Camping Kece di Bukit Alesano, Kabupaten Bogor

Mengabadikan sang Gunung Gede (difoto diam-diam oleh Jabbar)

Mengabadikan sang Gunung Gede
(difoto diam-diam oleh Jabbar)

Butuh pelarian singkat, cepat, dan hemat dari sibuknya ibukota Jakarta? Ke Bukit Alesano aja! Lokasinya ada di Cijeruk, Kabupaten Bogor, nggak jauh dari Balai Embrio Ternak (BET). Dengan total perjalanan yang hanya berkisar 3 hingga 4 jam, Alesano akan menyajikan pemandangan spektakuler kota Bogor dari ketinggian dan panorama Gunung Gede Pangrango di depan mata!

 

Perjalanan Bagian 1: Commuter Line Jakarta – Bogor Rp 6.000,00

Gelaran TAFISA Games 2016 di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, rupanya selesai melebihi dari waktu yang gue ekspektasi. Sekitar pukul 16:20, gue baru cabut dari Ancol, naik motor menerabas hujan menuju Sunter Garden Permai. Lah, kok ke Sunter? Iya gue harus balikkin motor sama ambil backpack dulu di kantor temen gue.

Dari Sunter, gue naik Go-Car menuju stasiun Jakarta Kota. Syukurlah perjalanan berlangsung lancar, hingga akhirnya jam 18:00 gue udah berada di dalam commuter line. Saat itu gue masih memakai kemeja lengan panjang, celana panjang bukan jins, sepatu pantofel, lalu bawa backpack hitam 60 L dengan gulungan matras yang tergantung di luar backpack. Bisa dibayangkan gimana gantengnya gue saat itu?

Terkantuk dalam perjalanan pulang ke Jakarta

Terkantuk dalam perjalanan pulang ke Jakarta

Terkantuk di dalam angkot kembali menuju kota Bogor

Terkantuk di dalam angkot kembali menuju kota Bogor (kedua foto diambil diam-diam oleh Hery)

Prediksi gue sih, sekitar jam 19:30 gue akan sampai di stasiun Bogor.

Nyatanya, gue baru sampai di stasiun Bogor jam 20:30. Kloter pertama udah berangkat lebih dulu dari sebelum gue naik commuter line. Sementara kloter dua yang berangkat dari Tangerang mendapat musibah di perjalanan sehingga mengurungkan niat buat datang. Didukung kondisi henfon yang udah mati total, perut yang belum diisi makan malam, gue memilih selow dulu di KFC depan stasiun Bogor buat makan malam, charging, sambil chatting sama anak-anak kloter 1 yang udah tiba di lokasi.

Sempat tebersit niat untuk mundur. Gue bahkan udah kontak beberapa kawan di Bogor, menanyakan kemungkinan apakah gue bisa menginap di tempat mereka. Ini sudah terlalu larut buat berangkat ke Bukit Alesano seorang diri.

Baca Juga: 8 Kuliner Bogor Dalam 1 Hari

Namun, melihat kloter 1 yang nggak hilang semangat menunggu, gue akhirnya mantap beranjak dari KFC dan berjalan mencari tukang ojek. Ojek pertama yang gue samperin minta bayaran Rp 100.000,00. Gue langsung melengos pergi. Ojek kedua berhasil gue tawar Rp 60.000,00 dari tawaran Rp 70.000,00. Cusss berangkat, mang!

 

Perjalanan Bagian 2: Ojek Bogor – Bukit Alesano (20 km) Rp 70.000,00

Abang tukang ojek nggak ngasih helm buat gue, yang gue asumsikan bahwa dia memang nggak menyiapkan helm buat penumpang. Tanpa helm dan tanpa jaket, dengan kemeja yang baru saja kering setelah basah kehujanan, gue bertahan di atas boncengan melawan angin malam kota Bogor yang saat itu bertiup cukup kencang.

Semakin lama, semakin tinggi, semakin angin bertiup kencang. Saat itu kami sedang melalui Jalan Cihideung, ketika abang tukang ojek berkata, “Dingin banget ya. Mau pake helm nggak?”

Ya Tuhan yang baik penguasa alam, elu bawa helm kenapa nggak dikasih dari tadi, maaanggg?

Tentu saja itu hanya jeritan amarah di dalam hati. Di dunia nyata, gue menerima tawaran helm dan memakainya dengan kalem.

