya emg ikon Jakarta sih.. Padahal d Jakarta ada banyak banget tempat buat dikunjungi.. Tp gtw Monas selalu menarik perhatian….
Nah ini ni.. Senasib dg Malaysia. Kalo ke Malaysia kudu foto di gedung kembar yang mirip tongkol jagung itu. Kalo g ke situ dan foto di situ, bs dibilang g afdol ke malaysianya….
Dan ini baru ni. Baru tahu… Dan lucu tuh mas candi sri Nagaranya Mas.. Masih kerasa Indonesianya…
Banyak tempat wisata menarik di Malaysia selain KL, mas. Duh udah jadi duta wisata Malaysia nih hehe
Sebagai bekas ibukota Selangor, Klang ini relatif sepi ya kak. Kayak kota yang ditinggal gitu 😅
Anyway, arsitektur gerejanya bagus banget, sukaa..
Iya sepi, kak. Yang rame cuma jalan protokolnya.
Yup. Sayang nggak banyak informasi soal gerejanya
wisata memang tak melulu keindahan alam ya. wisata arsitektur ternyata asik juga
Aku malah lebih suka wisata peradaban kayak gini daripada alam, mas. Hehehe
Heee, itu tempat-tempatnya klasik-klasik keren gimana gitu 😀 hihihi sukaaaaaak banget sama tempat-tempat macam Klang gini eh 😀
Yok ayok ke Klang hehehe
Langsung berangkat nih *dimimpi* :’)
Hehehe tiket ke KL murah kok
Klang ini pernah dengar, tapi masih asing ya. Kotanya gak begitu besar ya, tapi kayaknya nyaman buat disusuri.
Btw, berdiri satu jam gitu akan terasa biasa kalau udah sering naik commuter line Jakarta – Bogor tiap hari, gi. 😂😂
Kalau rajin baca peta transit KL, pasti akan baca nama Klang karena dia jadi nama stasiun di ujung lintasan KTM Komuter hehe.
pokoknya kalau ke kl kabarin ya. aku ikut.
siaaappp
Daripada travelling ke kota populer kok aku lebih suka ya baca-baca destinasi wisata budaya yang seperti ini. Semoga next time bisa nyusul untuk mampir kesini 🙂
Regards,
Dee – heydeerahma.com
Kota-kota kecil kayak gini memang menarik buat yang udah jenuh sama kota besar 🙂
Hmm,..kalau ke Malaysia memang malas ke KL… Mungkin kapan2 alternatif ke Klang ini, bisa gw coba…
Bosen ya sama KL hehe
Kuil Sri Nagaranya mirip Sri Mariaman di KL ya
Bisa dibilang semua kuil India di Malaysia dan Singapura seperti itu, koh. Yang agak berbeda dari kuil di Klang ini adalah desain gapuranya.
Menarik juga ya. Sesekali pengen travelling ke kota macam klang ini, tinggal beberpa hari disana, menikmati cafe lokal, menulis, dan santai…
Menikmati hidup. Layf!
Awesome! aku malah fokus ke mee goreng. Baru pertama kali denger kota ini 🙂
EHehe mee gorengnya mengalihkan perhatian banget ya 😀
Penasaran dengan rasa mie mamak nya mang matius euy, manztap skalee kyanya
langsung berangkat ke klang 😀
Seingetku daerah ini sering disebut di buku My Stupid Boss. Sekilas nampak Malaka versi mini ya. Dan, setelah baca tulisan ini aku jadi kangen Malaka #lho.
Aku mupeng ke Ipoh. Rasanya mau khatamin semua daerah yang ada di Malaysia hehehe. Indonesia juga tentu.
Buat pecinta wisata urban kayak kita (?), kota-kota Malaysia memang menarik. Melaka, Penang, Ipoh, Johor, Langkawi, Kuala Terengganu, Kota Kinabalu, ah… nggak nolak semua deh.
Memang ampuh menikmati sebuah daerah yg belum jadi destinasi mainstream . Belum banyak saingan turis . Btw Selain rumah ibadah, dan jembatan, apalagi yang menarik di Klang ya ?
Kulineran sama alam, mas. Tapi buat wisata alamnya kudu punya kendaraan sih..
wah, kalau githu nanti dari Melaka yang aku mau balik lagi, aku sekalian mampir ke Klang kak. seru abis nih.
oke banget tuh koh 😀
Menarik banget ya, melihat kota kecil negara lain… oke banget
bisa melhat sisi lain juga 🙂
dilihat dari fotonya sepertinya kota ini memang benar-benar sebuah kota yang tenang. bisa jadi referensi buat liburan nih.
iya, mbak. senang bisa menginspirasi 🙂
dan ibukota pun sudah baru berpindah ke putrajaya ya?
Iya gedung2 pemerintahan dipindah ke sana, mbak. Tapi basically orang tetep menyebut Kuala Lumpur sebagai ibukota overall
[…] Salah satu ceritanya bisa dibaca di: Menjelajah Klang, Sang Kota Raja yang Tenang […]
Ada kah hostel murah di klang ini ?
Nggak tau kalo hostel, kalo hotel ada.
[…] semak-semak liar dan gedung-gedung yang monoton. Asyiknya naik KTM Komuter, gue bisa melihat wajah kawasan metropolitan Klang Valley (Lembah Klang) selain kota Kuala Lumpur itu sendiri. Perjalanan menuju Batu Caves memakan waktu antara 30-45 […]
[…] Baca Juga: Menjelajah Klang, Sang Kota Raja yang Tenang […]
[…] Baca Juga: Menjelajah Klang, Sang Kota Raja yang Tenang […]