Sebuah Cerita Perjalanan Bandung-Solo Bersama Kereta Api Lodaya Pagi

Waktu sudah menunjukkan pukul 6:55 ketika pengemudi ojol tiba di depan gerbang kost-ku di Gang Guan no. 16¾ (alamat sengaja disamarkan untuk melindungi penulis dari stalkers). Jam 7:20, keretaku akan bertolak dari Stasiun Kereta Api Bandung. Jelas, perkiraan waktu keberangkatanku meleset, molor karena―seperti biasa―tanpa sadar mandi terlalu lama.

“Bang, kalo bisa yang cepet ya,” pintaku pada si babang gojek. Eh, keceplosan sebut merek.

“Oh siap,” ia menyanggupi.

Beberapa menit kemudian, aku sedikit menyesali permintaan itu.

Bahkan ketika masih berada di jalan kecil yang beraspal mulus itu, sepeda motor melesat cepat sampai jantungku terasa bagai terbang tertiup angin. Aku takut! Dengan gesit, babang gojek (maaf keceplosan lagi) meliuk-liuk di Jalan Terusan Dr. Djundjunan yang kala itu sedang padat disesaki para penglaju yang berangkat bekerja. Beberapa kali kami nyaris menubruk kendaraan lain. Aku berdoa keras-keras di dalam hati, sebisa mungkin tetap terlihat tenang. Ingin rasanya berkata, “Bang, nggak usah ngebut deh,” tapi kuurungkan niat itu karena aku adalah pria berintegritas (lalu dilemparin uang recehan sama netijen)

Full squad of Seruni Creative, a digital agency based in Bandung
(iklan baris)

Dalam 10 menit, aku tiba di Stasiun Bandung, 10 MENIT YA TUHAN! Kalo si babang gojek nggak ngebut, perjalanan akan molor sampai 20 menit. Aku berjalan memasuki gedung stasiun sambil mengucap syukur atas nyawa yang belum melayang. Ternyata, aku adalah peserta terakhir yang tiba, hahahaha. Teman-teman kantor lainnya sudah siap di depan pintu masuk peron, termasuk mereka yang biasanya berangkat siang dan sulit diharapkan untuk bangun pagi.

Baca juga: Selalu Ada Jalan Untuk Pulang


Sudah lama aku tak melakukan perjalanan kereta api jarak jauh saat pagi hari seperti ini. Kalau biasanya aku naik kereta api Argo Parahyangan yang bergerak ke arah barat, maka kali ini berbeda. Aku disajikan lanskap yang berbeda ketika Lodaya berderak ke arah matahari terbit. Tak hanya itu, ini juga pertama kali aku dan teman-teman sekantor melakukan perjalanan jauh bersama-sama. Solo Balapan adalah stasiun tujuan kami, sekaligus menjadi terminus kereta api Lodaya. Dari hari ini (Jumat, 29 Maret 2019) hingga besok Minggu malam (31 Maret 2019), kami akan berada di Solo untuk menghadiri pernikahan salah satu staf kantor kami.

Bergerak meninggalkan Bandung, ibukota Priangan

Pegunungan berundak yang berselimut kabut

Aku duduk di kursi 5A dekat jendela dengan sweater dan tas kecil yang tergantung di sisi jendela. Dompet, charger, dan powerbank sudah terkemas ringkas di dalam tas kecil itu. Tas utama, sebuah daypack yang kapasitasnya kira-kira 30L, kusimpan di dalam kompartemen. Tadinya mau bawa backpack 50L supaya muat membawa barang-barang endorse biar bisa sekalian foto-foto di sana. Tapi karena takut dianggap rempong sendiri, niat itu kubatalkan dan barang-barang endorse kutinggalkan. Besok-besok lagi sajalah sesi fotonya, gampang. Eeeehhh ternyata temen-temen kantor juga pada rempong dong! Ada 1 cowok yang memanggul backpack (dengan ukuran yang kurang lebih sama dengan punyaku) laksana pendaki yang ingin berkemah di puncak gunung. Sementara satu cowok lagi yang menggeret-geret 1 buah koper sedang. Yah, sudahlah.

Tak membutuhkan waktu lama untuk kami dihadapkan dengan lanskap alam yang memanjakan mata. Di kawasan selepas Cicalengka, kami disuguhkan sebuah gunung kecil yang menyembul di antara lembah-lembah landai, ladang-ladang jagung yang berwarna kecoklatan, dan persawahan warga yang hijau kekuningan. Kamera Canon EOS 1000D yang memang sudah sedari tadi berada dalam genggaman pun mulai beraksi. Sengaja tak kusimpan di dalam tas agar dapat mengabadikan pemandangan indah di tengah perjalanan.