Kami berkendara menjauhi pusat peradaban, melalui jalan dua lajur yang naik turun dan berliku khas perjalanan menuju dataran tinggi. Beberapa kali kami berhenti untuk meminta petunjuk arah kepada warga lokal dengan Balai Embrio Ternak (BET) sebagai patokan. Sempat nyasar dua kali — harusnya belok kanan, malah lurus; harusnya belok kiri, malah lurus terus sampai tiba di ujung tebing.

Mendekati lokasi Bukit Alesano, mesin motor meraung keras melalui tanjakan tajam jalanan kampung yang baru setengahnya dibeton. Abang tukang ojek mengeluh bensinnya udah mau habis, motor udah nggak kuat lagi. Namun karena gue terus memaksa, dia akhirnya mau mengantarkan gue sampai dicegat oleh akang-akang petugas Bukit Alesano.

Gedung-gedung pencakar langit Jakarta tampak samar di salah satu sisi Bukit Alesano

Gedung-gedung pencakar langit Jakarta tampak samar di salah satu sisi Bukit Alesano

Parkir sepeda motor di Bukit Alesano

Parkir sepeda motor di Bukit Alesano

Saat itu sudah tengah malam. Harusnya Rp 60.000,00, tapi karena dia nggak punya uang kembali, ditambah dengan perjuangan keras kami menuju tempat ini, sisa Rp 10.000,00 pun gue berikan dengan ikhlas.

Catatan:

Selain naik ojek, bisa juga sewa angkot rame-rame atau naik angkot secara biasa. Naik jalur 02 dari stasiun Bogor Rp 3.000,00 lalu sambung angkot Cihideung Rp 6.000,00. Berlaku untuk arah sebaliknya. Turun dari jalur angkot, lanjutkan dengan ojek Rp 10.000,00.

 

Masuk ke Bukit Alesano: Rp 10.000,00

Akang petugas (tentu aja, bukan petugas resmi) Bukit Alesano itu meminta Rp 10.000,00 buat motor. Dia lalu mengantarkan gue dengan sepeda motornya melanjutkan perjalanan sampai mendekati loket pendaftaran Bukit Alesano. Melalui jalur trekking yang sempit, kami dua kali nyaris jatuh dari sepeda motor karena medan tanah basah yang sangat licin, dua kali pula gue turun dari boncengan karena motor kesulitan melalui medan tanjakan di tikungan.

Gue lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan seorang diri melalui jalur pendakian di tengah angin yang berhembus sangat kencang. Sampai loket pendaftaran, gue mendata nama, alamat, dan waktu kedatangan, diakhiri dengan biaya masuk sebesar Rp 10.000,00.

Nah, sampai di situ, tantangan belum selesai. Gue dengan pede berjalan menuju area perkemahan yang berada persis di belakang loket pendaftaran. Setibanya di sana, gue tertegun: Gimana caranya gue tahu yang mana tenda temen gue? Masak disamperin satu per satu? Masak teriak-teriak histeris kayak demonstran Bundaran HI?

Gue lalu berjalan kembali ke loket pendaftaran, lalu dengan lugunya meminjam henfon salah satu pendaki buat telfon. Tadinya mau SMS aja, namun dia bermurah hati menyarankan gue buat telfon. Hape gue nggak ada sinyal sama sekali, hihihi.

 

Camping di Bukit Alesano: Ngopi-Ngopi Memandang Gunung Gede yang Gagah

Ya, Bukit Alesano terbuka buat para camping-ers. Lahan kemahnya lumayan luas, kloter 1 yang berangkat dari Bogor jam 6 aja masih dapat lahan kok. Tersedia fasilitas tempat parkir sepeda motor, warung sederhana, dan dua bilik untuk cuci dan buang air kecil. Kalau mau boker? Di semak-semak aja hahaha.

Ciamik banget, lokasi tenda kami langsung menghadap pemandangan kota. Jadi begitu buka tenda, beuh… panorama kota Bogor dan Gunung Gede terpampang nyata di depan mata.

Saat pagi-pagi buta di Bukit Alesano

Saat pagi-pagi buta di Bukit Alesano

Semburat merah mulai terpoles samar di langit Alesano

Semburat merah mulai terpoles samar di langit Alesano

Langit Bukit Alesano dari sisi yang lain

Langit Bukit Alesano dari sisi yang lain

Gue nggak bisa tidur nyenyak sepanjang malam karena suara angin gunung yang terlalu ribut. Pagi-pagi, gue akhirnya terbangun bersama ketiga penghuni tenda lainnya — Jabbar, Nico, dan Hery — menyongsong semburat kemerahan yang tergurat samar di langit Alesano. Gunung Gede berdiri gagah di depan mata, seolah menjadi penjaga yang menaungi peradaban kota Bogor di tumpuan kakinya. Segumpal awan memanjang di antara sang gunung dan peradaban, menciptakan perpaduan lukisan alam yang membuat nafas sejenak terhenti.

