SUPERTRIP #1 – SIKUNANG Part 3
Bas berhenti di sebuah garasi yang luas bersama jajaran bas-bas lainnya. Rupanya kami sudah tiba di KL Sentral, Kuala Lumpur. Bingung, kami memutuskan untuk mengikuti keramaian massa menuju lantai atas melalui sebuah tangga jahanam. Begitu sampai di atas, gue terperangah takjub mendapati sebuah bangunan besar yang lebih mirip sebuah mal daripada sebuah terminal atau stasiun. Orang banyak hilir mudik di sebuah ruangan besar yang modern dan ber-AC, beberapa gerai makanan (misalnya, Burger King) dan asesoris tampak mengisi beberapa ruang kosong di dalam gedung KL Sentral itu.
KL Sentral menjadi sebuah hub untuk menghubungkan berbagai macam mode transportasi berbasis rel di Kuala Lumpur: LRT (light rapid transit), KTM (Keretapi Tanah Melayu) Komuter, KTM Intercity (Antarabandar), hingga KL Monorail. Jika ingin melanjutkan perjalanan dengan bas RapidKL atau GOKL, tinggal melangkah keluar dan bas bisa ditemui di depan gedung. Nanti akan ada tulisan tersendiri untuk membahas moda transportasi di Kuala Lumpur ini.
Kami lalu menuju lantai atas, sesuai petunjuk papan informasi yang sangat memudahkan pengunjung. Di situ, kami menghampiri kaunter tiket KTM Intercity / Antarabandar untuk memesan tiket kereta api menuju Singapura. Setelah menerima nomor antrian dari petugas, kami menunggu beberapa menit sebelum akhirnya nomor antrian kami dipanggil untuk menghadap ke kaunter tiket. Gue lantas memberitahukan ke mana tujuan gue, yang dibalas dengan pertanyaan “Mau duduk apa tidur?” dan “Berapa orang?”. Sang petugas berjilbab itu kemudian memberikan gue sebuah tiket KTM Senandung Sutera jurusan Woodlands CIQ dengan harga masing-masing 34 RM, Superior Class. Padahal niat awalnya sih mau pesen yang Economy Class aja, 26 RM. Tiketnya jauh lebih simpel daripada tiket Kereta Api Indonesia.
Tapi nggak apa-apa, yang penting tiket sudah dalam genggaman. Gue sempet khawatir kalau-kalau kami kehabisan tiket dan harus naik bus dengan harga yang lebih mahal. Kamu yang punya kartu kredit, sebaiknya pesan via online atau email aja untuk mencegah kehabisan tiket. Nggak selamanya kamu bisa beruntung kayak gue ‘kan, hehe. Saran lainnya, kalau kamu langsung beli di kaunter, sebaiknya berikan informasi jelas dengan tiket apa yang kamu inginkan. Misalnya dengan menyebutkan, “Economy Class” atau “tiket yang paling murah,” hihihi.
Naik Kereta Api dari Kuala Lumpur Sentral ke Singapura
Karena masih ada waktu beberapa jam sebelum keberangkatan pukul 22.30, kami memutuskan untuk mencari makan di sekitar KL Sentral. Udah muter-muter dan nggak menemukan tanda-tanda kawasan street food, sementara kami juga bingung dengan kawasan yang penuh dengan jalan simpang siur dan naik turun ini, kami beringsut kembali ke dalam KL Sentral.
Akhirnya, kami makan malam di sebuah pujasera (medan selera, dalam bahasa Melayu) yang terletak di bagian belakang gedung. Yang menarik dari medan selera itu adalah adanya sebuah kedai ayam penyet yang juga menyajikan beberapa menu Indonesia lainnya. Nggak mau dibilang jauh-jauh-ke-Malaysia-makannya-ayam-penyet-juga, gue memilih sebuah kedai bernama The Treats yang tampak lebih melayu. Pesanan gue adalah Nasi Lemak Biasa (ini menu termurah, sekitar 6 RM) dan teh tarik. Totalnya adalah 10 RM, sudah termasuk pajak. Sementara temen gue si Aska? Dia masuk ke dalam Seven Eleven yang juga ada di situ, dan menemukan sebuah paket nasi goreng seharga 3 RM. Seems more promising daripada nasi lemak gue yang apa adanya banget, dengan kering tempe secukupnya dan sepotong telur kecil. Fakkk!
Sekitar pukul 21.00, kami bergerak menuju platform KTM kami di platform B, terletak di lantai yang sama dengan kaunter tiket. Kursi-kursi tunggu sudah hampir penuh oleh para penumpang yang lain, termasuk sepasang bule cowok yang tampak seperti sepasang anak kembar dengan model rambut, warna rambut, dan kacamata yang sama. Sampai pukul 22.15, gate belum juga dibuka, pun tak ada suara operator yang menggaung menginformasikan kedatangan kereta api kami. Masak delay sih? Lagi?