Lanskap cantik di antara Rancaekek dan Garut

Pemandangan yang biasa ada di buku bergambarku dulu


Karena super terburu-buru, aku tak sempat membeli air minum sebelum berangkat. Ketika train attendant tiba di samping kursiku, aku lalu membeli nasi bakar teri jamur dan sebotol Aqua 200 ml seharga total Rp41.000,00. Sebetulnya tadi sudah sarapan dengan roti tawar dan kopi di kost. Tapi karena bosan dan sudah mulai merasa lapar, nasi bakar pun kubabat. Enak kok.

Siang hari, aku kembali membeli makanan dari train attendant yang melintas. Kali ini aku memilih Hoka-Hoka Bento dan Aqua 200 ml (lagi) dengan harga total Rp44.000,00. Nggak berapa lama kemudian, saat train attendant berjalan kembali ke kereta makan dan melalui kursiku, aku memesan segelas cokelat panas seharga Rp10.000,00 yang lalu diantar kemudian karena saat itu air panas di atas troli sudah habis. BOSEN BANGET YA PAK SAMPAI PESEN-PESEN MULU?

Segelas cokelat panas yang menemani perjalanan

Kecuali dalam kondisi sangat mengantuk, aku adalah tipikal orang yang susah tidur di dalam perjalanan. Sementara rekan-rekan kantorku sudah terlelap di kursinya masing-masing, aku tetap terjaga, jadi aku harus terus mencari kesibukan. Mengambil foto, internetan, Spotify-an, makan, minum, bergantian kulakukan untuk membunuh rasa bosan.

Ada masa-masa ketika aku merasa sangat sayang menghamburkan-hamburkan uang hanya untuk makan di dalam kereta. Aku akan lebih dulu membekali diri dengan nasi bungkus dan air mineral termurah yang beli di minimarket. Seiring dengan bertambahnya usia dan gaji ciyeee, aku jadi semakin malas dan memasrahkan diri dengan makanan yang ada di kereta atau gedung stasiun. Momen favoritku di dalam kereta api adalah saat aku menyeruput segelas minuman hangat di atas kereta yang berderak, sambil melepas pandang ke luar jendela. Dulu, aku biasanya memesan kopi. Tapi karena kopi di Reska itu kurang enak, akhirnya aku berpindah hati ke cokelat.

Membaca buku, salah satu kegiatan pengusir bosan di kereta

Chatting is fine, selama ada sinyal dan ada yang di-chatting-in #eh

Lodaya yang sedang meliuk

Gunung yang setia membayangi beberapa saat perjalanan kami

Tapi kalau untuk sehari-hari, aku tetap menerapkan pola makan hemat. Untuk sarapan, aku biasanya memanggang roti tawar dan membuat scrumbled egg di kantor. Satu pak roti tawar bisa buat seminggu, satu kantong telur bisa buat 2 minggu. Kadang diganti dengan mi goreng instan. Cuma di saat-saat jenuh aku beli nasi kuning, nasi uduk, kue-kue basah, lontong kari, atau sarapan lainnya. Makan siang disediakan oleh kantor. Untuk malam, sudah belakangan ini aku menerapkan menu makan malam ringan. Ke café atau restoran biasanya dilakukan saat akhir pekan saja.


Memasuki Tasikmalaya, Banjar, lalu beralih ke daerah pesisir selatan Jawa Tengah, pemandangan menjadi lebih homogen: lahan persawahan yang luas atau desa-desa dengan pegunungan sebagai latar belakangnya. Tetap asyik dinikmati, namun tak cukup kuat mendorong hasrat untuk membidikkan lensa kamera. Beberapa stasiun besar ternyata dilalui Lodaya begitu saja. Stasiun Ciamis dan Kebumen tak menjadi perhentian kereta api ini, mungkin karena masih berdekatan dengan stasiun setelahnya.

Pemandangan sawah dan pedesaan di Banjar

Sebuah bangunan baru di tepi rel

Karya arsitektur di tengah sawah

Sekitar pukul 16:15, Lodaya akhirnya merapat di Stasiun Solo Balapan. Perjalanan selama 9 jam itu pun usai. Rombongan sirkus kami lantas berjalan berduyun-duyun menuju Sate Bunthel Pak H. Kasdi yang berada tepat di depan stasiun. Terima kasih untuk travelearners yang sudah membaca. Sampai jumpa pada perjalanan berikutnya, keep learning by traveling….

40 komentar

  1. Makanya bawa bekel donk 🤣🤣
    Tapi kalau lagi di kereta jarak jauh gue pun lebih senang nongkrong di gerbong restorasi yg berakhir kudu jajan.

    1. Aku mager sih jalan ke restorasi haha, kalo gak darurat banget lebih memilih menunggu di bangku

  2. naik kereta lodaya solo ke bandung salah satu momen terinah naik kereta, apalagi masuk tasik hingga bandung, pemandangannya ajib campur ngeri.. liat kiri kanan jurang… 🙂

    1. Iya betul, jalur kereta api di Jawa Barat selatan memang ajib!

  3. Hihihi dulu pas melintas Garut itu pas sunrise, 😀 naik kereta Pasundan.
    Dari Kiaracondong tuh berangkat sekitar jam 5 pagi, dibela-belain jam 4 pagi dianter temen dari Rancaengkek,

    Pemandangan terindah seumur hidup naik kereta ya itu. Hahaha

    1. Besok tgl 16 aku ke Jogja naik Pasundan 😁😁😁

  4. Wah, baca tulisan ini bikin kangen naik kereta ke Bandung pagi-pagi, deh. Suasananya itu lho, ngangenin. Nggak terlalu pegal juga berlama-lama di kereta soalnya cuma 3 jam dari Jakarta :”)

    1. Cobain lagi kak, weekend getaway hehe

      1. Iya nih, masih mencari waktu yang pas. Hehehe. 😊

      2. 2 hari jadi kak, hehe

  5. Lansekap ketika naik kereta tapi memang jawa baratlah juaranya. Dimulai dari Purwakarta-Bandung yg banyak jembatan2 tinggi. Lalu menyambung menuju tenggara Jawa Barat yg menembus pegunungan 😁😁

    Aku juga orang yg tidak suka tidur ketika dalam perjalanan, Mas Nug. Kecuali kalo memang bener2 capek baru bisa tidur.

    1. Ternyata juaranya view kereta api itu memang Jawa Barat ya. Nah sama, aku juga kalo udah ngantuk banget baru tidur hahaha.

  6. Indah pemandangannya kalau siang.

    Di Lodaya malam hape kakakku hilang, ada juga copet di kereta eksekutif ternyata, hehe

    1. Yes, makanya suka ambil kereta pagi atau siang hehe. Wah jaman sekarang mah copet di mana2 ada ya. Serem!

      1. Tapi, copetnya copet ‘baik’. Untungnya yg diambil duitnya aja sekitar 1,3 juta. dompet dan semua kartu aman…

        Posisi dompet udah di luar tas…

      2. Oh gitu. Wah, copetnya baik dan pinter, dia tau ngurus2 kartu itu susah.

  7. Bang Harlen · · Balas

    Wahhh pemandangannya cadass mass… tangan gatal trus kayaknya pengen foto… kalo barang2 endorsenya dibawa kan lumayan juga mas bisa foto dengan lanskap luar biasa kayak gitu… 😁

    1. Iya lho. Beberapa jam pertama itu bener2 gak lepas dari kamera hahaha.

  8. Aku belum kesampaian nyobain rute kereta jarak jauh di Pulau Jawa. Pengen nyoba dari Jakarta sampe Surabaya, kayaknya seru haha, walau maunya yang kelas agak bagusan dikit biar nyaman.

    Kalau rute Palembang ke Lampung di beberapa wilayah viewnya ya sama kayak di fotonya Nugie ini. Cakep.

    1. Jakarta-Bandung udah pernah? Itu juga udah bagus, mas.

      1. Belum Nug. Someday amin.

  9. Baru tau aku kalo di train attendant ada Hoka Hoka Bento. Soalnya aku jarang beli sesuatu di kereta, paling2 Pop Mie (maaf, sebut merek), itupun setelah memperhitungkan isi dompet.

    1. Rugi kalo beli POP Mie, harganya jauh beda sama harga aslinya. Jadi mending sekalian beli makanan berat.

  10. 9 jam dikereta pasti kerjaan ku tidur dan tidur sampai pegal. sesekali melihat pemandangan sebagus ini pasti betah duduk alias mager.