Kami terduduk di depan tenda, beralaskan rerumputan, mengatasi hembusan angin gunung yang masih belum kehilangan gairahnya. Sesekali, suara denting sendok yang beradu dengan cangkir memecah keheningan. Secangkir kopi yang hangat pun terasa cukup menjadi teman sarapan pagi itu.

Menu sarapan di Bukit Alesano: tempe, nugget, dan tumis kangkung

Menu sarapan di Bukit Alesano: tempe, nugget, dan tumis kangkung

Saling bantu menyiapkan sarapan

Saling bantu menyiapkan sarapan

Pose backgenic andalan di Bukit Alesano

Pose backgenic andalan di Bukit Alesano

Berfoto dengan latar Gunung Gede

Berfoto dengan latar Gunung Gede

Terduduk menikmati pemandangan pagi Bukit Alesano (diambil diam-diam oleh Jabbar)

Terduduk menikmati pemandangan pagi Bukit Alesano
(diambil diam-diam oleh Jabbar)

Nico, Hery, Nugi, dan Jabbar di Bukit Alesano

Nico, Hery, Nugi, dan Jabbar di Bukit Alesano

Mas-mas hore di dalam tenda Bukit Alesano

Mas-mas hore di dalam tenda Bukit Alesano

Syukur padamu, Tuhan. Perjuangan menerabas hujan, 2.5 jam di commuter line, naik ojek larut malam, sampai nyaris jatuh dari motor, semua terbayar dengan apa yang Bukit Alesano tawarkan. Satu lagi, meski saat ini sedang musim hujan, namun bersyukur kami terbebas dari hujan saat bermalam di Alesano. Oh iya, dan satu lagi, setelah melalui terjangan cuaca dan iklim seperti itu, gue bersyukur tubuh gue tetap sehat sepanjang di Bukit Alesano sampai beraktivitas kembali di Bandung.

Baca Juga: Pengalaman Menginap di Papa Ho Hotel, Bogor

Kayak gini nih asyiknya camping di Bukit Alesano

Kayak gini nih asyiknya camping di Bukit Alesano

Sama sekali tak diduga, Alesano yang hanya bertitel ‘bukit’ di sudut Kabupaten Bogor ini memiliki pemandangan yang menawan bagai berada di puncak gunung ribuan mdpl. Cerita ini menjadi salah satu pendakian paling berkesan di dalam hidup. Terima kasih untuk malam dan pagi itu, Alesano…

Iklan

61 komentar

  1. Aku udah lama banget nggak kemping 😐
    Mbok lain kali ajak-ajaaaak.
    Btw pose backgenic nya OKE lhooo 😉

    1. Wahaha. Siap, kak. Nanti kalau ada kemping lagi aku woro-woro di grup deh.

      Hehehe makasih lho udah dipuji *kasihpermen*

      1. Hasyiiik. Ditunggu woro-woronyaaa

  2. kebayang kok kebayang gimana gondoknya udah sekian lama kedinginan tau2 ditawarin helmnya telat. hahahaha
    btw makasih infonya, keceh pake banget! alternatif kalo kangen nenda2 unyu di gunung tapi ga jauh dari jakarta, hihi. ku pengeeeen sangat ke sini 😀

    1. Bener banget! Mau nenda dengan view kece tapi nggak bisa jauh-jauh dari mama, ke sini aja 😀

      1. ((jauh-jauh dari mama))😂😂😂

  3. Iya, terbayar banget ya perjuangannya Mas, dengan pemandangan yang seindah itu. Keren sekali Gunung Gedenya, tampak magis dengan warna biru gelap dan awan di kakinya yang menyembunyikan peradaban manusia. Kalau mau, dalam sekejap pun alam bisa menyembunyikan kehidupan yang ada di bawahnya. Tak perlu jauh-jauh dari Jakarta ya kalau mau menikmati alam. Mudah-mudahan saya bisa ke sana suatu hari nanti, amin.