Rupanya, sistem kereta api di Malaysia berbeda dengan sistem kereta api di Indonesia. Jika di Indonesia kereta akan datang beberapa menit sebelum jadwal dan mempersilakan penumpang untuk masuk, maka kereta api di Malaysia akan datang sesuai jadwal keberangkatannya. Nyaris pukul 22.30 ketika penumpang diperbolehkan masuk ke dalam peron dan segera masuk ke dalam gerbong-gerbong KTM Senandung Sutera yang tampak biasa-biasa aja. Tanpa berlama-lama menunggu seperti halnya kereta api di Indonesia, Keretapi Tanah Melayu pun segera bergerak dengan mulus.
Interior di dalam kereta juga biasa-biasa banget. Kursi-kursi dengan pola-pola 2-2 berderet di dalam gerbong. Tatakan kecil untuk meletakkan makanan atau minuman ada di depan setiap kursi, menempel dengan bagian belakang kursi di depannya. AC-nya dingin banget! Nggak ada colokan charger seperti dengan kereta api kita. Good point for our train 🙂
Gerbong kami sangat lengang. Hanya ada kami berdua dan beberapa pasang penumpang lainnya. Keretapi memang berjalan dengan lebih mulus daripada kereta api di Indonesia, melaju menjauhi pusat kota Kuala Lumpur yang gemerlap. Kami melalui blok-blok apartemen pinggiran kota dengan gedung-gedungnya yang menjulang. Yang bikin gue kagum adalah bagaimana cara negara ini mengatur jalur setiap moda transportasinya. Jalur rel kereta api tidak pernah bersinggungan atau melintang di jalan raya. Kalau nggak sejajar, ya ada di atas atau di bawahnya. Jadi, nggak ada tuh yang namanya palang pintu perlintasan di Malaysia ini. Konsep yang bagus menurut gue, sehingga memudahkan negara ini menciptakan sebuah sistem mass rapid transit.
Malam semakin larut, mendekati waktu pergantian hari. Kami melaju di antara kegelapan malam, sesekali tampak tiang-tiang lampu yang bersinar syahdu menerangi jalan-jalan kecil perkampungan. Lalu, bencana itu pun terjadi.
Gue nggak bisa tidur, bro! Gawat!
PENTING: UPDATE TERBARU TRANSPORTASI KUALA LUMPUR-SINGAPURA
Sayangnya, saat ini KTM Senandung Sutera dan kereta sleeper lainnya udah nggak beroperasi, digantikan oleh KTM ETS (Electrified Train Service). Lebih cepat, lebih modern, tapi juga lebih mahal dan nggak ada rute langsung ke Singapura! Dari KL, kamu harus transit di Gemas, Negeri Sembilan. Dari Gemas, ganti kereta sampai Johor Bahru, lalu di JB ganti kereta lagi dengan Tebrau Shuttle sampai Woodlands, Singapura. Ribet? Banget. Makanya, gue menyarankan buat naik bus aja yang lebih murah dan menawarkan rute langsung ke Singapura dari Kuala Lumpur. Drop-off point-nya pun bisa disesuaikan dengan lokasi hotel kamu di Singapura.
Bus, kereta api, kapal, dan van dari Malaysia ke Singapura dan sebaliknya bisa kamu book online di Bookaway. Klik banner di bawah ini.
Bookaway juga bisa kamu gunakan untuk book bus, kereta api, ferry, dan mobil dari dan ke berbagai kota di Asia Tenggara!
[…] Baca Juga: Perjalanan Darat Kuala Lumpur – Singapura dengan Keretapi Tanah Melayu […]
[…] berhubungan, tapi jaraknya lumayan jauh. Kami sampai dengan nafas terengah, masuk ke dalam Stesen Keretapi Tanah Melayu (KTM) Butterworth yang lengang. Tak ada tanda-tanda kehidupan di stasiun yang sedang menempati gedung […]
[…] tiket promo. “Jarang”, bukan berarti nggak pernah, karena pada tahun 2014 gue sukses melakukan perjalanan Yogyakarta-KL (pulang pergi) dengan AirAsia seharga hanya Rp400ribuan. Lalu gue juga sempat beli kursi gratis […]
[…] pengalaman perjalanan lintas negara gue, bisa baca cerita gue naik kereta dari KL ke Singapura, naik bus dari Singapura ke Penang via KL, naik kereta dari Bangkok ke Siem Reap, dan naik bus dari […]