    1. Enaknya bisa tidur 😦

  11. […] Dari alamatnya kita udah tau, hotel ini cuma sepelemparan Ipod dari Stasiun Purwosari. Sayangnya kereta api Lodaya yang kami naiki nggak berhenti di Purwosari, cuma berhenti di Stasiun Solo Balapan. Jadi kami masih […]

  12. Favorit emang bung kalau naik KA jurusan Bandung yang lewat jalur selatan. Begitu masuk Jawa Barat pemandangannya perbukitan.. Cukup sering kereta apinya belok tajam sehingga lokomotif bisa dilihat dari jendela..

    Kalau saia mah naiknya ekonomi.. haha
    Tapi dulu pas SD/SMP pernah ke Bandung naik Lodaya juga.. Jelas lebih nyaman dari ekonomi..

    1. Aku kalo nggak dibayarin kantor juga naiknya ekonomi 😂😂😂

  13. hahaha aku kadang juga mikir, kalau nggak laper banget di kereta, nggak bakalann beli makan di kereta,
    seru tuh jalan bareng temen sekantor, jarak jauh pula, meskipun ndatengin kondangan temen kantor. penyegaran mata, refreshing juga itungitung

    1. Seru banget, yang biasanya ngantor bareng jadi jalan bareng. Waktu jadi nggak berasa.

  14. ternyata jalur kereta selatan jawa barat jg punya pemandangan yg keren ya, mesti nyobain nih kapan-kapan naik kereta yg lewat jalur selatan jawa

    1. Betul sekali. Lebih tepatnya jalur dari selatan Jawa Barat ke Bandung.

  15. hahahaha…ngakak baca “melindung penulis dari stalkers”…..stalkers atau secret admirer, mas? 😀

    seru ya bisa jalan rame-rame sama teman se kantor. btw aku juga kurang suka dengan kopi yang di kereta. biasanya aku bawa kopi sachet sendiri, trus minta dituker sama mbaknya waktu dia mau nuangin air panasnya.

    1. Aku sekarang kopi sachet nggak terlalu suka, mbak. Jadi biasa beli kopi di luar atau ngopi sekalian di kost dulu 😀

  16. Nanti hari pertama lebaran, mau naik KA Malabar, Bandung-Malang. Tapi sore-malam sih perjalanannya. kebayang ga, 16 jam. Haha…

    1. Kebayang bangeeettt udah pernah juga akuuuu hahaha

  17. […] Baca juga: Sebuah Cerita Perjalanan Bandung-Solo dengan Kereta Api Lodaya Pagi […]

  18. […] Baca juga: Perjalanan Bandung-Solo dengan Kereta Api Lodaya Pagi […]

Tinggalkan Balasan ke adelinatampubolon Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Duo Kembara

Cerita Si Kembar dan Mommy Ara menghadirkan kebaikan

Lonely Traveler

Jalan-jalan, Makan dan Foto Sendirian

Guru Kelana

Perjalanan sang guru di berbagai belahan dunia

dyahpamelablog

Writing Traveling Addict

Daily Bible Devotion

Ps.Cahya adi Candra Blog

bardiq

Travel to see the world through my own eyes.

Mollyta Mochtar

Travel and Lifestyle Blogger Medan

aryantowijaya.wordpress.com/

Tiap Perjalanan Punya Cerita

LIZA FATHIA

a Lifestyle and Travel Blog

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

D Sukmana Adi

Ordinary people who want to share experiences

papanpelangi.id

Berjalan, bercerita; semoga kita terbiasa belajar dari perjalanan

Guratan Kaki

Travel Blog

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

Efenerr

mari berjalan, kawan

BARTZAP.COM

Travel Journals and Soliloquies

Bukanrastaman

Not lost just undiscovered

Males Mandi

wherever you go, take a bath only when necessary

Eviindrawanto.Com

Cerita Perjalanan Wisata dan Budaya

Plus Ultra

Stories and photographs from places “further beyond”.

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

Musafir Kehidupan

Live in this world as a wayfarer

Cerita Riyanti

... semua kejadian itu bukanlah suatu kebetulan...

Ceritaeka

Travel Blogger Indonesia

What an Amazing World!

Seeing, feeling and exploring places and cultures of the world

Winny Marlina

Winny Marlina - Whatever you or dream can do, do it! lets travel

Olive's Journey

What I See, Eat, & Read

tindak tanduk arsitek

Indri Juwono's thinking words. Architecture is not just building, it's about rural, urban, and herself. Universe.

dananwahyu.com

Menyatukan Jarak dan Waktu