    1. Betul. Kalau Tuhan sudah bekerja dengan alam, wah, manusia udah nggak ada apa-apanya.

      Hanya 4 jam dari Jakarta, mas 🙂

      1. Iya, dekat sekali.

  4. Wah! Ada beginian deket Jakarta!

    1. Yoiii. Cusss ke sana.

  5. hahaa. tukang ojek e selo banget jee. masa penumpangnya g dikasih helm. gokil.
    wah, asik yo. bisa kemping manja di sini. syahdu

    1. (((kemping manja)))
      kalo ada partner bisa sih, kalo nggak ada ya nggak guna juga 😀

      1. Tenda nya nyewa berapa mas disana?atau bawa sendiri?

      2. Kami bawa sendiri, mas. Di sana belum ada persewaan tenda.

  6. Oke sippp… masuki list dulu ah. 😀

  7. Keren banget kaka, Bisa sampek keliatan gitu gedung yg di Jakarta.

    1. Iya, mas. Gedung-gedungnya tampak magis berselimut kabut.

  8. nama bukitnya unik Alesano, kaya nama pemain bola.

    1. Iya gue juga bingung kenapa namanya Alesano, nggak Indonesia banget. Nggak tau pulak apa itu artinya.

  9. udah lama nggak kemping 😦
    kangen

  10. itu gelang tafisa masih aja dipake 😅

    1. Hahaha. Kenang-kenangan dari mas-mas hore.

      1. jangan2 sampe sekarang masih dipake lagi 😁

      2. Haha. Enggak kok 😀

  11. […] soal perbukitan dan pergunungan untuk pemula. Kalau minggu lalu gue udah share tentang Bukit Alesano di Bogor, maka kali ini gue akan share tentang Gunung Purba Nglanggeran, Yogyakarta. Lokasinya berada di […]

  12. Kamu sekarang domisili Jakarta apa Bandung sih Nug?
    kapan-kapan kalo deket, ajakin jalan-jalan dong 😦
    lagi darurat butuh plesir nih
    sumpek ibukota
    haha

    1. Oi, mas. Domisili Bandung, tapi sering mampir ke Jakarta hihihi. Sip, nanti gue kabari ya.
      Oh, 11-12 Desember mau ikut gathering komunitasku di villa di Bogor gak?

      1. yaaaahh, tanggal segitu aku udah book tiket mau ke Malang, Nug
        Libur panjang khan ya?
        😦

      2. Yes, long weekend. Oke, next time bang 😀

  13. Wah maaf ya kak Nugi, waktu itu aku gak ada di Bogor. Tapi hikmahnya dirimu tetap berangkat ke Alesano kan, hehehe…

    Aku malah baru tau ada bukit Alesano, sepertinya lahan milik swasta sih. Daerah Cihideung ke atas memang banyak yang punya villa tersembunyi gitu, cocok buat menyembunyikan bini muda, kalo kata temanku, hahaha!

    1. (((bini muda)))

      Jangan-jangan pengalaman pribadi nih. #ups 😀

  14. […] Baca Juga: Camping Kece di Bukit Alesano, Kabupaten Bogor […]

  15. Keren viewnya… Btw emg deket bngt ya mas ke bukitnya? Ampe bisa pake ojek aja. Mending pake mobil apa motor ya mas?

    1. Iya deket kok. Mending pakai motor, kalo mobil parkirnya jauh.

  16. […] baca tulisan gue tentang pengalaman camping ganteng di Bukit Alesano? Kalau belum, baca dulu […]

  17. Tempatnya udah kece, bagus dan mantap,hanya saja untuk pihak penglolanya kurang memperhatikan kebutuhan pengunjung, sepertinya kurangnya sarana kmar mandi dan minimnya pasokan air, kmar mandipun hrus bayar Rp.2000, tolong sarananya di perbagus lg, dan klo bsa gausah ada pungli..

    1. Iya betul. Masalah air bersih memang patut diperbaiki Bukit Alesano. Semoga masukannya dibaca pihak ybs ya, bro. Tks sudah mampir di sini 🙂

  18. saya mau tanya kalau kesana bawa kendaraan bermotor itu aman gak yah kira kira??parkirnya dijagain atau motor bisa kita bawa dekat dgn lokasi tenda?

    1. Sangat aman, kak! Ada parkiran motor dan banyak yang motoran juga kok.

  19. moerdaningsih siti · · Balas

    pengen deh ke bukit alesano….biasa sih palingann di ce mumunya ajja…sampe batas embrio ternak…blm ampee atas lagii…viewnyaa kerenn….pengen deh ngerasain camping di sana….ayah ajakk bunda kesana dong

    1. *panggil ayahnya bunda*

      1. moerdaningsih siti · ·

        udah ke alesano cuma nongkrong di warung ajja …bukitnya ditutup sementara …ga jadi camping deh qtah…seddih

        pdahal anak anakku dah seneng bgt

        aplgi pulang pergi pake acara ngompreng truk pasir..mantap ..siap siap spot jantung hehhehe

  20. Wah mantap bang. Niatnya weekday berangkat, refreshing sebelum sidang… skripsliw haha. Oiya btw, pas ngecamp, dingin ato b aja bang wkwk?

    1. Dingin, brooo. Info terakhir Bukit Alesano ditutup. Coba kamu pastikan dulu ya.

  21. zenalpml · · Balas

    Alhamdulillah kemaren habis dari sana, pemandangan malamnya kece badai 😀 😀

    1. Mantap, bro! Senang bisa menginspirasi 🙂

      1. SIpp

  22. moerdaningsih siti · · Balas

    11 feb 2017 niatnya mo camping tuh ajak 2 anakku ..eh udah sampe bukit alessano ternyata sdh ditutup

    akhirnya turun lagi

    tapi kata satpol pp akan dibuka kembali sampai ada perizinan dari pihak setempat

    huftt kurang puas klo blm camping di alessano view nya keren bgt…..

    kami akan datang kembali ALESANO OH ALESSANO

    1. Jadi akan dibuka kembali ya, ternyata masalah lahan. Tks infonya, kak 🙂

  23. Mas, kalo dari jakarta baiknya brangkat jam brp naik keretanya? Dan kalo dr bandung jam brp?

    Katanya area campingnya ditutup ya? Apakah bener?

    Kalo ksana ga perlu booking2 tempat dll ya? Bisa lsg on the spot aja ya mas?

    Terimakasih sebelumnya, maaf banyak tanya 😆

    1. Kalo dari Bandung ya dari pagi atau siang aja, waktu yang ada bisa dipake buat jalan-jalan dulu hehe.
      Sebaiknya dari sore jam 3 udah berangkat dari Jakarta.

      Iya denger-denger udah ditutup. Nggak perlu booking, lapor on the show aja.

  24. Ada sewa untuk tendanya ngak buat 2 orang ? Klo ada brpa harganya?
    Mau kesana tpii ngak pnya tenda wkwk

    1. Nggak ada kalo penyewaan tenda. Sewa tenda bisa di tempat lain.

  25. makasih buat info nya

  26. khunun MH · · Balas

    Gan mohon untuk info angkutan biasa menuju ke lokasi. jalur 02 itu maksudnya gimana ya ?
    terimakasih

  27. menarik perjalanannya mas..
    seru banget tuh mas..
    boleh bagi-bagi info gak mas..
    boleh gak kita bawa mobil atau motor untuk menuju kesana..
    seperti touring gitu mas..
    trus medannya kalo gak hujan parah gak mas ?
    makasih sebelumnya mas..
    (salam traveller sejati)

Like atau komentar dulu, kak. Baca tanpa komentar itu kayak ngasih harapan semu :D

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Lonely Traveler

Jalan-jalan, Makan dan Foto Sendirian

Guru Kelana

Perjalanan sang guru di berbagai belahan dunia

dyahpamelablog

Writing Traveling Addict

Daily Bible Devotion

Ps.Cahya adi Candra Blog

bardiq

Travel to see the world through my own eyes.

Mollyta Mochtar

Travel and Lifestyle Blogger Medan

Jalancerita

Tiap Perjalanan Punya Cerita

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

D Sukmana Adi

Ordinary people who want to share experiences

PAPANPELANGI.ID

Berjalan, Bercerita; semoga kita terbiasa belajar dari perjalanan

Guratan Kaki

Travel Blog

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

Efenerr

mari berjalan, kawan

BARTZAP.COM

Travel Journals and Soliloquies

Bukanrastaman

Not lost just undiscovered

Males Mandi

wherever you go, take a bath only when necessary

Eviindrawanto.Com

Cerita Perjalanan Wisata dan Budaya

Plus Ultra

Stories and photographs from places “further beyond”.

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

Musafir Kehidupan

Live in this world as a wayfarer

Cerita Riyanti

... semua kejadian itu bukanlah suatu kebetulan...

Ceritaeka

Travel Blogger Indonesia

What an Amazing World!

Seeing, feeling and exploring places and cultures of the world

Winny Marlina

Winny Marlina - Whatever you or dream can do, do it! lets travel

Olive's Journey

What I See, Eat, & Read

tindak tanduk arsitek

Indri Juwono's thinking words. Architecture is not just building, it's about rural, urban, and herself. Universe.

dananwahyu.com

Menyatukan Jarak dan Waktu

%d blogger menyukai ini: